Menuju konten utama

Sri Mulyani Proyeksi Pemilu 2024 Dorong Aktivitas Perekonomian

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan penyelenggaraan pemilu tahun 2024 dan pilkada serentak juga diperkirakan akan mendorong aktivitas perekonomian.

Sri Mulyani Proyeksi Pemilu 2024 Dorong Aktivitas Perekonomian
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan paparan saat acara High Level Dialogue (Seminar) on Promoting Digital Financial Inclusion and Literacy for MSMEs di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Rabu (29/3/2023). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/tom.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan bisa mencapai hingga 5,7 persen. Pertumbuhan didorong dari beberapa indikator perekonomian dalam negeri yang masih cukup baik.

"Kami memandang bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi di tahun 2024 antara 5,3 hingga 5,7 adalah sebuah proyeksi yang cukup realistis," kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna, di DPR RI, Selasa (30/5/2023)

Sri Mulyani menuturkan dari sisi domestik aktivitas konsumsi dan sisi agregat demand diperkirakan mulai menguat pada 2024. Hal ini sejalan dengan perdagangan, daya beli masyarakat dengan inflasi yang terus terkendali, dan meningkatnya penciptaan kesempatan kerja karena kegiatan yang makin normal.

"Penyelenggaraan pemilu tahun 2024 dan pilkada serentak juga diperkirakan akan turut mendorong aktivitas perekonomian," ujarnya.

Pada 2024, investasi diharapkan juga meningkat. Khususnya terkait sektor-sektor yang berbasis baik itu mineral dan produk-produk pertanian.

Selain itu, pemerintah juga akan mendorong pembangunan smelter untuk terus ditingkatkan. Karena hal ini akan mendorong belanja modal korporasi pada sektor-sektor terkait.

Percepatan pelaksanaan agenda reformasi struktural yang dilakukan pemerintah juga diharapkan dapat terus memperbaiki iklim investasi dan iklim bisnis Indonesia. Sehingga hal ini mendorong daya tarik investasi yang lebih besar.

Meski optimis, pemerintah tetap akan meningkatkan kewaspadaan karena gejolak ekonomi dunia masih terjadi akibat tensi geopolitik yang masih tinggi. Di samping kondisi likuiditas global masih cenderung ketat serta tingkat suku bunga acuan global masih pada tingkat yang tinggi untuk jangka waktu yang relatif lama.

"Ini adalah faktor yang bisa menimbulkan risiko ke bawah terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu kita akan terus melakukan antisipasi dari berbagai tantangan baik dalam jangka pendek menengah dan panjang," katanya.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin