Menuju konten utama

Sinopsis Meri Durga di ANTV Eps 58: Rana Terancam Dipecat

Meri Durga episode 58 tayang di ANTV pada Selasa (26/5/2020) pukul 10.45 WIB.

Sinopsis Meri Durga di ANTV Eps 58: Rana Terancam Dipecat
Sinetron India Meri Durga. (Screnshoot/Youtube/StarPlus)

tirto.id - Sinetron asal India, Meri Durga episode 58 tayang di stasiun televisi ANTV pada Selasa (26/5/2020) pukul 10.45 WIB. Sinetron ini tayang dari hari Senin-Minggu pada jam yang sama. Penayangan sinetron ini bisa berubah sewaktu-waktu.

Meri Durga berada dalam arahan sutradara Ravindra Gautam serta penulis naskah Lakshmi Jaikumar, Pankhuri Jain, dan Raghuvir Shekhawat. Adapun para pemain yang bergabung di antaranya Vicky Ahuja, Srishti Jain, Paras Kalnawat, Raj Sharnagat, Akshay Choudhary, Urfi, dan Advait. Serial ini berjumlah 385 episode.

Pada cerita sebelumnya, kantor seni Mada hendak melakukan pameran barang seni, termasuk barang seni milik pemerintah. Ada lima patung bernilai mahal dan antik yang pemerintah titipkan di kantor Mada untuk pameran.

Untuk menjaga keamanan, Mada mempercayakan hal itu pada Amrita. Mendapat kepercayaan dari Mada, Amrita merasa tersanjung. Namun, dia tidak akan bisa berleha-leha. Sangat mungkin ada orang yang berniat merusak atau justru mencuri barang berharga milik pemerintah.

Sementara itu, di Bhiwani, orang tua Prince yang merupakan dewan sekolah sedang berkunjung. Dia berkeliling sekolah dan bertemu dengan anaknya. Ayah Prince memarahi anaknya yang mendapat nilai jelek di pelajaran olahraga.

Prince tidak bisa membantah atau membela diri. Arti, yang merupakan teman Prince datang membantu. Arti mengatakan bahwa guru olahraga, Rana, telah pilih kasih dalam mendidik para siwa-siswi. Menurut Arti, Rana terlalu mengistimewakan Durga. Hal itu membuat nilai siswa-siswi lain jelek.

Hal itu membuat ayah Prince sebagai dewan sekolah hendak menemui Rana. Sepertinya dia akan menegur atau justru mengeluarkan Rana dari sekolah.

Di sisi lain, nilai pelajaran matematika Durga juga jelek. Walaupun dia berbakat dalam olahraga lari, namun untuk pelajaran lain dia mendapat nilai jelek. Hal ini bisa berakibat buruk pada saat ujian nanti.

Di Balwara, Yashpal sedang mencari uang untuk biaya sekolah dan makan anaknya, Durga. Dia masih belum mengumpulkan uang yang cukup. Saat sedang pusing perihal uang, ada seorang pencuri emas yang datang kepada Yashpal. Pencuri itu menawari Yashpal untuk menjual barang hasil curiannya. Untunglah Yashpal waspada dan menolak tawaran itu. Dia justru membawa pencuri menuju kantor polisi.

Pada cerita kali ini, keluarga Amrita berkunjung ke pameran di kantor Mada. Mereka melihat-lihat patung yang bernilai tinggi milik pemerintah. Sayangnya, saat sedang berada di pameran, nenek Amrita batuk-batuk dan sesak napas. Dia terjatuh karena lemah.

Hal itu sebenarnya ulah dari Shila, anak menantu nenek Amrita. Shila memberikan semacam obat yang membuat ibu mertuanya sakit. Dia ingin memanipulasi penyakit ibu mertuanya menjadi sakit TBC. Hal itu agar uang yang seharusnya untuk biaya sekolah Durga bisa beralih menjadi biaya pengobatan penyakit TBC. Shila telah bekerjasama dengan orang yang berpura-pura menjadi dokter.

Sementara itu, kini Durga harus bolak-balik dari Balwara ke Bhiwani untuk sekolah. Dia tidak lagi tinggal di rumah Subadra yang merupakan bibinya. Ayah Durga tahu Subadra mempekerjakan anaknya di rumah.

Jarak yang jauh membuat Durga terlambat masuk sekolah. Saat tidak bisa masuk kelas, Rana menghampiri Durga untuk mengajaknya menuju ruang kepala sekolah. Rana ingin mengajak Durga meminta maaf karena terlambat.

Sayangnya kepala sekolah dan dewan sekolah salah paham. Mereka mengira Rana membantu Durga untuk masuk kelas. Sebelumnya ada desas-desus bahwa Rana pilih kasih dalam mengajar olahraga kepada Durga dan mengabaikan siswa-siswi lain.

Rana mendapat teguran keras. Dia terancam dipecat oleh sekolah. Hal ini bisa berakibat buruk ke depannya, termasuk kepada Durga.

Baca juga artikel terkait MERI DURGA atau tulisan lainnya dari Sirojul Khafid

tirto.id - Film
Kontributor: Sirojul Khafid
Penulis: Sirojul Khafid
Editor: Alexander Haryanto