tirto.id - Sama seperti Umar Wirahadikusumah, Sudharmono juga seorang jenderal. Namun, karier militer Sudharmono tidak sementereng Umar, Try Sutrisno, atau Benny Moerdani. Sudharmono juga dianggap "tak sempurna" sebagai orang militer, karena bukan dari satuan tempur, melainkan dari kehakiman Angkatan Darat dan kemudian di Sekretaris Negara.
Namun Soeharto memang tidak ingin Wapres yang sempurna, melainkan yang bisa diandalkan dan tentu saja setia.
Sudharmono punya kisah uniknya sendiri, seperti juga rata-rata wapres lain. Jika Adam Malik pernah punya kaitan dengan Murba, maka Sudharmono punya kaitan dengan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), yang belakangan jadi Pemuda Rakyat (PR) yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia. Maka ketika ada kabar Soeharto akan memilih Sudharmono yang waktu itu menjabat Ketua Umum Golkar untuk jadi Wapres, banyak yang menolak.
“Mereka yang menolak Sudharmono [jadi Wakil Presiden] menuduh bahwa Sudharmono pernah terlibat PKI,” tulis Retnowati Abdulgani Knapp dalam Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s Second President (2007:184).
Sedangkan Salim Said dalam Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016:88), mencatat bahwa Jenderal Soemitro menyebut "Dia (Sudharmono) itu merah. Tapi sumber kesalahan sebenarnya ada pada saya. Pada saat menjabat Pangkopkamtib, saya sibuk membersihkan yang di bawah, lalai melihat ke atas, Sudharmono lolos."
Patmono SK dalam R. Soekardi, Tentara Demokrat (2000:167) menulis bahwa ada kelompok yang ingin menjatuhkan Sudharmono. "Sudharmono sebagai anggota Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) yang merupakan organisasi massa pemuda yang terlibat dalam peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948. Pendek kata Sudharmono dituduh PKI! Melalui kesaksian orang-orang militer ketika peristiwa tahun 1948, kelompok yang ingin menjatuhkan Sudharmono menyebarkan tuduhan itu,” tulis Patmono.
Tak ada satupun Wakil Presiden Indonesia yang pernah dituduh PKI selain Sudharmono. Pesindo tentu berbeda dengan Pemuda Rakyat, dan jika pun Sudharmono ikut bergabung di zaman revolusi, bukan berarti Sudharmono adalah PKI seperti yang dituduhkan kepadanya. Retnowati Abdulgani juga menyebut bahwa tuduhan Sudharmono adalah PKI tak pernah terbukti.
Tuduhan itu tak lain jadi senjata agar Sudharmono gagal jadi wapres pada 1988. Di zaman Soeharto, isu PKI itu belum tentu mujarab untuk menjatuhkan Sudharmono yang sudah didukung oleh Golongan Karya, partai tempat Soeharto menjadi Ketua Dewan Pembina. Patmono menyebut, pencalonan Sudharmono tak tergoyahkan dan melenggang kakung ke kursi wapres. Soeharto membulatkan pilihan pada Sudharmono untuk jadi wapresnya pada 1988.
“Soeharto telah mengambil keputusan untuk menetapkan Ketua Golkar, Sudharmono, sebagai wakil presiden, sebagai imbalan atas kepekaan politiknya yang tinggi, atas pengalamannya yang luas dalam birokrasi dan keberhasilannya dalam membangun jaringan patronase,” tulis Yudi latief dalam Inteligensia Muslim dan Kuasa, Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20 (2012:608).
Namun, ternyata Sudharmono tidak langsung percaya dirinya akan jadi wapres, walau Soeharto pernah bilang tentang rencana pengangkatan itu. Maklum, Soeharto yang jadi "raja" Republik bisa melakukan apa saja, termasuk membatalkan pengangkatan yang dia buat sendiri.
“Orang yang sudah diberitahu diangkat menduduki jabatan tertentu saja bisa batal,” ujar Sudharmono, seperti dicatat Salim Said (2016:89). “Pokoknya, sebelum Sidang Umum MPR nanti ketok palu, saya belum percaya saya akan menjadi Wakil Presiden.”
Sejarah Hidup Sudharmono
Menurut catatan Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia Perwira Tinggi TNI AD (1989:322), Sudharmono adalah perwira muda di Divisi Ronggolawe ketika masa revolusi. Setelah revolusi usai, dia menjadi perwira untuk urusan hukum, pernah juga menjadi Jaksa Tentara. Setelah berkarier di kehakiman, pada 1960-an, pria kelahiran Gresik ini ditugaskan di kesekretariatan Penguasa Perang Tertinggi (Paperti), dan akhirnya menjadi Menteri Sekretaris Negara sejak 1983.
Selama di Sekretaris Negara, menurut George Junus Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006:269), Sudharmono adalah alat untuk menjadikan kesekretariatan negara menjadi alat politis dan ekonomi dengan Golkar sebagai basis. Saat itu, catat George, Golkar adalah, "...sebuah pintu tol untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan-perusahaan bisnis yang terkait dengan birokrat-birokrat yang berkuasa."
Menjelang penentuan wapres pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (SU MPR) 1988, kalangan sipil di Golongan Karya (Golkar) lebih menyukai Sudharmono untuk dijadikan Wapres Soeharto. Dedengkot tentara yang anti Sudharmono akhirnya harus isap jempol selama satu periode karena harus melihat Sudharmono bersanding dengan Soeharto.
Sudharmono menjadi wakil presiden yang adem ayem, persis seperti keinginan Presiden Soeharto. Di masa Sudharmono menjadi wakil presiden, Indonesia sedang bersiap menghadapi era tinggal landas. Masa ini adalah masa-masa yang ayem bagi Soeharto dan Orde Baru. Anak-anak Soeharto tumbuh dewasa dan mulai terjun ke dunia usaha. Tak hanya anak, cucu Soeharto juga sudah terjun ke dunia bisnis.
Sudharmono menjabat wapres pada 1988 hingga 1993, dan digantikan oleh Try Sutrisno. Ketika Soeharto diturunkan pada 1998, sang mantan wapres ini masih terus mengelola yayasan milik Soeharto. Sudharmono, wapres yang pernah dituduh PKI itu, meninggal pada 25 Januari 2006 di usia 78 tahun.
==========
Artikel ini terbit pertama kali pada 14 Maret 2019. Redaksi melakukan penyuntingan ulang dan menayangkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Editor: Nuran Wibisono & Irfan Teguh Pribadi