tirto.id -
The Fed menaikkan suku bunga target ke kisaran 3,00 persen - 3,25 persen, merupakan level tertinggi sejak 2008. Proyeksi baru menunjukkan suku bunga kebijakan naik menjadi antara 4,25 persen - 4,50 persen, pada akhir tahun ini sebelum mencapai puncaknya 4,50 persen - 4,75 persen pada 2023.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan terus mengantisipasi dampak kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat tersebut. Karena kenaikan suku bunga acuan The Fed berpotensi memperlemah pertumbuhan ekonomi AS yang juga akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
“Mungkin itu akan mempengaruhi jelas terhadap proyeksi ekonomi dunia, pasti, karena dia ekonomi terbesar dan juga bisa mempengaruhi terhadap harga-harga komoditas, itu yang nanti harus kita antisipasi terus,” kata Sri Mulyani di Gedung Parlemen DPR/MPR, Jakarta, Kamis (22/9/2022).
Sri Mulyani menyebut setiap negara, terutama negara-negara berkembang, perlu memperkuat resiliensi untuk menghadapi risiko capital outflow. Karena sejak AS menormalisasi kebijakan melalui kenaikan suku bunga acuan The Fed pada 2022, capital outflow sudah terjadi dari negara berkembang sehingga International Monetary Fund (IMF) memprediksi 60 negara akan kesulitan membiayai anggaran atau membayar utang mereka.
“Walaupun sudah disampaikan berkali-kali, proyeksi terhadap The Fed yang diperkirakan suku bunganya bisa mencapai di atas 4 persen tahun depan, sudah dimasukkan di dalam perkiraan dinamika dari capital flow,” kata Sri Mulyani.
Walaupun demikian, Bendahara Negara itu tetap optimis Indonesia akan mampu menghadapi dampak kenaikan suku bunga The Fed dengan neraca dagang yang masih surplus dan cadangan devisa yang stabil.
“Jadi kita tetap harus waspada terhadap kemungkinan gejolak dari capital flow itu karena kenaikan suku bunga yang sangat hawkish,” pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin