tirto.id - Film yang mengangkat tema rasisme, Just Mercy (2019) akan tayang secara gratis di berbagai platform layanan streaming film, salah satunya Netflix. Just Mercy dijadwalkan tayang kembali pada Juni 2020.
Isu rasisme, akhir-akhir ini memang sedang menjadi perhatian, menyusul tewasnya pria berkulit hitam George Floyd akibat ditekan lehernya oleh seorang polisi kulit putih Derek Chauvin di Minneapolis, Senin (25/5/2020).
Warner Bros selaku rumah produksi Just Mercy menyatakan film ini memiliki kisah yang berkaitan dengan apa yang hari ini sedang disuarakan di Amerika Serikat soal keadilan ras.
"Kami percaya pada kekuatan cerita," kata Warner Bros dalam sebuah pernyataan, yang dikutip dari New York Post, Minggu (7/6/2020).
“Film Just Mercy, yang didasarkan pada karya kehidupan pengacara hak-hak sipil Bryan Stevenson, adalah salah satu sumber daya yang dapat kami tawarkan dengan rendah hati kepada mereka yang tertarik untuk belajar lebih banyak tentang rasisme sistemik yang mengganggu masyarakat kita,” tambahnya.
Film berdurasi 2 jam 17 menit disutradarai oleh Destin Daniel Cretton, dan akan menampilkan Michael B. Jordan, Jamie Foxx, dan Brie Larsson sebagai pemerannya.
Film garapan rumah produksi Warner Bros. Picture ini juga mendapat respons dan ulasan yang postif, salah satunya mendapat skor 7,5 di IMDb.
Sinopsis Just Mercy
Film Just Mercy merupakan kisah nyata yang mengikuti kehidupan pengacara muda bernama Bryan Stevenson (Michael B. Jordan) dan perjuangannya dalam mendapatkan keadilan di Amerika Serikat.
Setelah lulus dari Harvard, Bryan mendapatkan pekerjaannya sebagai pengacara. Pekerjaan itu ia dapatkan setelah memutuskan pergi menuju ke Alabama untuk membela mereka yang tidak mendapatkan peradilan yang layak, dengan dukungan advokat lokal Eva Ansley (Brie Larson).
Salah satu kasus yang pertama, dan yang paling sulit, adalah ketika dirinya menghadapi kasus Walter McMillian (Jamie Foxx). McMillian, pada tahun 1987 dijatuhi hukuman mati karena pembunuhan seorang gadis berusia 18 tahun.
Banyak bukti yang menunjukkan ia tidak bersalah dan satu-satunya kesaksian terhadapnya berasal dari penjahat yang memiliki motif untuk berbohong.
Pada tahun-tahun berikutnya, Bryan terlibat dalam labirin manuver hukum dan politik serta rasisme yang begitu terbuka ketika ia berjuang untuk keadilan kasus Walter.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Dipna Videlia Putsanra