tirto.id - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Syafii Maarif meminta pemerintah waspada terkait berseminya teologi maut di masyarakat. Teologi ini mulai berkembang di masyarakat dan dikhawatirkan dapat menjadi pemicu kehancuran negara, seperti yang terjadi di pelbagai negara Islam di Timur Tengah.
Pria yang biasa dipanggil Buya Syafii ini menjelaskan, teologi maut adalah sebuah teologi yang mengajarkan publik untuk berpikir "berani mati tapi tidak berani hidup". Ideologi ini, lanjutnya, muncul karena kesenjangan di masyarakat semakin tajam. Kesenjangan tersebut terdiri atas sejumlah bentuk, yakni masih banyaknya korupsi, penggunaan narkoba, hingga kemiskinan.
Kesenjangan yang semakin tajam membuat masyarakat berserah diri kepada agama, sehingga mereka bergerak memegang agama. Sayangnya, menurut Syafii, mereka justru berpegangan dengan pandangan Arab yang salah atau misguided Arabism.
“Mereka menderita, lalu mereka diajak ke Tuhan untuk melindung itu dan berkembang suatu teologi 'di luar kami salah, di luar kami halal darahnya',” ujarnya, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (8/4/2017).
Menurut Syafii, pemahaman ini mulai berkembang di Indonesia. Ia melihat dari ribuan teroris yang kini tengah dideradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kini, sejumlah teroris yang sudah sadar dari pandangan radikal itu menyebarkan kembali pandangan kebangsaan kepada publik.
Karena itu, ia meminta pemerintah untuk waspada terhadap hidupnya paham-paham tersebut. Pandangan ini disebar oleh sejumlah pihak dengan oknum-oknum tertentu. Mereka menggunakan topeng dan berusaha menghasut publik yang tidak berideologi kuat.
"Topeng-topeng itu bisa memukau rakyat miskin, rakyat terlantar tapi orang yang punya idealis gak bisa ditipu oleh topeng itu. Topeng itu berkeliaran di mana-mana," ujarnya.
Tokoh Muhammadiyah ini khawatir, pandangan-pandangan ini bisa memicu kehancuran Indonesia. Ia mencontohkan kehadiran ISIS sudah menjadi contoh penghancur negara seperti Suriah. Belum lagi kehancuran Afganistan dan Irak juga disebabkan munculnya pandangan-pandangan radikal seperti itu.
Oleh karena itu, ia menekankan kembali bagaimana peran Pancasila di masyarakat. Menurut Syafii, teologi ini bisa hilang apabila masyarakat berpegang teguh pada Pancasila. Ia pun meminta kepada aparat penegak hukum untuk menindak tegas segala tindakan dari oknum-oknum yang ingin mengubah pandangan negara, menghancurkan Pancasila, dan merusak publik.
"Saya beberapa kali kirim SMS ke Kapolri, Negara tidak boleh kalah. Negara tidak boleh kalah," katanya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz