Menuju konten utama

Siapa Brigjen (Purn) Adityawarman Thaha?

Adityawarman Thaha, salah satu tokoh yang ditangkap atas dugaan makar, dikenal sebagai purnawirawan TNI ahli bom yang memang dekat dengan kalangan Islam.

Siapa Brigjen (Purn) Adityawarman Thaha?
Brigjen Purnawirawan Adityawarman. [Foto/Youtube]

tirto.id - Salah satu nama yang disebut-sebut ditangkap oleh kepolisian menjelang Aksi Damai 212 adalah Brigjen (Purn) Adityawarman Thaha. Ia diamankan di rumahnya pada Jumat pagi oleh petugas dari Kepolisian Daerah Metro Jaya.

Adityawarman sebelumnya dikenal sebagai purnawirawan yang meniti kariernya di kesatuan Zeni Tempur Angkatan Darat. Ia dilahirkan di Suliki Gunung Mas, kabupaten Lima Puluh Kota, provinsi Sumatera Barat pada 4 Maret 1945. Adityawarman juga sempat menjabat sebagai Staf Ahli Panglima TNI.

Ia dikenal sebagai seorang ahli bahan peledak kelas dunia. Predikat ini diperolehnya saat menjalani pendidikan militer di Fort Bragg, Amerika Serikat. Adityawarman memperolehnya bersamaan dengan purnawirawan lainya, Sjafrie Sjamsoeddin, yang menyabet gelar serupa dalam bidang spionase dan anti-teror.

Selepas pensiun dari TNI, Adityawarman banyak berkecimpung di dunia politik dan keorganisasian. Ia tercatat pernah menjabat sebagai ketua Gerakan Ekonomi dan Budaya (Gebu) Minang periode 2001-20014. Selain itu, Adityawarman sempat menduduki posisi sebagai Ketua Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia periode 2011-2015.

Dalam ranah politik, Adityawarman aktif sebagai juru kampanye Partai Bulan Bintang (PBB) dalam Pemilu 2014. Belakangan, seperti dikutip dari Media Indonesia, Adityawarman dikenal sebagai tokoh yang gencar menyuarakan bahaya pengaruh asing. Menurutnya, paham-paham seperti komunisme oleh Cina dan kapitalisme oleh Amerika Serikat pelan-pelan telah mengancam serta menghisap kekayaan Indonesia secara terselubung.

Dalam sebuah wawancara, Adityawarman mengaku berlatar belakang Islam yang kental. Ayahnya lulusan al-Azhar Kairo dan bekerja di Departemen Agama. Saat masih muda ia aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII). Bahkan ketika sudah aktif sebagai militer dengan pangkat mayor, ia mengaku pernah membuat pelatihan dasar bagi kader-kader PII.

"Saya di TNI pernah dianggap ekstrim kanan dan pernah diadili di kesatuan. Untung saja ada Pak Feisal Tanjung saat itu menjadi komandan brigade," akunya kepada redaksi Suara Islam.

Ia dekat dengan tokoh-tokoh Islam. Saat itu, pada awal 1980an, Soeharto memang punya kecurigaan yang laten kepada kelompok Islam garis keras. Rentetan peristiwa seperti Talangsari dan Tanjung Priok mencerminkan pendekatan keras Soeharto kepada kolompok Islam garis keras.

Pada Pilpres 2014, ia mendukung Prabowo Subianto. Ia merasa Prabowo lebih cocok untuk kepentingan umat Islam. "Waktu itu Prabowo banyak membantu ‘ABRI Hijau’. Kalau nggak ada tangan dia, belum tentu dapat banyak berbuat."

ABRI Hijau adalah sebutan untuk faksi Islam di dalam tentara Indonesia. Di dalamnya ada nama-nama seperti Faisal Tanjung, R. Hartono, dan Z.A. Maulani.

Baca juga artikel terkait DEMO 2 DESEMBER atau tulisan lainnya dari Putu Agung Nara Indra

tirto.id - Politik
Reporter: Putu Agung Nara Indra & Zen RS
Penulis: Putu Agung Nara Indra