tirto.id -
"Di negara lain orang lebih suka ngomong populis aja, jangan ngomong utang deh. Nanti utang belakangan, kalau di Indonesia utang aja terus. Jadi itu baik, artinya kita punya self correction, ada semacam resisten terhadap defisit keuangan dan itu membuat confident terhadap ekonomi Indonesia jauh lebih kuat," ujar Sri di Jakarta pada Rabu (3/10/2018).
Sri Mulyani mengapresiasi sikap berbagai pihak yang mengawal ekonomi dalam negeri dan mendorong pemerintah untuk berhati-hati mengatur perekonomian dan keuangan negara.
"Saya memang sangat setuju kalau mau bangun ya kerja keras, bukan utang banyak. Level defisit dan GDP Indonesia termasuk yang sangat prudent di dunia," ujarnya.
Seperti di Italia yang menurutnya kebijakan pemerintahan di sana sudah sangat populis. Tercermin dengan target defisit mencapai 2,4 persen dari PDB. Angka itu dinaikkan dari 1,6 persen.
Pemerintahan Italia yang dipimpin Perdana Menteri Giuseppe Conte sebelumnya ingin defisit 2019 ditekan menjadi 0,8% PDB. Namun pemerintahan berusaha menggolkan program-program populis, seperti tunjangan kepada masyarakat miskin maupun pensiunan. Itu membuat defisit membengkak.
"Defisit saya malah turunkan dari 2,18 persen ke 1,8 persen. Both of contrast," sebutnya.
Justru, pemilihan umum di negara lainnya menurutnya lebih mengkhawatirkan dibandingkan Indonesia. Ia mengatakan bahwa demokrasi Indonesia sudah cukup dewasa dalam menyikapi ekonomi dalam negeri.
"Seluruh partai politik yang berlomba dan dua kandidat, dua presiden semua programnya sangat mendukung ekonomi dan bisnis, jadi sebetulnya [investor] tidak perlu wait and see karena itu menjadi tidak relevan," ujarnya.
Walaupun tim oposisi pemerintah, terkadang berlebihan dalam menyikapi kinerja ekonomi dan keuangan kabinet kerja yang ada. Sehingga, ia mengingatkan berbagai pihak untuk tidak khawatir berlebihan terhadap ekonomi dan keuangan Indonesia.
"Jangan seperti orang sakit anoreksia karena being healty is good, tapi anoreksia itu penyakit. Anoreksia itu kalau Anda makan sedikit Anda merasa akan gemuk terus kemudian dimuntahin lagi," ucapnya.
Ia mengatakan bahwa dalam menghadapi ekonomi global yang dinamis, segala instrumen keuangan dalam negeri perlu dibentuk fleksibel. "Kami sangat optimistis kami bisa mencapai tujuan Indonesia, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur," ucapnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Maya Saputri