Menuju konten utama

Sinopsis War Machine, Film Perang Brad Pitt yang Tayang di Netflix

War Machine adalah film perang yang diperankan oleh Brad Pitt dan tayang di Netflix.

Sinopsis War Machine, Film Perang Brad Pitt yang Tayang di Netflix
Brad Pitt menerima penghargaan aktor pendukung untuk "Once Upon a Time in Hollywood" di Oscar pada hari Minggu, 9 Februari 2020, di Dolby Theatre di Los Angeles. Chris Pizzello/AP

tirto.id - Film War Machine adalah kisah fiksi tentang pengalaman Jenderal AS Stanley A McChrystal yang tayang di Netflix. Ia adalah komandan yang dipecat oleh Presiden Obama karena membuat pernyataan tentang pemerintahannya kepada reporter majalah Rolling Stone.

Film garapan sutradara David Michôd ini diadaptasi dari buku Michael Hastings The Operators: The Wild and Terrifying Inside Story of America's War in Afghanistan.

Sinopsis War Machine

Pada musim panas 2009, Jenderal bintang empat Glen McMahon (diperankan Brad Pitt) dikirim ke Afganistan untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung. Glen McMahon diberi keleluasaan untuk menulis dengan syarat ia tidak meminta lebih banyak pasukan.

McMahon dan stafnya Mayor Jenderal Greg Pulver berkeyakinan bahwa perang dapat dimenangkan. McMahon juga merekomendasikan agar Presiden Obama mengizinkan penambahan 40.000 pasukan untuk mengamankan provinsi Helmand dan menstabilkan negara. Namun, permintaan penambahan pasukan itu tidak sesuai dengan kesepakatan.

Tentara Nasional Afganistan (Kapten Badi Basim) bergabung dengan staf McMahon sebagai "perwakilan" rakyat Afghanistan. McMahon mendapat informasi adanya dugaan penyimpangan dalam penghitungan suara yang akhirnya menunda peninjauan penilaian.

Kesal hanya diberikan satu pertemuan saja dalam 70 hari terakhir dengan Presiden Obama, McMahon diam-diam membocorkan penilaian tersebut ke Washington Post dan mengatur wawancara. Pemerintah AS akhirnya memberi tanggapan dengan mengirimkan 30.000 tentara ke Afganistan. Kemudian McMahon pergi ke Paris untuk bernegosiasi dengan negara koalisi lainnya.

Ketika di Paris, McMahon mengetahui bahwa presiden ada di Denmark dan ingin bertemu dengannya. Duta Besar Afghanistan memperingatkan McMahon: apabila dia terus membuat Presiden Obama marah, maka dia akan dipecat karena pembangkangan.

McMahon dan stafnya menghadiri makan malam sambil ditemani oleh penulis Rolling Stone Sean Cullen, yang bermaksud untuk menulis cerita feature.

Saat dalam perjalanan ke Berlin, McMahon ingin melanjutkan negosiasi. Cullen mengamati perilaku McMahon dan menyimpulkan bahwa mereka sombong. Cullen juga mengamat bahwa mereka tampaknya tidak peduli dengan persepsi publik bahwa perang itu mahal dan boros.

Pada sebuah konferensi, McMahon dihadapkan oleh seorang pejabat Jerman yang menyatakan bahwa rencana McMahon hanya akan menyebabkan lebih banyak kerugian. Namun demikian, baik Jerman maupun Prancis setuju untuk melengkapi pasukan yang dibutuhkan untuk serangan yang direncanakan McMahon. Operasi itu dinamakan Operasi Moshtarak.

Operasi tersebut mengalami masalah ketika beberapa warga sipil secara tidak sengaja terbunuh atas instruksi McMahon. Ketika dia mengadakan pertemuan publik menuntut agar McMahon dan pasukannya pergi.

McMahon mengetahui bahwa artikel Cullen telah diterbitkan. Tulisan tersebut menggambarakan negatif tentang dia dan stafnya karena secara terbuka menentang Presiden Obama dan salah menangani upaya perang. Mengetahui bahwa dia akan dipecat karena tindakannya, McMahon kembali ke Washington dan kemudian mengambil pekerjaan sebagai konsultan sipil.

Setelah kejadian itu, Cullen merenungkan konsekuensi artikelnya. Cullen berharap jatuhnya McMahon pada akhirnya akan meyakinkan pemerintah untuk berhenti menyerang negara-negara asing dan mengakhiri perang di Afghanistan. Namun, pemerintah hanya menugaskan seorang jenderal baru untuk menggantikan McMahon.

Baca juga artikel terkait WAR MACHINE atau tulisan lainnya dari Devi Putri Aji

tirto.id - Film
Kontributor: Devi Putri Aji
Penulis: Devi Putri Aji
Editor: Alexander Haryanto