Masuk tirto.id
tirto.id - Seorang yang disebut gus muda jadi perhatian publik usai video ceramahnya berisi ungkapan "rokok tauhid" viral di internet. Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah sebut pernyataan itu menyesatkan masyarakat.
Pada awal November 2025, video berisi potongan ceramah seorang penceramah muda viral di media sosial.
Video tersebut direspons keras oleh banyak pihak. Salah satunya adalah Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis.
Melalui akun media sosial X pribadinya, Cholil Nafis menyatakan bahwa metode dakwah seperti yang dilakukan gus muda itu berpotensi menyesatkan publik.
"Penceramah muda model kaya' gini yg bikin rusak. Alih2 masyarakat tambah benar," tulis Cholil Nafis di media sosial X pada 5 November lalu.
Menurutnya, sang gus muda tersebut perlu lebih banyak belajar lagi sebelum memberikan dakwah ke publik.
"Waktunya orang ini ngaji dulu sebelum ceramah biar isinya tak cuma ngarang2 aja. Saya minta masyarakat pandai mengundang penceramah yg alim dan benar," tulisnya.
Lantas, siapakah gus muda yang viral di internet karena pernyataannya tentang rokok tersebut?
Sosok Gus Muda & Isi Ceramahnya yang Kontroversial soal Rokok Tauhid
Gus muda yang jadi kontroversi di internet itu adalah Muhammad Izza Sadewa. Predikat sebagai "gus" dimiliki Izza Sadewa karena ia merupakan anak dari KH. Imron Jamil, salah satu pemuka agama yang dikenal luas di Jombang, Jawa Timur.
Imron Jamil, ayah Izza Sadewa itu, merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Kyai Mojo Jombang.
Seturut artikel jurnal "Otoritas Keilmuan Gus Izza Sadewa dan Media Baru (Putra KH. Imron Jamil Jombang)" (2019) yang ditulis M. Ulil Abshor, Izza Sadewa lahir di Jombang pada 28 April 2001.
Sosok yang kemudian dikenal dengan nama "Gus Muda" itu disebut M. Ulil Abshor merupakan alumni Pondok Pesantren Fathul 'Ulum Kencong Kepung Kediri. Pondok yang diasuh oleh KH. Abdul Hannan Ma'shum itulah yang jadi tempat Izza Sadewa belajar ilmu agama Islam.
Dari sana, Izza Sadewa kerap menyampaikan dakwah keagamaan Islam di berbagai kesempatan sejak remaja. M. Ulil Abshor menulis bahwa Gus Muda itu sudah rajin berdakwah pada usia 15 tahun.
Nama Izza Sadewa sebagai penceramah pun kemudian makin dikenal setelah dakwahnya dibagikan melalui internet, seperti melalui YouTube.
Di luar kapasitasnya sebagai pendakwah, Izza Sadewa juga sempat merilis sejumlah lagu, lewat nama Sadewa Corleone.
Melalui akun Instagramnya, @sadewa_corleone07, ia memang kerap membagikan aktivitasnya yang tak melulu terkait dakwah, melainkan juga aktivitas yang berkenaan dengan kebudayaan.
Selain itu, unggahan di akun Instagramnya juga mengisyaratkan kedekatan Gus Muda itu dengan seniman Sujiwo Tedjo.
Dalam banyak kesempatan, Izza mengunggah foto dirinya bersama mantan wartawan itu, seperti ketika mereka mengikuti acara dialog kebudayaan yang sama ataupun ketika Sujiwo Tedjo hadir dalam pernikahannya.
Sementara itu, dakwah Izza Sadewa yang viral di internet belakangan ini adalah ketika ia bergurau tentang rokok di tengah dakwah. Ia menyebut bahwa logo salah satu merek rokok merupakan inisial dari Allah.
"Rokok saya ini 'A', tauhid, Allah," kata Izza sembari menunjukkan bungkus rokok yang dimaksud ke jemaah.
Pernyataan itu ia buat ketika menjelaskan konsep kecintaan umat kepada Tuhan. Dijelaskannya, surga dan neraka bukanlah tujuan manusia hidup di dunia.
Lebih jauh dari konsep surga dan neraka, tujuan hidup manusia itu menurut Izza Sadewa adalah bertemu Tuhan di kehidupan pasca kematian.
Ia lalu mengungkapkan cara melihat konsep surga dan neraka sebagai jalan menuju Tuhan, bukan sebagai tujuan manusia diciptakan. Ketika menjelaskan itu, Gus Muda itu lalu berkelakar tentang panasnya neraka.
"Saya ini kalau enggak ada panas malah nyari panas," katanya berkelakar.
"La orang saya perokok, kok. Enggak ada panas (api) saya nyari panas," tuturnya lagi.
Setelah itu, barulah ia menyatakan kelakarnya tentang rokok tauhid yang kemudian viral kini.
Belakangan, Izza Sadewa mengungkapkan bahwa ia tak bermaksud melecehkan siapapun ketika mengucapkan kelakar tersebut. Ia menyebut bahwa kelakar itu murni bercanda.
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan
