tirto.id - Al-Zahrawi adalah ilmuwan Islam asal Andalusia yang memberikan banyak sumbangan untuk ilmu bedah. Nama legkapnya Abu Qasim Khalaf Ibn Abbas Al Zahrawi (Abu al-Qasim al-Zahrawi). Ia pun masyhur di Eropa dengan sebutan Abulcasis atau Zahravius.
Al-Zahrawi lahir tahun 936 M di wilayah pinggiran bernama Az-Zahra, sekitar 10 km dari Cordoba, kota pusat pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia. Dia meninggal dunia pada 1013 M ketika berusia 77 tahun.
Semasa Khalifah al-Hakam II berkuasa, al-Zahrawi bertugas sebagai dokter istana. Sebagai dokter, ia dikenang sebagai ilmuwan farmasi sekaligus ahli bedah yang prolifik. Dia tidak hanya menyusun sejumlah buku penting di bidang kedokteran, tetapi juga menemukan sejumlah alat bedah terbaru pada abad 10 M. Penemuan al-Zahrawi itu dianggap sebagai pionir metode pembedahan modern.
Karya al-Zahrawi paling terkenal dan berpengaruh adalah Al-Tashrīf Li Man ‘Ajiza ‘An Al-Talīf. Isi buku yang ditulis oleh al-Zahrawi sekitar tahun 1000 M itu merupakan kumpulan materi pendidikan kedokteran, dan panduan praktik medis berdasar pengalamannya puluhan tahun menjadi dokter.
Tiga puluh jilid ensiklopedia medis ini mencakup berbagai aspek pengetahuan tentang kedokteran, pembedahan, kebidanan, farmakologi, terapi, diet, psikoterapi, timbangan dan ukuran, dan kimia medis.
Al-Tashrīf menjadi komponen penting kurikulum medis di negara-negara Eropa selama berabad-abad. Beberapa edisi terjemahan buku ini diterbitkan di Venesia (1497), Basel (1541), dan Oxford (1778).
Artikel "Abu Al Qasim Al Zahrawi (Albucasis): Pioneer of Modern Surgery" dalam Jurnal Annals of Saudi Medicine (2007) karya Samir S. Amr dan Abdelghani Tbakhi memuat catatan sejumlah tema di buku tersebut yang menggambarkan keluasan wawasan al-Zahrawi tentang ilmu bedah.
Terdapat 3 bab dalam buku Al-Tashrīf Li Man ‘Ajiza ‘An Al-Talīf yang khusus mengulas ilmu bedah dengan isi sejumlah topik berikut:
- Pembedahan mata, telinga, dan tenggorokan.
- Metode tonsilektomi dan trakeostomi.
- Instrumen untuk pemeriksaan internal telinga.
- Instrumen untuk mengeluarkan/memasukkan benda ke tenggorokan.
- Cara menggunakan pengait untuk mengangkat polip dari hidung.
- Pembagian arteri temporal untuk meredakan jenis sakit kepala tertentu.
- Prosedur kauterisasi untuk mengobati tumor kulit atau abses terbuka.
- Pengikat pembuluh darah dan jahitan luka menggunakan catgut.
- Perawatan untuk fistula anal.
- Metode penanganan tulang yang terkilir dan patah tulang.
- Metode penanganan bahu yang terkilir.
- Metode pengangkatan batu kandung kemih.
- Instrumen untuk pemeriksaan uretra.
- Deskripsi kehamilan ektopik.
- Rancangan gigi palsu yang terbuat dari tulang hewan.
Melalui buku tersebut, al-Zahrawi memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah baru pada masanya. Dia juga memberikan penjelasan rinci tentang penggunaan probe, pisau bedah, skalpel, pengait, gunting bedah, dan banyak alat pembedahan medis lainnya.
Dia merupakan penemu catgut (benang bedah) dari jaringan hewan, biasanya dari usus kambing atau sapi. Sebelum ada catgut, dedaunan tertentu ditempelkan untuk menutup luka agar kering.
Al Zahrawi menyumbangkan deskripsi awal tentang diagnosis dan perawatan bedah saraf. Dia pun mahir dalam menangani cedera kepala, patah tulang tengkorak, cedera tulang belakang, dislokasi, efusi subdural, dan banyak kondisi lainnya yang memerlukan tindakan pembedahan.
Tidak hanya itu, dia memberikan kontribusi besar untuk penanganan hidrosefalus, harelip, kelenjar gondok, ranula, meatus urinarius eksternal yang berlubang, inekomastia, hingga hemofilia.
Tulisan-tulisan medisnya sangat dihargai di Barat terutama setelah diterjemahkan oleh Gerard dari Cremona, Rogerius Frugardi, Ronaldus Parmensis, dan lainnya. Ilmu bedahnya adalah yang paling maju pada abad pertengahan. Gassan Mahmud Washah dalam artikelnya tentang biografi Abu Al-Qasim Al-Zahrawi di International Journal of History and Cultural Studies (IJHCS) edisi 2018 (Vol. 4), menulis bahwa buku-buku al-Zahrawi menjadi rujukan utama banyak ahli bedah Eropa bahkan pada masa setelah abad 14.
Maka dari itu, Al Zahrawi pun kerap disebut sebagai bapak ilmu bedah modern.
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Addi M Idhom