Menuju konten utama

Sinopsis Film Moolaade: Kisah Perjuangan Menentang Sunat Perempuan

Sinopsis Moolaadé (2004), film karya sutradara Ousmane Sembene yang mengisahkan perjuangan menentang tradisi sunat perempuan di Afrika.

Sinopsis Film Moolaade: Kisah Perjuangan Menentang Sunat Perempuan
Ilustrasi Bioskop. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Moolaadé (2004) adalah film terakhir yang dibuat oleh sutradara Senegal, Ousmane Sembene. Dia menggarap produksi film ini saat usianya sudah sepuh, 81 tahun.

Film ini mengisahkan perjuangan menentang tradisi sunat perempuan di perdesaan Burkina Faso, Afrika Barat. Karakter utama dalam Mooladé adalah seorang perempuan bernama Colle. Ia dengan gigih melindungi gadis-gadis dari tradisi sunat perempuan, kebiasaan yang disebut "pemurnian" di desanya.

Mengambil latar sebuah desa bernama Bambara yang berpenduduk muslim, film ini juga memberi gambaran akan situasi di pedalaman Afrika yang masih lekat dengan kepercayaan pada mistik dan sihir di tengah serbuan modernisasi.

Moolaadé memperoleh 6 penghargaan serta sepuluh nominasi internasional bergengsi, termasuk 2 piala untuk Ousmane Sembene di ajang Festival Film Cannes 2004.

Sinopsis Moolaadé (2004)

Colle merupakan ibu yang telah kehilangan dua orang anak gadis akibat praktik sunat perempuan. Penduduk di desanya menyebut tradisi itu sebagai praktik "pemurnian."

Hidup dalam keluarga poligami, Colle menjadi istri kedua dari seorang pria yang menikah dengan 3 perempuan, yakni Cire Bathily. Meski begitu, Colle merupakan istri yang paling Cire sayangi.

Alkisah, Colle menerima permintaan perlindungan dari 4 gadis yang berusaha menghindari praktik sunat perempuan. Dia lalu memenuhi permintaan itu dan memberi perlindungan dengan berbagai cara.

Colle mengeluarkan sebuah sihir perlindungan, mengutuk siapa pun yang nekat masuk rumahnya untuk mengambil anak-anak perempuan tadi untuk disunat. Ia membawa sebuah tali (Moolaadé) kemudian mengikatnya di depan pintu rumah yang menandakan berlakunya sihir perlindungan itu.

Di sisi lain, anak perempuan Colle, Amasatou, justru meminta ibunya untuk memperbolehkannya “dimurnikan” agar mendapat status sosial yang lebih baik di desa.

Amasatou mengajukan permintaan tersebut karena kekasihnya, Ibrahima, datang dari Prancis dan berniat melamarnya. Namun, ayah Ibrahima, yang merupakan kepala desa, menolak memberikan restu dengan alasan Amasatou yang seorang bilakoro (orang yang belum disunat).

Namun, Colle dengan tegas menolak permintaan izin dari anak gadisnya itu. Keyakinan Colle pada prinsipnya semakin kuat setelah ia mendengar penjelasan melalui radio bahwa sunat perempuan tidak diwajibkan dalam Islam.

Meski begitu, para tetua di desanya tetap bergeming. Para tetua desa itu bahkan menuding bahwa radio adalah benda laknat yang yang memudarkan nilai-nilai tradisi leluhur mereka. Anggapan itu lantas berujung perintah para tetua agar seluruh radio dikumpulkan dan dibakar.

Tidak berhenti di situ, para tetua desa pun meminta Cire Bathily memaksa Colle supaya mencabut tali sihir Moolaadé-nya dengan mencambuk istri keduanya itu di hadapan penduduk desa.

Cire kemudian membawa cambuk yang diberikan kakaknya, Amath Bathily. Di hadapan penduduk desa, Cire mulai mencambuk Colle. Cire yang tidak pernah memukul perempuan, bahkan anaknya sendiri, syok ketika ia harus mencambuk istri yang paling ia sayangi.

Momen itu ternyata membuat warga desa terbelah. Warga perempuan berteriak mendukung Colle untuk bertahan, sedangkan para laki-laki bersorai memaksa Colle untuk menyerah. Namun, Colle tetap teguh menolak untuk mencabut sihir perlindungannya. Aksi cambuk akhirnya dihentikan oleh seorang pedagang di desa tersebut.

Setelah insiden cambuk itu, Colle bersama warga perempuan di desa berkumpul dan menyatukan keluh kesah mereka. Kemudian para perempuan itu bersama-sama melawan para tetua desa serta para Salindana (perempuan yang menyunat perempuan desa) dengan berteriak di depan mereka.

Hal ini menginspirasi Cire Bathily pergi dari lingkaran tetua untuk mendukung para perempuan itu. Sikap serupa ditunjukkan Ibrahima yang berdiri dan mendatangi Amasatou meskipun dilarang dan disumpahi oleh ayahnya.

Bagaimana kelanjutan cerita perjuangan Colle menentang tradisi sunat perempuan dan melawan para tetua desa? Saksikan kisah selengkapnya dalam film Moolaadé.

Baca juga artikel terkait SINOPSIS FILM atau tulisan lainnya dari Stanislaus Axel Paskalis

tirto.id - Film
Kontributor: Stanislaus Axel Paskalis
Penulis: Stanislaus Axel Paskalis
Editor: Addi M Idhom