tirto.id - Shamima Begum yang melarikan diri dari Inggris ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS kini sedang berjuang untuk mendapatkan kewarganegaraannya kembali.
Sebelumnya, pengacara Shamima Begum ditahan oleh pasukan SDF yang berjaga-jaga di teritori kamp ISIS di Suriah ketika ingin menemui Begum.
Pengacara Begum, Tasnime Akunjee menuju kamp al-Roj di bagian utara Suriah awal minggu ini untuk mendapat pengarahan dari Begum serta tanda tangannya untuk proses banding terhadap pencabutan kewarganegaraannya di Inggris.
“Begum belum tahu detail dari hukum yang semena-mena terhadap kewarganegaraanya. Dia [juga] tidak tahu bahwa dia bisa mengajukan banding terhadapnya (pelepasan kewarganegaraan),” kata Akunjee keada Aljazeera pada Minggu (17/3/2019).
“Saya sedang mencarinya untuk memberinya nasihat dan buku panduan pengajuan banding yang akan berakhir dalam 28 hari keputusan dan habis pada Selasa,” tambahnya.
Sebelumnya, beberapa jurnalis menjumpai Begum yang sedang hamil tua dan dia berharap dapat kembali ke negaranya agar bayinya bisa hidup tenang.
Akunjee berniat membantu upaya Begum tersebut setelah Inggris memutuskan mencabut kewarganegaraannya. Saat ini, Begum berstatus ‘stateless’ atau tanpa kewarganegaraan.
Upaya Akunjee menemui kendala saat dia tidak diperbolehkan masuk ke kamp untuk menemui Begum.
“Singkatnya, saya ditahan oeh SDF yang diperintahkan untuk menjaga teritori kamp dari keluar masuknya orang,” kata Akunjee. Dia menambahkan bahwa dia juga berdiskusi dengan markas pasukan dan intelijen yang bertugas menjaga kamp ISIS.
Intelijen SDF mengungkapkan simpatinya, baik kepada Begum maupun Akunjee dan dia sedang menghubungi atasannya untuk melihat apakah ada pengecualian, yaitu Akunjee bisa masuk untuk menemui Begum.
Melansir The Guardian, Akunjee menghabiskan berminggu-minggu mencari izin untuk masuk ke kamp. Beberapa minggu lalu, Begum telah melahirkan seorang bayi laki-laki namum meninggal 3 minggu setelah kelahirannya di kamp penahanan ISIS tersebut.
Kematian bayi Begum menuai pertanyaan publik seperti apa sebenarnya keadaan kamp tersebut; fasilitas kesehatannya, makanan, dan lainnya.
Di sisi lain, Sajid Javid, Menteri Dalam Negeri Inggris menyatakan bahwa Begum melarikan diri dari Inggris untuk begabung dengan ISIS.
Ia juga mengonfirmasi keputusannya bahwa ia mantap bergabung dengan kelompok tersebut, dan kembali mengonfirmasi keputusannya setelah ISIS menyerah kepada SDF di Baghouz, bagian Timur Suriah.
Langkahnya tersebut meyakinkan pemerintah Inggris untuk mencabut kewarganegaraannya.
Namun, kematian putra Begum membuat Javid menerima kritik dari seluruh dunia yang beranggapan bahwa bayi akan selalu dalam kondisi buruk dalam kamp tahanan manapun, mengikuti tindakannya mencabut kewarganegaraan Shamima Begum.
Shamima Begum, melarikan diri dari Inggris ketika berusia 15 tahun pada 2015. Ayahnya menikah lagi dan ibunya meninggal pada 2014 karena kanker.
Ia tinggal bersama neneknya dan kesedihan setelah kematian ibunya membuatnya jatuh ke dalam perangkat doktrin ISIS melalui media sosial.
Shamima mulai sering bolos dari sekolahnya, Bethnal Green Academy, mulai belajar bahasa Arab agar lancar dalam percakapan dan semakin militan. Lalu ia menon-aktifkan media sosialnya.
Pada 6 Desember 2014, ia terbang dari Bandara Gatwick London ke Istanbul, Turki lalu menyeberang ke perbatasan Suriah.
Dua minggu kemudian, dia menelpon ayahnya bahwa ia bergabung dengan ISIS, menikah dengan pejuang ISIS yang berasal dari Belanda, Yago Riedijk, dan tidak akan kembali ke rumah.
BBC melaporkan bahwa Begum pertama kali dikenali oleh jurnalis majalah Times, Anthony Loyd yang mengenali aksen Inggris dari balik cadar Begum dan ia bertanya,
“Kamu adalah gadis London itu, bukan?” dan Begum menjawab bahwa ia anak Bethnal Green dan Loyd langsung mengenalinya. Dia menuliskan Begum sebagai, “gadis 15 tahun yang membuat kesalahan fatal [...] dan kita harus berjuang merehabilitasinya sebagai bagian dari orang-orang kita.”
Editor: Yantina Debora