tirto.id - Setya Novanto telah mengungkapkan keinginannya untuk maju sebagai salah satu kandidat Ketua Umum Partai Golkar. Namun, beberapa pihak meragukan Ketua Fraksi Partai Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu bisa terpilih karena pernah tersandung sejumlah kasus yang hingga kini sebenarnya belum selesai.
Pendapat tersebut diungkapkan oleh pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang. Ia menilai, situasi Setya Novanto saat ini tidak cukup mendukungnya untuk bisa bersaing menjadi salah satu calon Ketua Umum Partai Golkar.
"Jika Golkar dalam situasi normal dan Setya Novanto tidak tersandung kasus etik, maka dapat diduga jalannya menjadi Ketua Umum Golkar akan mulus,” ujar Dr. Ahmad Atang seperti dilaporkan Antara, Kamis (25/2/2016).
“Namun, atas kejadian dan situasi sebelumnya akan sulit bagi Setya Novanto untuk menahkodai Golkar," sebutnya.
Seperti diketahui, Setya Novanto pernah tersangkut beberapa perkara, terutama menyangkut etika. Yang terbaru adalah kasus dugaaan permintaan saham dari PT. Freeport Indonesia dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau yang kemudian populer disebut kasus “papa minta saham”.
Riuhnya respons publik membuat Setya Novanto akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR, meskipun ia tetap berpengaruh karena ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar di parlemen. Akhir dari kasus “papa minta saham” itu sendiri masih mengambang hingga saat ini.
Penilaian serupa tentang tipisnya kans Setya Novanto menjadi Ketua Umum Partai Golkar sebelumnya juga diungkapkan oleh Hendri Satrio, pengamat Politik dari Universitas Paramadina. Ia berpendapat, apabila Setya Novanto tetap nekat maju dan akhirnya terpilih, justru yang akan dirugikan adalah Golkar sendiri.
“Setya Novanto memiliki rekam jejak panjang dengan masalah hukum dan etika. Jika ia maju sebagai ketua umum Partai Golkar, dikhawatirkan dapat mempengaruhi citra Partai Golkar ke depan,” bebernya.