tirto.id - Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyampaikan, pemerintah tak boleh hanya mengandalkan konsumsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Soalnya, konsumsi hanya memberikan efek ganda atau multiplier effect, tetapi tak bisa membuat pertumbuhan lebih melesat.
Apalagi, kata Piter, peningkatan konsumsi rumah tangga (RT) di tahun 2018 sangat tipis sehingga tak banyak berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kita tahu konsumsi RT di tahun 2018 hanya tumbuh 5,07 dari sebelumnya 4,96 di tahun 2017. Peningkatan pertumbuhan konsumsi sangat tipis," ujar Piter kepada Tirto, Jumat (8/2/2019).
Menurut dia, konsumsi rumah tangga yang naik tipis tersebut disebabkan oleh tidak tumbuhnya daya beli masyarakat di kelas bawah. "Sementara di kelompok menengah atas terjadi penundaan konsumsi yang disinyalir dipengaruhi oleh upaya pemerintah mendorong pajak," ucapnya.
Di samping itu, pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi juga tak berkesinambungan. Peningkatan konsumsi cenderung hanya terjadi pada saat adanya tunjangan hari raya atau gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS).
Misalnya, peningkatan konsumsi yang terjadi pada kuartal II 2018 tidak sama di kuartal-kuartal selanjutnya. "Pemerintah tidak bisa memacu pertumbuhan konsumsi RT yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan terkait pengupahan dan perpajakan," imbuhnya.
Rabu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertengger di angka 5,17 persen. Capaian tersebut masih jauh dari asumsi dalam APBN 2018 yang dipatok 5,18 hingga 5,4 persen.
Menurut Piter, salah satu sumber pertumbuhan yang bisa diandalkan Indonesia adalah investasi. Sebab, investasi berperan sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi yang efek gandanya juga jauh lebih besar.
Tak hanya itu, menurut Piter, investasi juga mendorong produktivitas, sehingga ada kemungkinan ekspor netto juga akan terdongkrak. Sayangnya, kata Piter, di tahun lalu yang terjadi justru penurunan investasi asing (PMA).
Padahal, jika pertumbuhan investasi kencang, ekonomi Indonesia di tahun 2018 akan lebih moncer apalagi bila ditambah dengan tingginya konsumsi. "Penurunan investasi asing atau PMA menyebabkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 tidak sesuai harapan," ucap Piter.
Menurutnya, pemerintah harus mengevaluasi kembali strategi investasi Indonesia lantaran dinilai belum terlalu efektif. "Kendala nya adalah paket-paket kebijakan pemerintah ternyata tidak efektif bahkan ada yang blunder menahan investasi," pungkasnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto