tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sebagai calon terkuat menjelang dimulainya tahapan pemilihan umum (pemilu) 2019. Namun, posisi itu disebut belum cukup aman. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, tingkat elektabilitas Jokowi unggul di angka 48,50 persen per Januari 2018.
Angka itu mengungguli nama-nama Prabowo Subianto, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Anies Baswedan yang apabila diakumulasikan berjumlah 41,20 persen atau berselisih 7,30 persen dari tingkat keterpilihan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Sebagai petahana, angka 48 persen belum cukup aman karena petahana idealnya di atas 50 persen. Ini angka yang tak ideal karena pemilih secara umum juga memilih capres lain di luar Jokowi," kata Adjie Alfaraby di kantornya, Jakarta Timur, Jumat (2/2).
Tingkat keterpilihan Jokowi dianggap kuat karena masyarakat puas dengan kinerjanya sebagai Presiden. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi sebesar 74,90 persen.
Adjie berkata, ada tiga isu yang bisa mengancam elektabilitas Jokowi jelang pemilu 2019. Ketiga isu yang dimaksud adalah persoalan ekonomi, kemungkinan bangkitnya primordialisme, dan buruh tenaga asing.
Pada survei LSI Denny JA diketahui ada 52,6 persen responden-responden menyatakan bahwa harga kebutuhan pokok saat ini makin berat. Kemudian, 54 persen responden menganggap lapangan kerja sulit didapatkan. Terakhir, 48,4 persen responden berkata bahwa pengangguran meningkat.
"Isu primordial juga berpotensi warnai pemilu 2019. Kalau di Pilkada 2017 menunjukkan munculnya kelompok Islam kanan yang menganggap kriteria memilih pemimpin tak lepas dari ajaran agama. Kami prediksi isu ini tetap menguat di Pilpres 2019," katanya.
Pada isu buruh negara asing, survei LSI Denny JA menemukan fakta bahwa 58,3 persen responden tidak pernah mendengar kabar itu. Namun, 58,3 persen warga tidak suka dan resisten terhadap kabar keberadaan tenaga kerja asing.
"Jokowi akan semakin kuat jika tiga isu tersebut bisa dikelola dengan baik, tetapi akan melemah jika tiga isu itu terabaikan," katanya.
Survei yang dilakukan LSI Denny JA melibatkan 1.200 responden dan dipilih dengan metode multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan terhadap responden di 34 provinsi pada 7-14 Januari 2018, serta memiliki tingkat margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto