Menuju konten utama

Suara Perempuan Afrika di Gaun Michelle Obama

Motif di gaun Michelle Obama mengingatkan pada selimut motif asimetris berwarna-warni buatan komunitas warga Afrika-Amerika, Gee's Bend.

Artis Amy Sherald (kanan) dan mantan ibu negara Michelle Obama berpartisipasi dalam pembukaan potret Mrs. Obama di Smithsonian's National Portrait Gallery di Washington, AS, 12 Februari 2018. FOTO/REUTERS

tirto.id - Smithsonian National Portrait Gallery baru saja memajang lukisan Michelle Obama dan Barack Obama. Galeri ini dikenal sebagai tempat yang memajang gambar sosok yang pernah jadi Presiden dan ibu negara Amerika Serikat. Michelle dilukis oleh Amy Sherald, seorang pelukis Afrika-Amerika yang tinggal di Maryland. Ia dikenal sebagai pelukis yang kerap menggambar orang kulit hitam.

Pada awalnya museum mempertemukan Amy dengan Michelle untuk menanyakan kesediaan digambar oleh Amy. Michelle setuju. Di lukisan itu, Michelle mengenakan gaun panjang karya desainer Michelle Smith. Sang desainer berkata bahwa busana berwarna putih dan aksen warna hitam, merah, abu-abu, kuning, juga merah muda, terinspirasi dari wacana kesetaraan ras, gender, dan hak asasi manusia.

Saat melihat busana Michelle, ingatan Amy tertuju pada Gee’s Bend, komunitas Afrika-Amerika di Wilcox County, Alabama, yang dikenal lewat kerajinan quilt, alias selimut berbahan baku kapas yang biasanya terdiri dari tiga lapisan kain dan berwarna-warni. Baik gaun Michelle maupun quilt punya satu kesamaan: warna yang beragam.

Gee's Bend dan Perjalanan Hidup Berliku

Awalnya, Gee’s Bend adalah sekumpulan budak Afrika yang dimiliki oleh Joseph Gee pada penghujung tahun 1800-an. Kemudian mereka diperjualbelikan ke tuan-tuan lain. Ketika masa perbudakan berakhir, mereka memilih untuk mengolah ladang tua. Sebagian lahan digunakan untuk menanam kapas. Era berganti, kesejahteraan ekonomi pada kawasan yang terletak di tepian sungai Sungai Alabama ini tidak kunjung membaik.

Pada tahun 1930, para wanita di Gee’s Bend mulai membuat quilt di waktu luang. Bahan dasarnya ialah baju bekas yang digunting dan dijahit sesuai dengan motif yang dan bentuk yang diinginkan si pembuat. Selain untuk berlindung dari cuaca dingin, quilt dijadikan benda pengingat bagi suami yang telah meninggal. Keterampilan membuat selimut itu diturunkan ke generasi selanjutnya.

Setiap keluarga punya pola membuat selimut tersendiri. Tetapi mereka belum punya ide untuk menjual selimut-selimut ke luar daerah. Buat mereka, masa itu ialah masa sulit. Untuk memenuhi kebutuhan dasar, Gee’s Bend dibantu oleh Palang Merah dan bantuan pemerintah.

src="//mmc.tirto.id/image/2018/02/13/obama--mild--quita-01.jpg" width="860" alt="Infografik Michelle Obama Dalam Kanvas" /

Perlahan, melalui quilt, nasib komunitas Gee's Bend mulai berubah. Buku The Architecture of The Quilt (2006) menyebut salah satu penanda awalnya adalah terbentuknya komunitas Freedom Quilting Bee pada 1966. Ia adalah organisasi yang bertujuan membantu masyarakat lokal untuk memanfaatkan quilt sebagai sumber penghasilan. Kerajinan tersebut didistribusikan ke sejumlah supermarket dan pusat perbelanjaan di daerah lain.

Tapi, hal ini tidak berlangsung lama. Perubahan tren membuat quilt karya Gee’s Bend tidak laku lagi di pasaran. Apalagi saat itu terjadi permasalahan politik yang menyebabkan dihentikannya kapal penyeberangan dari Gee’s Bend ke Camden, kota terdekat.

Berhentinya pengoperasikan kapal penyeberangan membuat masyarakat setempat harus menempuh perjalanan darat sekitar satu jam menggunakan kendaraan bermotor bila hendak datang ke pusat kota. Kaum Gee’s Bend kembali terisolasi. Kali ini bahkan dalam waktu lama: 44 tahun.

Nasib wanita perajin quilt berubah saat kolektor seni William Arnett datang ke area Gee’s Bend. Ia terpesona dengan keindahan quilt dan membeli enam lembar karya Annie Mae Young. Quilt yang diciptakan oleh komunitas Gee’s Bend kental dengan nuansa desain tradisi Afrika. Karakternya antara lain: memiliki perpaduan warna terang, motif asimetris, dan tidak memiliki bentuk pakem tertentu. Kunjungan tersebut membuat William berniat mengadakan pameran quilt dari penduduk setempat.

Pameran diselenggarakan pada tahun 2002 di Whitney Museum of American Art New York. Dalam Architecture of Quilt yang ditulis oleh William Arnett, disebutkan bahwa sebagian besar pelaku dan praktisi seni awalnya tidak merespons positif pameran tersebut. Anggapan positif justru datang dari kritikus seni Michael Kimmelman lewat tulisannya di New York Times. Ia menulis kekagumannya pada Annie Mae Young yang bisa membuat motif quilt dengan gaya eksperimental.

William sengaja mengemas pameran quilt menjadi sebuah tur. Setelah pameran pertama, quilt dipamerkan lagi di Museum of Fine Arts Houston,The Cleveland Museum of Art, dan The Chrysler Museum of Arts di Norfolk, Virginia. Setelah quilt Gee’s Bend ini dipamerkan di beberapa tempat, penikmat seni mulai bisa menerima keberadaan quilt. Benda yang awalnya dianggap sebagai kerajinan tangan biasa itu telah berkembang menjadi karya seni modern.

Gee’s Bend mulai jadi komunitas yang menarik di mata publik. Pada tahun 2012, sejumlah mahasiswa menjadikan kawasan ini sebagai tempat mereka melakukan proyek pengembangan kawasan. Mereka menciptakan model kota pariwisata dan budaya bagi Gee’s Bend.

Di panggung seni, pementasan teater dengan tema Gee’s Bend pernah dilakukan. Film dokumenter yang membas komunitas ini juga pernah dibuat. Bulan Maret mendatang, Art Gallery 21 di Wilton Manors Florida akan mengadakan pameran bertema "The Quilts of Gee’s Bend: The Fabric of Their Lives". Perlahan tapi pasti karya komunitas Gee’s Bend terus disebarkan. Predikat quilt ala Gee’s Bend sebagai salah satu seni modern Afrika di Amerika pun semakin ditegaskan.

Baca juga artikel terkait FASHION atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Joan Aurelia
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono