Menuju konten utama

Solusi Macet Jakarta: RK Usul River Way & Pram Transjabodetabek

RK dan Pramono menawarkan perbaikan program sementara Dharma menilai solusi yang ditawarkan harus dilaksanakan daripada sekadar diucapkan.

Solusi Macet Jakarta: RK Usul River Way & Pram Transjabodetabek
Tiga pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta (dari kiri) Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto, dan Pramono Anung-Rano Karno mengikuti debat pertama pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (6/10/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

tirto.id - Ketiga paslon menyampaikan upaya mereka dalam menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta. Dua paslon mengusulkan program mereka dalam solusi kemacetan Jakarta. Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil menawarkan konsep water way dengan nama river way sementara Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 menyinggung pengaturan rute Transjabodetabek.

Dalam segmen kedua debat Pilkada DKI Jakarta 2024 yang digelar di JIExpo, Jakarta Pusat, Jakarta, Minggu (6/10/2024), Ridwan Kamil menyampaikan bahwa salah satu program penyelesaian kemacetan adalah dengan membuat transportasi laut (water way) di 13 sungai Jakarta dengan menggunakan nama river way.

"Kita mungkin coba akan berinisiasi membuat river way atau perahu melintasi 13 sungai di Jakarta," tutur pria yang disapa RK itu dalam segmen kedua debat Pilkada DKI 2024 yang digelar di JIExpo, Jakarta Pusat, Jakarta, Minggu (6/10/2024).

Selain itu, RK juga menilai perlu adanya perluasan jalan layang (flyover). Di satu sisi, ia berkeinginan untuk mengurangi pergerakan masyarakat selama lima tahun ke depan. Caranya, kata RK, adalah mengembangkan wilayah yang kini sudah maju daripada wilayah lain seperti PIK, Kelapa Gading, TB Simatupang, Meruya, dan Ancol.

"Sehingga orang di selatan tinggalnya di selatan, tidak usah ke pusat. Kerja di selatan, nge-mal di selatan," sebut RK.

"Kemudian kita pergilirkan yang namanya WFH. Senin industri media, Selasa industri hukum, sehingga mengurangi pergerakan, digabung memfasilitasi pergerakan, insya Allah mengurangi kemacetan," lanjut dia.

Sementara itu, Pramono justru menilai kemacetan Jakarta tak akan terselesaikan hanya dengan Transjakarta. Menurut dia, perlu adanya penyesuaian rute TransJabodetabek sebagai solusi masalah kemacetan Jakarta.

"Aglomerasi telah ada maka yang harus dilakulan adalah TransJabodetabek untuk itu, untuk itu maka harus diatur dari ujungnya," sebutnya.

Di satu sisi, ia berjanji untuk menggratiskan tarif sejumlah layanan publik untuk 15 golongan.

"Maka dengan demikian yang paling penting untuk mengatasi kemacetan di Jakarta adalah TransJaboderabek bahkan kalau perlu sampai dengan Puncak dan Cianjur. Kenapa itu harus dilakukan? Sekali lagi untuk mengatasi supaya tidak banyak mobil atau kendaraan pribadi yang masuk ke Jakarta," urai Pramono.

Berbeda dengan dua paslon yang menawarkan program, Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun, justru meminta dua Calon Gubernur DKI Jakarta agar tidak beretorika dalam penyelesaian isu kemacetan Jakarta. Dharma menilai pendapat Cagub DKI RK dan Cagub DKI Pramono tidak salah dalam menyelesaikan kemacetan Jakarta. Namun, ia menilai kedua paslon harus memprioritaskan program yang harus dijalankan.

"Karena waktu kita hanya lima tahun. Kita tidak bisa beretorika dengan berangan-angan. Sementara pada saat kita turun, nantinya itu belum terlaksana," ucap Dharma dalam debat.

Dharma menilai, pemimpin daerah seharusnya memperbaiki terlebih dahulu manajemen transportasi untuk mengatasi kemacetan. Menurut purnawirawan Polri ini, hal yang tak diinginkan adalah tidak berjalannya sebuah peraturan yang sudah ada.

"Jangan sampai ada programnya, apalagi kalau tidak dilaksanakan. Jadi, semua menjadi percuma ketika hanya jadi rencana tanpa eksekusi. Kita perlu segera eksekusi, bukan lagi berdiskusi," tutur Dharma.

Baca juga artikel terkait DEBAT PILKADA DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Muhammad Naufal

tirto.id - Politik
Reporter: Muhammad Naufal
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Andrian Pratama Taher