tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I atau Q1 2021 akan berada di zona negatif atau kontraktif. Angkanya akan jatuh pada kisaran kontraksi 1 persen sampai kontraksi 0,1 persen.
“Kalau kita lihat dari perkiraan pertumbuhan ekonomi Q1 di Kemenkeu masih dalam range antara minus 1 yang terdalam sampai minus 0,1 persen. Kami harap bisa ke zona netral tapi mendekati di 0,1 persen negatif,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (22/3/2021).
Prediksi ini jauh lebih baik dari capaian pertumbuhan Q4 2020 yang mencapai kontraksi 2,19 persen yang juga sudah membaik dari Q3 2020 kontraksi 3,49 persen. Sri Mulyani menyatakan prediksi ini sejalan dengan arah pemulihan ekonomi yang terlihat di berbagai indikator.
Salah satunya PMI Manufaktur yang sudah mencapai 50,9 poin per Februari 2021 yang diikuti pertumbuhan ekspor Februari 2021, 8,56 persen secara year on year (yoy) didorong ekspor batubara, kelapa sawit hingga besi dan baja. Sementara impor tumbuh 14,86 persen yoy didorong kenaikan impor di bahan baku maupu konsumsi.
Faktor lain yang juga mencangkup perbaikan belanja masyarakat. Konsumsi masyarakat menurut Sri Mulyani semakin membaik pada Februari 2021 sejalan dengan semakin menurunnya kasus COVID-19 dan pelaksanaan vaksinasi.
Pertumbuhan Q1 2021 juga diperkuat perbaikan investasi terutama Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Per Februari 2021, Sri Mulyani mencatat ada sejumlah kenaikan seperti kenaikan impor abrang modal 17,7 persen yoy dan peningkatan konsumsi semen 0,8 persne yoy, peningkatan penjualan mobil niaga yang kontraksinya mengecil ke level 17,2 persen yoy.
Meski tumbuh negatif di Q1 2021, Sri Mulyani masih meyakini Indonesia mampu mencapai pertumbuhan di kisaran 4,5 sampai 5,3 persen di 2021. Menurutnya hal ini juga sejalan dengan prediksi sederet lembaga dunia yang menaikan proyeksi mereka pada Indonesia untuk 2021.
“Pada Februari 2021, kami observasi adanya perbaikan kegiatan ekonomi yang ini sangat baik dan positif,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto