tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi RI di tahun 2020 menjadi hanya kontraksi 1,7 sampai 0,6 persen. Angka ini lebih buruk dari estimasi sebelumnya yang pernah disampaikan, Jumat (14/8/2020) yang berada di angka kontraksi 1,1 sampai positif 0,2 persen.
“Keseluruhan tahun 2020 proyeksi kami di Kemenkeu antara kontraksi 1,7 sampai 0,6 persen. Kalau kamu lihat kontribusi negatif dua-dua ya terbesar dari investasi konsumsi dan ekspor,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (22/9/2020).
Sri Mulyani mengatakan pemburukan pertumbuhan ekonomi 2020 ini disebabkan oleh koreksi sejumlah komponen PDB yang semakin dalam. Ia mencontohkan komponen konsumsi akan terkontraksi 2,1 sampai 1 persen.
Nasib malang juga dialami komponen investasi yang diukur dalam Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Komponen ini akan mengalami kontraksi 5,6 sampai 4,4 persen.
Sementara itu, ekspor juga dipastikan akan mengalami kontraksi 9 sampai 5,5 persen. Impor juga sama terkontraksi bahkan lebih dalam di kisaran 17,2 sampai 11,7 persen.
Satu-satunya harapan pertumbuhan ekonomi 2020 kini hanya berasal dari komponen konsumsi pemerintah. Komponen ini diperkirakan masih tumbuh positif 0,6 persen sampai 4,8 persen.
Meski demikian, Sri Mulyani menyatakan pemerintah belum akan merevisi target pertumbuhan di 2021. Ia menjelaskan target 2021 ini tetap dipertahankan. Namun, pemerintah juga memastikan akan tetap berhati-hati dengan kondisi ekonomi akibat COVID-19 masih berlangsung di Indonesia. Sejumlah daerah bahkan masih mengalami peningkatan.
“Tahun depan kami menggunakan sesuai digunakan RUU ABN 2021. 4,5-5,5 persen dengan forecast titiknya 5 persen,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri