Menuju konten utama

Sinopsis Film Cahaya dari Timur: Pas Ditonton Saat Sumpah Pemuda

Film Cahaya dari Timur: Beta Maluku cocok ditonton saat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, berikut sinopsisnya.

Sinopsis Film Cahaya dari Timur: Pas Ditonton Saat Sumpah Pemuda
Cahaya dari Timur Beta Maluku. netflix/rilis Getcraft

tirto.id - Cahaya Dari Timur: Beta Maluku adalah sebuah film drama biografi dengan tema sepak bola yang dirilis pada tahun 2014.

Film yang memiliki judul bahasa Inggris yaitu We Are Moluccans ini mendapatkan rating 7.9/10 di situs IMDb dari 207 pemberi nilai.

Sutradaranya adalah Angga Dwimas Sasongko, sedangkan skenarionya ditulis oleh oleh Swastika Nohara, Mohamad Irfan Ramly, dan Angga Sasongko sendiri.

Artis yang ikut berperan adalah Chicco Jerikho, Abdurrahman arif, Jajang C. Noer, Ridho Hafiedz, Leo Maitimu, Shafira Umm, Glenn Fredly, Aufa Assagaf, Burhanuddin Ohorella, dan Bebeto Leutually.

Dilansir dari laman Arsip Festival Film Indonesia, film ini mendapat anugerah 2 Piala Citra dan memenangkan beberapa kategori pada Festival Film Indonesia 2014 yaitu untuk Film Terbaik dan Pemeran Utama Pria Terbaik.

Selain itu, film ini juga masuk nominasi dalam kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, Skenario Adaptasi Terbaik, Penyuntingan Gambar Terbaik, Sinematografi Terbaik, Tata Artistik Terbaik, dan Tata Suara terbaik.

Sinopsis Cahaya dari Timur: Beta Maluku

Film ini bercerita tentang Sani Tawainella (diperankan oleh Chicco Jerikho), seorang mantan pemain sepak bola yang gagal dan akhirnya menjadi seorang tukang ojek.

Sani berjuang menghidupi istrinya, Haspa Umarella (diperankan oleh Shafira Umm), di tengah situasi konflik di daerahnya, Tulehu.

Anak-anak di daerah tersebut mau tidak mau terseret oleh arus konflik yang akhirnya memantapkan hati Sani untuk melatih mereka bermain sepak bola agar terhindar dari konflik.

Di tengah konflik agama yang terjadi di Maluku saat itu, Sani ditugaskan oleh Josef Matulessy (diperankan oleh Abdurrahman Arif) untuk membawa timnya mewakili Maluku di sebuah kejuaraan nasional.

Bersama dengan Sani, Josef mengumpulkan anak-anak yang bertikai untuk menjadi satu tim sepak bola yang bisa membanggakan daerah mereka.

Namun konflik agama tidak hanya terjadi di Maluku, tetapi juga di dalam timnya sendiri yang membaurkan anak-anak dengan agama yang berbeda-beda.

Haspa percaya bahwa sang suami memiliki niat mulia yang harus ia dukung meskipun situasi ekonomi keluarganya menjadi prioritas kedua.

Film ini menggambarkan semangat pemuda dalam mengatasi berbagai konflik antar agama atau ras dengan kegiatan bermanfaat dan membanggakan seperti olah raga sepak bola. Film ini cocok ditonton sebagai inspirasi dalam rangka hari sumpah pemuda di tanggal 28 Oktober.

Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA 28 OKTOBER atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Film
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Alexander Haryanto