tirto.id - Nama Joni sempat viral karena aksi memanjat tiang bendera beberapa tahun lalu. Ia sekarang dikabarkan tak lolos seleksi masuk TNI. Siapa Joni dan apa kaitannya dengan Presiden RI Joko Widodo?
Joko Widodo (Jokowi) mengatakan nasib Joni kini diserahkan kepada Panglima TNI setelah ia diketahui gagal lolos seleksi masuk TNI.
"Semua ada aturannya. Serahkan kepada Panglima," ucap Jokowi pada Rabu, 14 Agustus 2024, di Ibu Kota Nusantara (IKN), seperti dilaporkan Antaranews.
Joni diberitakan tak lolos seleksi karena gagal saat melewati tes fisik. Ia konon mengalami masalah tinggi badan.
Sementara Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjutak menjelaskan bahwa Joni harus menjalani tes kelayakan agar bisa menjadi anggota TNI.
KSAD bilang, syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi tentara mencakup psikotes, mental ideologi, dan kesehatan. Andai memenuhi kriteria tersebut, maka Joni bisa jadi diterima dan menjadi prioritas.
"Jadi, Joni masih harus mengikuti seleksi untuk menjadi anggota TNI," ungkap Maruli Simanjutak.
Kisah Joni Pemanjat Tiang Bendera 17 Agustus: Jokowi Pernah Janjikan Masuk TNI?
Pada hari Jumat, 17 Agustus 2018, Joni membuat aksi heroik dan menjadi viral. Saat itu usianya baru menginjak 14 tahun.
Pemilik nama lengkap Yohanes Ande Kalla Marcal ini diketahui memanjat tiang bendera setelah melihat ada masalah pada tali pengerek ketika diadakan upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.
Lokasi upacara bendera enam tahun lalu itu tepatnya diselenggarakan di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kisah berawal ketika Joni berangkat dari rumah ke lokasi upacara yang dimulai pada 09.00 WITA. Tempat ini hanya berjarak satu kilometer saja dari perbatasan Timor Leste. Joni waktu itu tidak sempat sarapan alias makan pagi. Alhasil, dirinya kemudian dibawa ke tenda kesehatan karena mengalami masalah badan.
Joni, yang masih duduk di kelas VII SMP Silawan, mendengar pengumuman dari balik tenda kesehatan. Isi pengumuman adalah siapa yang bisa memanjat tiang bendera karena sedang ada masalah hingga menghambat laju pengibaran bendera.
Sontak, ia berlari, membuka sepatu, dan seketika memanjat tiang bendera tersebut.
"Tiba-tiba kemauan untuk memanjat tiang bendera dan kembali mengikat talinya yang putus datang begitu saja. Jadi tidak ada yang perintahkan saya untuk panjat," ucap Joni.
"Saya juga lihat sudah banyak orang yang panik, sementara bendera juga sudah mau dikibarkan jadi saya langsung panjat tiang bendera tanpa pikir panjang lagi," sambungnya.
Berkat aksi yang sangat heroik itu, Joni menjadi terkenal dan viral. Bahkan, wartawan, pejabat daerah, aparat TNI, dan Polri silih berganti mendatangi rumahnya usai peristiwa tersebut.
Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Imam Nahrawi merespons dengan mengundangnya ke Jakarta hingga diajak nonton Asian Games 2018.
"Kalau ada yang bertanya siapa pahlawan hari ini saya katakan adalah Joni Belu. Joni yang berasal dari Kabupaten Belu, Atambua, yang tadi pagi telah menyelamatkan kita semua, menyelamatkan bendera Merah Putih," ucap Imam Nahrawi, pada hari itu juga, Jumat, 17 Agustus 2018.
Keesokan harinya, Sabtu (18/8/2018), Joni langsung tiba di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora) dan Joni yang masih belia digendong Imam Nahrawi.
"Karena inilah sesungguhnya figur dan idola baru kita, dia tidak ada rasa takutnya kecuali bendera Merah Putih diselamatkan dan bisa dikibarkan di perbatasan Atambua dan Timor Leste," tutur Imam Nahrawi.
Tak hanya Kemenpora, Joni juga diundang Jokowi di Istana Negara, pada Senin, 20 Agustus 2018. Presiden RI meminta Joni untuk menyebutkan permintaannya.
"Kamu jauh-jauh dari Belu ke Jakarta hanya minta sepeda. Mau minta apa?" tutur Jokowi, seperti dikutip laman Kementerian Sekretariat Negara. Joni kemudian menjawab ia minta dibuatkan rumah.
"Nah gitu. Udah gitu aja, sepeda sama rumah. Saya titip ya, belajar yang baik, bekerja keras, tinggal bisa meraih cita-cita," lanjut Jokowi.
Tak hanya itu, Joni juga sempat ditanya cita-citanya oleh sang Presiden. Sontak, dijawab dengan menyebutkan "menjadi tentara".
"Jadi tentara. Ya sudah nanti langsung daftar ke Panglima. Langsung diterima kamu. Jaga kesehatan. Kesehatan dijaga semua ya," beber Jokowi, seperti dilaporkan situs web Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) kala itu, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto juga turut memberikan beasiswa Rp1 juta per bulan hingga lulus SMA. Hadi Tjahjanto pun berpesan kepada Joni agar memiliki semangat yang tinggi, tekad baja, dan rendah hati guna mewujudkan cita-cita masuk TNI.
"Kalau kesehatan bagus, jasmani bagus, akademik bagus, dan psikologi bagus bisa masuk Akademi Militer, menjadi Letnan Dua. Untuk itu, saya minta orang tua turut mengawasi dan juga saya perintahkan kepada Dandim 1605/ Belu untuk memonitor, membimbing fisik dan kesehatan Joni agar cita-citanya terwujud," kata Hadi Tjahjanto, pada Senin (20/8/2018), saat menerima Joni di Ruang Tamu Panglima TNI, Subden Mabes TNI, Jalan Merdeka Barat, Jakarta.
Kedua orang tua Joni, yakni Victorino Fahik Marschal dan Lorenca Gama turut hadir dalam acara tersebut.
Setelah enam tahun berlalu, Joni sang pemanjat tiang bendera setinggi 20 meter asal Belu, NTT itu kini justru dikabarkan gagal masuk TNI. Bahkan, Jokowi sudah lupa terhadap janji untuk membantu Joni yang sekarang sudah 20 tahun agar menjadi seorang tentara.
"Joni itu siapa," demikian diungkapkan Jokowi di Ibu Kota Nusantara (IKN), pada Rabu (14/8/2024), sembari menegaskan nasib Joni diserahkan kepada Panglima TNI lantaran semua ada aturannya.