Menuju konten utama

Sinopsis Surga yang Tak Dirindukan, Film Laudya Chintya Bella

Surga yang Tak Dirindukan adalah film duet antara Laudya Chintya Bella dan Fedi Nuril yang dirilis pada 2015 lalu.

Sinopsis Surga yang Tak Dirindukan, Film Laudya Chintya Bella
Pemeran film Fedi Nuril (kiri) dan Laudya Chintya Bella (kanan) hadir dalam acara promo film Surga Yang Tak Dirindukan 2 di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (18/2). Sekuel film Surga Yang Tak Dirindukan yang tayang di tahun 2015 itu mengangkat kisah dari novel berjudul serupa karya penulis Asma Nadia berkisah tentang kisah cinta segitiga dan polemik berpoligami. ANTARA FOTO/Dewi Fajriani/pd/17

tirto.id - Surga yang Tak Dirindukan merupakan film drama romantis karya sutradara terkenal Hanung Bramantyo. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Asma Nadia.

Film yang dirilis pada Juli 2015 ini mengisahkan tentang Citra Arini (Laudya Chintya Bella) yang menikah dengan seorang anak yatim piatu bernama Prasetya (Fedi Nuril).

Pras bertemu Arini saat Arini sedang mendongeng untuk anak-anak dan langsung jatuh cinta padanya.

Akhirnya, keduanya pun memutuskan menikah.

Beberapa tahun kemudian, mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Nadia (Sandrina Michael). Namun, keluarga bahagia tersebut menjadi rumit ketika Pras menyelamatkan nyawa seorang gadis bernama Meirose (Raline Shah) yang mencoba bunuh diri dengan menabrakkan mobilnya ke jurang.

Pras membawanya ke rumah sakit dan Meirose yang saat itu tengah hamil tua terpaksa melahirkan anaknya secara caesar.

Mei yang saat itu memakai gaun pengantin ternyata memiliki cerita hidup yang cukup memprihatinkan. Ayah Meirose pergi meninggalkan dia dan ibunya, kemudian ibu Meirose memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Sedangkan dirinya ditinggalkan oleh kekasihnya yang sudah menghamilinya di hari pernikahannya. Pras mengetahui kisah hidup Meirose ketika menonton video di smartphone milik Meirose.

Singkat cerita, Meirose mencoba kembali bunuh diri dengan berniat lompat dari atas atap rumah sakit. Namun usaha bunuh dirinya digagalkan oleh Pras.

Meirose yang saat itu sangat depresi membuat Pras mengucapkan janji akan menikahinya, karena Pras tidak ingin bayi Meirose bernasib sama seperti dirinya yang tidak memiliki orang tua.

Meirose dan Pras menikah saat itu juga di rumah sakit tanpa sepengetahuan Arini. Sepulang dari rumah sakit, Pras berniat unntuk menceritakan segalanya pada Arini, namun kondisi tidak tepat apalagi Ayah Arini baru meninggal.

Yang mengejutkan, ternyata Ayah Arini pernah melakukan poligami tanpa sepengetahuan keluarganya. Hal tersebut membuat Arini kecewa dan marah besar.

Beberapa waku berlalu, sampai pada akhirnya Arini mengetahui bahwa Pras telah menikahi Meirose. Arini yang saat itu hancur dan bingung merasa tidak ikhlas suaminya menjadi milik orang lain juga. Sahabat-sahabat Pras membujuk Arini untuk menerimanya, termasuk ibu Arini.

Sampai dengan berjalannya waktu dan berbagai musibah menimpa Pras, Arini ikhlas jika harus dimadu dan berusaha memperbaiki hubungannya dengan Meirose dengan mengajaknya menginap di rumah bersama bayi Meirose yang bernama Akbar.

Namun, seiring berjalannya waktu, Meirose merasa bahwa sebaiknya di sana bukanlah tempatnya. Meirose sadar dia menjadi penghalang cinta Pras dan Arini.

Hingga pada suatu malam, Meirose pergi secara diam-diam dan menitipkan Akbar kepada Pras dan Arini. Pagi nya, Pras dan Arini mencoba menyusul Meirose di stasiun dan mengajaknya pulang.

Akan tetapi Meirose berkata, bahwa ini adalah pilihannya. Pergi dari kehidupan Arini dan Akbar adalah keputusan terbaik bagi Meirose.

Film ini berhasil menarik perhatian penonton, dan pada saat itu menerima banyak penghargaan, seperti penghargaan Piala Maya, Festuval Film Indonesia, Festival Film Bandung, dan masih banyak lainnya.

Baca juga artikel terkait FILM INDONESIA atau tulisan lainnya dari Zena Rera Anjani

tirto.id - Film
Kontributor: Zena Rera Anjani
Penulis: Zena Rera Anjani
Editor: Maria Ulfa