Menuju konten utama

Sinopsis When Marnie Was There, Film Animasi Horor Studio Ghibli

Sinopsis When Marnie Was There, ffilm animasi horor produksi Studio Ghibli dari Jepang.

Sinopsis When Marnie Was There, Film Animasi Horor Studio Ghibli
Ilustrasi film Netflix. FOTO/iStockphoto

tirto.id - When Marnie Was There merupakan film Animasi Jepang yang ditulis dan disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi, serta dirilis pada tahun 2014.

Film ini diproduksi oleh Studio Ghibli, dan diangkat berdasarkan novel berjudul sama When Marnie Was There karya Joan G. Robinson.

Setelah film The Tale of the Princess Kaguya dan Hayao Miyazaki, Studio Ghibli mengumumkan hiatus sejenak. Jadi, When Marnie Was There kemungkinan menjadi film terakhir mereka.

Film ini telah dirilis dalam bentuk Blu-ray dan DVD di jepang pada 18 Maret 2015.

IMDb memberikan rating 7.7/10 diberikan oleh 31,874 user dan di Rotten Tomatoes mendapat skor 88 persen berdasarkan 6.240 tomatometer. When Marnie Was There sudah dapat disaksikan di layanan streaming Netflix.

Sinopsis When Marnie Was There

Diceritakan seorang gadis berusia 12 tahun bernama Anna Sasaki yang tinggal di Sapporo bersama dengan kedua orang tua angkatnya, Yoriko dan suaminya.

Suatu hari Anna jatuh pingsan saat berada di sekolah karena penyakit asma yang dia derita kambuh. Dokter menyarankan agar Anna pergi menghirup udara segar ke desa, supaya asmanya tidak semakin parah.

Ibu angkat Anna, Yoriko, menyadari kalau putrinya perlu beristirahat dari bisingnya kehidupan kota dan mungkin bisa menjadi obat untuk putri tercintanya.

Anna tidak dekat dengan siapa pun termasuk kedua orang tua angkatnya, meskipun mereka sangat mencintai Anna. Bahkan Anna masih memanggil ibu angkatnya dengan sebutan bibi.

Anna selalu merasa terganggu dengan kehadiran orang lain dan tak ingin menjadi pusat perhatian.

Hal ini karena pengaruh masa lalu Anna sebagai anak sebatang kara yang tinggal di panti asuhan. Sehingga Anna tumbuh menjadi anak yang pendiam dan tertutup.

Yoriko menghubungi kerabatnya yang ada di desa. Kemudian diantarlah Anna ke stasiun kereta api.

Tinggal bersama dengan Setsu dan Kiyomasa Oiwa, Anna menghabiskan liburan musim panasnya di pedesaan daerah tepi pantai yang udaranya masih segar, pemandangannya terlihat hijau dan suasananya tenang.

Sesekali Anna menulis surat untuk mengabarkan keadaannya pada ibunya. Dia juga berkeliling dan melukis pemandangan sekitar rumahnya.

Suatu hari bibinya mengenalkan Anna pada gadis di desa bernama Nobuko Kadoya. Bibi berpikir mungkin Anna lebih senang berlibur dengan teman sebayanya daripada sendirian. Ibu Kadoya juga dengan senang hati menerima Anna.

Pada malam festival, Anna, Kadoya dan teman-temannya berjalan bersama. Mereka sering mengajak Anna berbicara dan mengajaknya melihat apapun yang menarik. Mereka sangat ramah pada Anna.

Namun, Anna yang tak terbiasa berinteraksi pada orang lain, malah salah mengartikan kebaikan terman-temannya. Sehingga Anna mencari cara untuk pergi dari teman-temannya.

Ia terpaksa memaki-maki Kadoya agar mereka membenci Anna dan meninggalkan Anna sendiri.

Kadoya pulang dengan keadaan menangis. Melihat keadaan anaknya, Ibu Kadoya mencari Anna ke rumah bibinya, namun ternyata Anna belum pulang dari festival itu.

Setelah kejadian itu bibi tak lagi memaksa Anna untuk bertemu dengan siapa pun dan mencoba mengerti keadaan Anna.

Suatu hari, Anna melihat rumah kosong yang sangat besar. Rumah dengan gaya Eropa itu tampak gagah berdiri di tepi pantai, jauh dari pemukiman warga.

Setelah melihat-lihat rumah itu, Anna terus didatangi sesosok gadis Eropa berambut pirang dalam mimpinya.

Ternyata gadis itu tak hanya hadir dalam mimpinya saja namun ia memang ada di rumah itu. Dia selalu menunggu kedatangan Anna untuk sekedar berkeliling atau mengobrol bersama. Gadis itu bernama Marnie.

Marnie tampak begitu mengenalnya meskipun dia belum pernah bertemu secara langsung.

Anehnya para warga di desa itu selalu menceritakan cerita-cerita mistis dan menganggap rumah Marnie angker.

Mereka juga mengatakan rumah itu sudah kosong selama puluhan tahun, sehingga mungkin dalam waktu dekat rumah Marnie akan dirobohkan atau dijual.

Anna merasa sangat bingung dengan perkataan orang-orang. Dia sangat senang berteman dengan Marnie, apalagi Marnie adalah satu-satunya orang yang mampu mengerti dirinya. Disisi lain Anna bertanya-tanya siapa itu Marnie.

Apakah Marnie seorang hantu? Ataukah karakter imajinasinya belaka? Yang pasti Anna dan Marnie menjadi sahabat sejak saat itu dan kebenaran terungkap setelahnya.

Baca juga artikel terkait FILM ANIMASI JEPANG atau tulisan lainnya dari Ita Kunnisa Aniyavi

tirto.id - Film
Kontributor: Ita Kunnisa Aniyavi
Penulis: Ita Kunnisa Aniyavi
Editor: Dhita Koesno