tirto.id - Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar 123,3 miliar dolar AS pada akhir Februari 2019, atau meningkat dibandingkan dengan 120,1 miliar dolar AS pada akhir Januari lalu.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis Bank Indonesia (BI) dalam keterangan resminya, Jumat (8/3/2019).
Peningkatan cadangan devisa pada Februari 2019 terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valas lainnya.
Dalam informasi yang dirilis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, pemerintah memang telah menerbitkan utang dalam bentuk sukuk wakalah global sebanyak 2 kali sepanjang 2019.
Penerbitan green sukuk global itu mencapai 2 miliar dolar AS dengan bunga utang 3,9 persen dan 4,45 persen.
Pertama, sukuk senilai 750 juta dolar AS bertenor 5,5 tahun dan imbal hasil (yield) 3,9 persen. Kedua, sukuk senilai 1,25 miliar dolar AS bertenor 10 tahun dengan yield 4,45 persen.
Instrumen utang syariah ini didaftarkan pada Bursa Saham Singapura dan NASDAQ Dubai, dan disebut-sebut mengalami kelebihan permintaan sebanyak 3,8 kali.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri