tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan jumlah impor Indonesia pada April 2018 lebih tinggi dari jumlah ekspor. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai tren yang terjadi pada capaian ekspor-impor itu masih tergolong sehat.
Adapun jumlah impor itu mengalami kenaikan signifikan sebesar 11,28 persen dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month).
Sementara itu, jumlah ekspor pada April 2018 mengalami penurunan sebesar 7,19 persen. Capaiannya yang sebesar 14,47 miliar dolar AS lebih rendah ketimbang saat Maret 2018 yang mencapai 15,59 miliar dolar AS.
Sri Mulyani tidak melihat adanya masalah pada pertumbuhan ekspor yang di atas 9 persen secara year-on-year, meski tidak menampik bahwa jumlah tersebut masih bisa dipacu lebih banyak lagi.
“Pertumbuhan ekspor kita tentu akan jauh lebih baik apabila ada diversifikasi dari komoditas maupun daerah tujuan. Inilah yang selalu diminta oleh Presiden,” kata Sri Mulyani di Hotel Shangri-La, Jakarta pada Selasa (15/5/2018) sore.
Guna meningkatkan jumlah ekspor itu, Sri Mulyani mengaku telah berbicara dengan menteri koordinator dan menteri perindustrian agar industrialisasi di Indonesia dapat semakin meningkat.
Sedangkan untuk memperbaiki jumlah ekspor maupun investasi Indonesia, Menkeu berjanji akan terus memperbaiki fasilitas fiskal, seperti tax holiday, tax allowance, serta insentif untuk industri kecil yang padat karya dan berorientasi ekspor.
“Kami akan memberikan insentif kepada perusahaan yang melakukan pelatihan vokasi dan riset untuk menambah kemampuan mereka dalam mendiversifikasi produknya,” ungkap Menkeu.
Sementara untuk jumlah impor yang naik 11,28 persen, Sri Mulyani melihat bahwa kebutuhan di sektor produksi yang berupa barang modal dan bahan baku dari luar negeri sedang banyak masuk ke Indonesia.
Dengan demikian, Sri Mulyani menganggapnya sebagai momentum yang harus dimanfaatkan karena sektor produksi tanah air sedang produktif.
Tak hanya impor bahan baku dan bahan modal yang naik 6,59 persen secara month-to-month, impor barang konsumsi juga meningkat 25,86 persen.
“Untuk komoditas konsumsi yang cukup tinggi, saya harap ini musiman, karena mendekati puasa, Lebaran, dan berbagai event internasional. Saya harap ini bisa dikompensasi dengan ekspor yang lebih meningkat,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora