tirto.id - Hari Pramuka diperingati setiap 14 Agustus. Pramuka, atau Praja Muda Karana, menjadi gerakan kepanduan khas Indonesia. Di masa penjajahan, gerakan kepanduan sangat banyak di negeri ini hingga akhirnya melebur ke dalam Pramuka.
Pencetus kepanduan yaitu Robert Baden Powell pada tahun 1906-1907. Powell mengatakan dalam bukunya Scouting for Boys, adanya gerakan kepanduan memiliki tujuan melatih remaja dalam hal keterampilan dan ketangkasan, cara bertahan hidup, hingga pengembangan dasar-dasar moral.
Begitu pula dengan anggota pramuka, mereka akan dibekali dengan berbagai kecakapan. Hal itu tercermin dari kewajiban untuk mampu lulus dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) di setiap golongan baik siaga, penggalang, penegak, dan pandega.
Dinamika yang ada dalam gerakan kepanduan tersebut bahkan diangkat kisahnya dalam layar lebar melalui film 759: Boy Scouts of Harlem. Alurnya tidak lepas petualangan yang dialami anggota pramuka di Harleem
Film 759: Boy Scouts of Harlem dan Sinopsisnya
Film 759: Boy Scouts of Harlem merupakan karya sutradara Jake Boritt dan Justin Szlasa. Film dokumenter yang rilis di tahun 2009 yang menghadirkan Keith Dozier sebagai dirinya sendiri. Dozier menjalani kegiatan perkemahan pramuka pertamanya bersama Pasukan 759..
Sebagai film dokumenter, kamera menyorot aktivitas perkemahan apa adanya. Sinema ini tidak memiliki inti cerita yang tematik seperti umumnya film. Kendati demikian, tidak berarti film tersebut membosankan untuk disimak.
Pemirsa diajak menyelami potongan-potong kehidupan di sekitar perkemahan, cerita seputar keluarga Dozer, hingga berbagai aktivitas pramuka menantang.
Mengutip laman Boston, sinopsis film 759: Boy Scouts of Harlem yang mengisahkan tentang banyaknya pasukan pramuka di Harlem. Salah satu di antaranya yaitu Pasukan 759. Pasukan ini sedang melakukan perkemahan di pedalaman New York yakni Camp Keowa, Crystal Lake.
Pasukan 759 terdiri dari empat pramuka dan dua orang pembina. Pramuka termuda di pasukan ini adalah Keith Dozier yang masih berusia 11 tahun. Ini adalah kemah pertamanya yang penuh tantangan.
Dozer memiliki fisik gemuk tapi cukup cerdas. Sebenarnya Dozier tidak terlalu bersemangat mengikuti kegiatan tersebut dan merasa frustrasi. Dia tetap diikutkan perkemahan lantaran keluarganya mempunya tradisi Pramuka yang kuat.
Kakek, nenek, hingga ayah dari Dozer merupakan pramuka di zamannya. Kecakapan mereka cukup diperhitungkan sebagai anggota kepanduan. Beda dengan Dozier, berenang pun dia tidak bisa.
Namun, berbagai kekurangan yang dimiliki Dozier tidak lantas membuatnya terlalu bersedih. Dia perlahan mulai beradaptasi dengan lingkungan pramukanya. Dozer menjalani petualangan pertamanya sebagai pramuka.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dipna Videlia Putsanra