tirto.id - Staf Khusus Milenial Presiden Jokowi Aminuddin Maruf mendorong agar pesantren berkembang ke sektor agribisnis. Ia sebut pesantren yang mayoritas berada di desa telah memiliki beragam modal awal yang memberikan keuntungan dalam pengembangan sektor agribisnis di masa pandemi.
Aminuddin berkata, hampir 90 persen dari 29 ribu total pesantren di Indonesia berada di lingkungan pedesaan. Pengembangan ekonomi pedesaan sudah terlihat secara jelas di lima sektor, yakni perkebunan, perikanan, pertanian, kelautan, dan UMKM.
"Dari 5 sektor ini, 4 adalah bagian dari agribisnis. Kenapa kita penting [garap ini] ini dan negara akan memperhatikan ini, karena kita perlu menekan laju urbanisasi yang sudah sangat tinggi beberapa dasawarsa ke belakang ini," kata Aminuddin dalam diskusi Intensif Tirto.id secara daring, Senin (23/11/2020).
Ia menerangkan, negara sudah menaruh perhatian tentang tingginya laju urbanisasi dari desa ke kota. Ia mengklaim 53 persen dari total penduduk Indonesia kini tinggal di ibu kota. Penurunan urbanisasi penting karena pemerintah memprediksi 74 persen warga Indonesia tinggal di kota dengan status usia produktif. Sementara itu, warga yang tinggal di desa mayoritas akan berisi orang-orang tidak produktif.
"Kalau tidak kita ancang-ancang, kita tidak kondisikan mulai dari sekarang, nantinya tidak ada lagi anak-anak muda yang menjadi regenerasi petani, menjadi regenerasi di sektor nelayan, regenerasi di sektor pertanian," kata Aminuddin.
Selain itu, kompetisi di kota akan semakin ketat. Padahal, kata Aminuddin, pemuda kota bisa mencari peruntungan di desa dan bisa memberikan dampak besar bagi desa.
Ia mencontohkan ada lulusan dari kota memilih menetap di sebuah desa di Kabupaten Karawang. Salah satu lulusan kampus ini pun menginisiasi sektor pertanian. Kini ekonomi masyarakat naik akibat publik percaya dengan orang tersebut.
"Ke depannya kita mengarah ke situ dan itu adalah bagian strategis keberadaan pesantren yang notabene adanya di daerah," kata Aminuddin.
Meski demikian, redaktur Tirto.id Awal Hasan mempertanyakan soal keamanan pesantren di masa pandemi ketika konsep agribisnis berjalan. Ia berkaca dari kemunculan klaster di sejumlah pesantren di Indonesia.
"Kalau saya perhatikan, kan, budaya pesantren itu kolektif dan beberapa pesantren ada yang memakai asrama itu, sehingga risiko penularan COVID-19 ini juga mungkin besar sampai ada beberapa berita yang mengatakan soal ada klaster pesantren. Kalau dari sisi Mas Aminuddin dalam menanggapi ancaman seperti ini, kondisinya sekarang update-nya gimana soal pencegahan COVID-19 di pesantren?" tanya Awal.
Aminuddin lantas mengklaim, pesantren justru sebagai tempat yang paling aman dari penularan COVID-19. Alasannya, kata dia, para santri yang masuk pesantren harus melewati tes kesehatan. Selain itu, pesantren berusaha melindungi santri agar tidak terpapar COVID-19 dengan cara menerapkan protokol kesehatan.
"Nah yang jadi masalah adalah pada saat orang luar masuk ke dalam pesantren itu. Mungkin prediksi saya beberapa pesantren yang terkena jadi terdampak dari adanya COVID-19 dan penularan COVID-19 itu saya yakin itu dibawa dari orang luar yang masuk ke pesantren," kata Aminuddin.
Aminuddin menduga, salah satu pengaruh luar yang membawa virus adalah kunjungan keluarga atau pihak lain ke pesantren. Apabila protokol kesehatan diterapkan dengan baik, maka pesantren seharusnya bebas dari COVID-19, kata dia.
Meski menduga virus berasal dari luar, Aminuddin memastikan pemerintah senantiasa membantu pengurus pesantren ketika menangani COVID-19 dalam pesantren. Hal tersebut terbukti dengan komitmen pemerintah ketika menangani pesantren yang sempat menjadi klaster.
"Ada beberapa pesantren yang sudah terdapat penularan COVID-19 yang itu kita dalam koordinasi ke saya dan sudah ditangani dengan maksimal baik oleh pemerintah daerah, pemerintah provinsi, Kementerian Kesehatan, BNPB dan sebagainya," kata Aminuddin.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz