tirto.id - Pemulangan Paul Pogba ke Manchester United (MU) diyakini menuai untung besar bagi Juventus. Pemikiran tersebut cukup masuk akal. Bagaimana tidak? Bianconeri tidak mengeluarkan uang sedikit pun saat memungut Pogba pada 2012 silam usai sang talenta “dibuang” oleh manajer MU kala itu, Sir Alex Fergusson.
Pogba ternyata tampil memikat selama 4 musim di Turin. MU pun tertarik untuk mengangkutnya pulang ke Old Trafford kendati harus merogoh kocek sangat dalam. Dipungut gratis, Juventus mengembalikan gelandang muda Perancis itu dengan imbalan 110 euro atau sekitar 1,6 triliun rupiah, dan memecahkan rekor transfer dunia.
Besar Pasak Daripada Tiang?
Penjualan Pogba ditambah beberapa aksi efektif di bursa transfer dalam beberapa musim terakhir membuat Juventus disebut meraup untung besar. Selain laba dari Pogba, pasukan Zebra juga mendapat berkah dari transfer Alvaro Morata ke Real Madrid.
Nyaris mirip dengan Pogba, Morata juga dikembalikan ke klub lamanya dengan harga yang lebih tinggi. Dibeli 20 juta euro pada 2014, striker Spanyol itu dijual kembali ke El Real dengan harga 30 juta euro. Juventus untung 10 juta euro.
Tapi, apa benar sang Nyonya Tua surplus besar? Menjelang musim 2016/2017 ini, Juventus terbilang gila-gilaan membelanjakan uang. Yang paling menguras brankas tentunya perekrutan bomber Napoli, Gonzalo Higuain, yang menembus angka 90 juta euro.
Belum lagi pembelian Miralem Pjanic dari AS Roma (32 juta euro), Marko Pjaca dari Dinamo Zagreb (23 juta euro), dan Medhi Benatia dari Bayern Munchen (3 juta euro). Juventus juga mempermanenkan Mario Lemina dari Marseille. Total nilai talenta asal Gabon itu adalah 9,5 juta euro, Juventus mencicilnya selama tiga kali dengan angsuran pertama sebesar 1,5 juta euro.
Jika diitung-itung, Juventus telah menggelontorkan hingga 158,5 juta euro untuk pembelian pemain di bursa transfer 2016/2017 sejauh ini. Sementara keuntungan yang diperoleh dari penjualan pemain hanya 144,6 juta euro. Bianconeri menderita kerugian sampai 13,9 juta euro.
Merugi di Era Max Allegri
Dicermati dari peredaran uang dalam beberapa musim belakangan, yakni 2014/2015 menjadi debut pelatih Massimiliano “Max” Allegri, kemudian 2015/2016, dan menjelang 2016/2017, Juventus ternyata selalu rugi meskipun tampak cerdik dalam merekrut dan melego pemain.
Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran dalam urusan jual-beli pemain, terlepas dengan pergerakan neraca finansial Juventus dari sektor-sektor lain di luar itu.
Musim 2014/2015, misalnya. Le Zebre terlihat untung dari penjualan Ciro Immobile ke Torino (8 juta euro), Simone Zaza ke Sassuolo (7,5 juta euro), Mirko Vucinic ke Al Jazira (6,3 juta euro), Manolo Gabbiadini ke Napoli (6,25 juta euro), dan sejumlah pemain lainnya.
Namun, jangan salah. Di musim yang sama, Juventus mendatangkan Morata dengan dana 20 juta euro, juga Stefano Sturaro dari Genoa (5,5 juta euro), Luca Marrone dari Sassuolo (5 juta euro), Mauricio Isla dari Udinese (4,5 juta euro), serta Daniele Rugani dari Empoli (3,5 juta euro).
Pengeluaran Juventus cukup besar di musim itu karena direkrutnya seabrek pemain yang belum populer dan memang akhirnya tidak terpakai. Total ada 26 pemain baru yang digaet Juventus pada musim itu dan hanya sebagian kecil yang masuk skuad utama Max Allegri.
Musim 2014/2015 itu, Juventus menghabiskan 57,15 juta euro, sementara uang yang masuk hanya sebesar 46,15 juta euro. Dengan demikian, klub yang dimiliki keluarga Agnelli ini merugi 11 juta euro.
Tahun berikutnya terulang lagi. Masuknya Paulo Dybala dari Palermo (40 juta euro), Alex Sandro dari FC Porto (26 juta euro), Mario Mandzukic dari Atletico Madrid (21 juta euro), Simone Zaza dari Sassuolo (18 juta euro), Roberto Pereyra dari Udinese (14 juta euro), Hernanes dari Inter Milan (13 juta euro), dan barisan punggawa anyar lainnya membuat Juventus mengeluarkan uang 139,7 juta euro.
Sementara pemasukan terbesar di musim yang sama didapat dari transfer Arturo Vidal dan Kingsley Coman ke Bayern Munchen (masing-masing 40 dan 7 juta euro), Angelo Ogbonna ke West Ham United (11 juta euro), Domenico Berardi ke Sassuolo (10 juta euro), Carlos Tevez ke Boca Juniors (6,5 juta euro), serta penjualan beberapa pemain lainnya.
Total, Juventus memperoleh 77,15 juta euro dari penjualan pemainnya di musim itu. Sedangkan uang yang telah digelontorkan mencapai 139,7 juta euro. Lagi-lagi Nyonya Tua rugi, jauh lebih besar dari musim lalu, yakni minus 62,55 juta euro.
Rincian ulang dari proses jual-beli pemain yang dihitung tiap musimnya adalah sebagai berikut: musim 2014/2015 Juventus rugi 11 juta euro, musim 2015/2016 defisit 62,55 juta euro, dan di bursa transfer terbaru jelang musim 2016/2017 menderita minus 13,9 juta euro.
Untung-Rugi Pemain Gratisan
Selain merekrut pemain berbayar, Juventus beberapa kali juga mendapatkan pemain yang diperoleh secara cuma-cuma. Para pemain tersebut digaet gratis karena sudah tidak terikat kontrak lagi dengan klub lamanya. Salah satu pesepakbola gratisan yang paling menguntungkan bagi Juve tentu saja Paul Pogba.
Bukan hanya Pogba yang didapatkan Juventus secara percuma pada pra musim 2012/2013 itu, ada juga Lucio (Inter Milan) dan Rubinho (Palermo), di periode yang sama. Eks bomber Athletic Bilbao, Fernando Llorente, mendarat gratis di Turin musim berikutnya.
Menyongsong 2014/2015, Bianconeri kedatangan Kingsley Coman dari Paris Saint Germain (PSG), juga nir bayar. Giliran Neto (Fiorentina), Sami Khedira (Real Madrid), serta Alberto Cerri (Parma) yang dihadirkan tanpa keluar dana jelang musim 2015/2016.
Yang terbaru, bek sayap gaek langganan tim nasional Brasil, Dani Alves, dari Barcelona dan striker muda berbakat Italia mantan punggawa Como, Simone Andrea Ganz, sukses diboyong cuma-cuma jelang musim 2016/2017 ini.
Kingsley Coman ternyata juga bernilai daya jual tinggi. Winger lincah anggota skuad Perancis di Piala Eropa 2016 itu dipinjamkan ke Bayern Munchen seharga 7 juta euro dengan opsi pembelian yang mencapai angka 21 juta euro.
Di sisi lain, Juventus juga pernah kehilangan beberapa pemain berharga yang hengkang ke klub lain tanpa label harga karena habis masa kontrak. Yang paling patut disesali tentunya kepergian Sebastian Giovinco jelang musim 2014/2015 lalu.
Pemain mungil nan lincah asli didikan Juventus itu digaet kembali dari Parma pada 2012 dengan 11 juta euro, tapi La Vecchia Signora harus melepasnya gratis ke klub Amerika Serikat, Toronto FC. Hal serupa berlaku juga untuk Marco Motta dan Reto Ziegler di periode transfer yang sama.
Musim 2015/2016, cukup banyak pemain Juventus yang keluar gratis, sebut saja Marco Storari ke Cagliari, Simone Pepe ke Chievo, Fernando Llorente ke Sevilla, dan Andrea Pirlo yang hijrah ke New York City. Semua pemain ini sebenarnya masih layak dibanderol dengan harga yang cukup tinggi.
Sekali lagi, terlepas dari pemasukan yang diperoleh Juventus di sektor-sektor lain semisal dari sponsorship, hak siar televisi, tiket masuk, merchandise, dan lainnya, rekam-jejak transfer pemain Bianconeri dalam beberapa musim terakhir menunjukkan tren negatif.
Begitu juga dengan datangnya pemain yang didapatkan cuma-cuma, serta perginya beberapa pemain dari Turin dengan gratis pula, tentunya ada perhitungan tersendiri yang sedikit-banyak mempengaruhi neraca keuangan Juventus.
Ketika banyak orang menyebut Juventus paling cerdik dalam urusan jual-beli pemain, ternyata tidak selalu demikian. Kendati begitu, kerugian yang muncul dari salah satu sektor sebuah klub besar seperti Bianconeri adalah suatu kewajaran.
Bagaimanapun, Juventus masih menjadi salah satu klub terkaya di dunia yang menurut Forbes menempati posisi ke-8 untuk tahun 2016 ini. Di Italia, sang juara bertahan Serie A juga klub paling tajir hingga saat ini, dan bukan tidak mungkin masih akan seperti itu untuk tahun-tahun berikutnya.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti