Menuju konten utama

Survei PPPP Dinilai Bermasalah Bila Pakai Metode Tele Polling

Lembaga survei PPP menyatakan, elektabilitas Prabowo-Sandi unggul dari Jokowi-Ma'ruf. 

Survei PPPP Dinilai Bermasalah Bila Pakai Metode Tele Polling
Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan saat mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

tirto.id - Direktur Riset Populi Center Usep S. Ahyar mengaku belum pernah mendengar lembaga survei asal Amerika bernama Precision Public Policy Polling (PPPP) yang memenangkan Prabowo-Sandi. Usep kemudian mempertanyakan metode seperti apa yang digunakan oleh lembaga survei tersebut.

Dalam melakukan survei, PPPP melakukan metode wawancara yang dipilih secara acak dan dilakukan melalui telepon menggunakan profesional-staf peneliti survei terlatih (agen langsung)- dari pusat panggilan telepon PPPP di Jakarta.

Namun, Asep menilai, metode menggunakan telepon atau tele polling seperti yang diterapkan oleh lembaga tersebut belum tentu akurat.

"Kalau metodologi tele polling dengan by phone itu masalah, berarti populasinya itu yang punya telepon rumah saja," ujarnya kepada Tirto, Selasa (9/4/2019).

Pasalnya, kata Usep, saat ini tidak semua masyarakat Indonesia memiliki dan masih menggunakan telepon kabel. Apalagi masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman.

"Jadi mereka yang terdaftar di DPT tapi tak memiliki telepon, tidak mendapatkan kesempatan yang sama menjadi sampel," ucapnya.

Tak hanya telepon kabel, survei menggunakan handphone juga dinilai bermasalah. Karena, kata Usep, hanya beberapa orang yang mempunyai handphone, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu nomor telepon.

Usep juga mempertanyakan kredibilitas lembaga survei PPPP karena baru terdengar saat menjelang masa pencoblosan Pilpres 2019.

Sebab, Usep mengaku belum pernah menelusuri keberadaan lembaga tersebut dan untuk apa kepentingannya. Meskipun baru mendengar nama PPPP, belum tentu juga lembaga tersebut tidak kredibel. Asalkan, memiliki peneliti yang bagus dan menggunakan metode yang jelas.

"Tapi biarkan masyarakat menilai [kredibel atau tidak] ini lembaga baru yang tiba-tiba muncul karena ada Pilpres," pungkasnya.

Pada survei PPPP, disebutkan bahwa 54 persen responden menginginkan presiden baru dan yang masih menginginkan Joko Widodo kembali menjadi presiden sebesar 37 persen. Sementara 9 persen responden tidak memberikan jawaban.

Kemudian, ketika ditanyakan siapa kandidat yang akan dipilih jika pencoblosan dilakukan saat survei dilaksanakan, 38 persen responden memiilih nama Joko Widodo (Jokowi). Sementara yang memilih Prabowo sebanyak 40 persen dan sisanya menyatakan belum dapat memutuskan.

Tirto berupaya mencari situs web resmi lembaga survei tersebut, tetapi hingga berita ini diturunkan, pencarian tersebut belum membuahkan hasil.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Alexander Haryanto