tirto.id - Sutradara peraih Oscar asal Amerika Serikat, Spike Lee, berbagi pengalaman yang bisa dipetik para pegiat film Tanah Air, saat ia menjadi bintang tamu dalam acara Mola Living Live di Mola TV.
Perbincangan bersama Spike Lee yang juga dikenal sebagai produser dan penulis naskah itu, dilakukan lewat video conference dengan dipandu aktor nasional, Reza Hahadian, bersama Mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dino Patti Djalal.
Mola Living Live bersama Spike Lee tayang live pada Jumat (4/12/2020) malam, namun masih bisa ditonton kembali rekaman ulangnya.
Spike Lee identik dengan karya film yang bertema sosial, rasial, politik, dan kemanusiaan. Film panjang pertamanya berjudul She’s Gotta Have It, rilis tahun 1986.
Spike berkisah bahwa proses pembuatan film panjang perdananya tak berjalan mudah. Banyak tantangan harus ia hadapi sebagai sutradara muda kala itu, terutama soal ketersediaan dana yang kecil.
“Proses syuting She’s Gotta Have It diambil saat musim panas 1985, selama 12 hari. Kami menyelesaikannya dengan darah, keringat, dan air mata, saya sangat beruntung, dan inilah saya 4 dekade kemudian,” ujar Spike Lee bangga.
Mengacu data Box Office Mojo, She’s Gotta Have It (1986) yang hanya bermodal sekira 175 ribu dollar AS itu sanggup meraup pendapatan total hingga lebih dari 7 juta dollar AS.
Problem dana ternyata kembali menghantui Spike Lee saat ia membuat film tentang tokoh kulit hitam Amerika Serikat, Malcolm X, pada 1992.
Menurut Spike, masalah ini bahkan sampai mendorong para pesohor kulit hitam di Amerika Serikat lantas bergotong-royong menggalang dana demi penyelesaian produksi film.
“Kendala terbesar mendapatkan uang ada pada film pertama. Tapi yang terberat adalah Malcolm X, saat kami kehabisan uang, pihak studio bahkan sampai memecat orang-orang yang berkerja di bidang pasca produksi,” ujar sutradara yang juga berasal dari keluarga etnis kulit hitam itu.
Dalam perbincangan di program Mola Living Live, Spike Lee juga memberikan semangat bagi para pegiat film independen.
Sekalipun mereka mungkin kerap terbentur masalah pendanaan. Namun bagi Spike, film independen punya keunggulan dibanding yang lain, yakni soal kebebasan sang sutradara.
“Film bagi saya adalah salah satu karya seni terbesar yang kita punya. Dan bagi pegiat film independen, Anda punya kebebasan, tapi mungkin juga dana terbatas, tapi itu berjalan seiring. Saya selalu berkata kepada mahasiswa-mahasiswa saya, temukan suaramu dan ceritakan kisahmu,” jelas Spike yang juga menjadi pengajar di New York University itu.
Menurut Spike Lee, kesempatan bagi para pegiat film saat ini telah terbuka lebar. Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat mereka yang tertarik dalam bidang produksi film tidak harus mengenyam pendidikan formal seperti dulu.
“Sekolah film di generasi saya dahulu, kami hanya membutuhkan peralatan. Tapi kini berkat perkembangan teknologi, orang bisa membuat film dengan menggunakan ponsel, lalu mengeditnya di laptop. Jadi kamu tak punya alasan tak bisa membuat film,” ungkap sosok kelahiran Atalanta, Georgia, pada 20 Maret 1957 tersebut.
Namun Spike juga menekankan bahwa tak ada kesuksesan yang bisa diraih secara instan. Semua membutuhkan tekad, ketekunan, determinasi, dan kerja keras.
“Tak ada yang namanya sukses dalam waktu semalam. Saat kamu memilih profesi, itu membutuhkan proses panjang, akan ada banyak tantangan dan turbulensi. Kamu harus tetap bertahan dan punya etika kerja yang kuat,” jelasnya.
Ada banyak hal yang bisa dipetik dari segudang pengalaman yang dikisahkan Spike Lee, dalam diskusi Mola Living Live yang berdurasi sekira 56 menit itu.
Di samping bidang film, Spike Lee juga mengutarakan pendapat pribadinya tentang aneka peristiwa yang tengah hangat dewasa ini, seperti: pandemi COVID-19, sengkarut politik Amerika Serikat usai pemilu presiden, soal kasus tewasnya George Floyd yang memicu kerusuhan serta gerakan Black Lives Matter, serta banyak lagi hal lain.
Spike Lee sudah menyutradarai banyak karya film di sepanjang karirnya hingga saat ini. Berbagai jenis film sudah ia hasilkan, mulai dari: film pendek, iklan komersial, film dokumenter, serial tv, juga feature film atau film panjang.
Spike Lee meraih Oscar untuk kategori Best Adapted Screenplay pada Academy Award 2019, untuk film BlacKkKlansman (2018). Film bergenre crime biography yang dibalut dengan unsur komedi ini sejatinya juga masuk dalam 6 nominasi di Academy Award.
Spike Lee juga tercatat sebagai sutradara dalam film pendek untuk mengenang mendiang legenda musik dunia, Michael Jackson, dalam karya berjudul Michael Jackson: This Is It (2009).