Menuju konten utama
Peneliti Politik CSIS:

Soal Baju Putih, Jokowi Ingin Lebih Merakyat daripada Prabowo

Pernyataan capres 01 Joko Widodo yang menyebut kemeja putih lebih merakyat dibandingkan jas hitam lebih mahal dinilai sebagai bentuk sindiran kepada capres-cawapres penantang, yakni Prabowo-Sandiaga.

Soal Baju Putih, Jokowi Ingin Lebih Merakyat daripada Prabowo
Capres nomor urut 01 Joko Widodo, Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, dan Ketua KPU rief udiman menyanyikan lagu Indonesia Raya saat mulaii debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Peneliti departemen politik dan perubahan sosial dari lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai pernyataan capres 01 Joko Widodo yang menyebut kemeja putih lebih merakyat dibandingkan jas hitam lebih mahal merupakan bentuk sindiran kepada capres-cawapres penantang, yakni Prabowo-Sandi.

"Saya kira itu upaya untuk melakukan contrasting image kepada penantang. Kalau kita lihat dari kampanye-kampanye ini, contrasting image atau sindiran-sindiran sering dilakukan," ujarnya saat di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2019).

Menurutnya, pada pernyataannya tersebut, presiden RI ketujuh itu ingin menyampaikan pesan bahwa dirinya berasal dari produk lokal. Sedangkan lawan politiknya, Prabowo-Sandi yang memasang foto mengenakan jas di dalam surat suara, merupakan produk luar negeri.

"Jadi, saya kira itu narasi soal kesederhanaan," ucapnya.

Namun, terkait dengan pernyataan Jokowi yang menyindir paslon 02 yang mengenakan jas buatan Eropa. Dirinya tak bisa berkomentar apakah pernyataan tersebut bertentangan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71 Tahun 2018 tentang Tata Pakaian Pada Acara Kenegaraan dan Acara Resmi yang dibuat oleh Jokowi.

Perpres tersebut dibuat dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (4) dan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, pada 21 Agustus 2018.

Jenis Pakaian pada Acara Kenegaraan, menurut Perpres ini, terdiri atas: a. Pakaian Sipil Lengkap (PSL). Menurut Perpres ini, PSL untuk laki-laki berupa: jas berwarna gelap, kemeja lengan panjang putih, celana panjang yang berwarna sama dengan jas, dasi dan sepatu hitam.

Menurutnya, pernyataan Jokowi dengan Perpres tersebut merupakan sesuatu hal yang berbeda konteks. Karena selama masa kampanye, capres-cawapres dapat membicarakan berbagai macam hal.

"Ya mungkin penggunaan jas resmi acara kenegaraan ya, tapi kalau dia kampanye soal jas buatan Eropa, atau juga jas buatan Indonesia. Menurut saya bukan suatu yang bertentangan atau tidak, itu suatu yang berbeda. Perpres urusan yang lain, kampanye urusan lain," terangnya.

Kemudian, Arya menilai pernyataan yang dilontarkan capres 01 itu saat kampanye terbuka di Riau merupakan strategi untuk menguatkan citra dirinya di hadapan masyarakat agar terlihat lebih sederhana.

"Karena dulu dia menang salah satu aspeknya adalah dia dianggap lebih sederhana dibandingkan Prabowo, sekarang Jokowi ingin ambil lagi image itu, sebagai sosok yang sederhana," kata Arya.

Narasi yang dilontarkan oleh Jokowi itu, menurut Arya, merupakan sebuah taktik untuk me-refresh kembali memori orang bahwa karakter capres petahana itu sebagai pemimpin yang merakyat.

"Jadi dia ingin menunjukkan apalagi dia pakai kemeja putih. Jadi tujuannya agar orang mudah mengingat di kotak suara warna putih atau menggunakan tagline rabu putih, itu kan memorable," terangnya.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Maya Saputri