Menuju konten utama

Setelah 8 Tahun, OPEC Akhirnya Turunkan Produksi Minyak

OPEC untuk pertama kalinya sejak 2008 sepakat memangkas produksi minyak menjadi 33 juta barel per hari. Kesepakatan historis ini berdampak pada naiknya harga minyak mentah dunia.

Setelah 8 Tahun, OPEC Akhirnya Turunkan Produksi Minyak
Menteri Energi Qatar Mohammad bin Saleh Al-Sada menghadiri konferensi pers menyusul pertemuan antara OPEC dan negara produksi minyak non-OPEC. Antara Foto/Reuters/Ibraheem Al-Omari.

tirto.id - Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengeluarkan keputusan historis setelah mengadakan pertemuan luar biasa selama enam jam pada Rabu (28/9/2016) waktu setempat. Para pejabat OPEC sepakat untuk menurunkan produksi minyak dari 33,24 juta barel per hari menjadi 32,5 juta barel atau 33 juta barel per hari.

Hal itu dikemukakan Presiden OPEC Mohammed Bin Saleh Al-Sada yang menyebutkan bahwa anggota kartel mencapai kesepakatan untuk membatasi produksi minyak mereka. Selanjutnya, komite ini akan mengajukan laporan hasil pertemuan ini ke pertemuan OPEC berikutnya yang akan diselenggarakan di Wina pada November mendatang.

“Para peserta sepakat untuk membentuk sebuah komite guna mempertimbangkan pangsa produksi dari setiap negara anggota,” ujar Al-Sada dalam konferensi pers, seperti dilansir Antara, Kamis (29/9/2016).

Dia lebih lanjut menunjukkan bahwa pertemuan komite ini juga dimaksudkan untuk mengkoordinasikan kesepakatan bersama antara anggota kartel dalam upaya untuk mempercepat proses rebalancing pasar minyak. Kedua produsen, lanjut Al-Sada, OPEC dan non-OPEC (dalam referensi untuk Rusia) harus berbagi beban menyesuaikan produksi.

Pada Rabu pagi, Aljazair telah mengusulkan agar anggota-anggota OPEC memangkas produksi minyak sebesar 796.000 barel per hari. Negara Afrika Utara itu mengusulkan Arab Saudi, salah satu produsen minyak utama, untuk membatasi pasokan menjadi sekitar 10,3 juta barel per hari. Ia juga mengusulkan Iran untuk membatasi pasokannya menjadi 3,7 juta barel per hari.

Sebelumnya, Perdana Menteri Aljazair Abdelmalek Sellal pada Selasa (27/9/2016)telah bertemu dengan Wakil Menteri Perminyakan Arab Saudi Pangeran Salman bin Abdul Aziz bin Salman Al-Saud dan Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh. Dalam pertemuan itu, Sellal berusaha untuk mendekatkan perbedaan pandangan antara Iran dan Arab Saudi untuk memfasilitasi proses pertemuan informal OPEC yang dipandang sebagai kesempatan guna mencapai kesepakatan pembekuan atau pengurangan produksi minyak.

Aljazair melakukan upaya-upaya diplomatik yang cukup besar dalam beberapa bulan terakhir untuk membujuk OPEC dan produsen non-OPEC untuk berkumpul dalam pertemuan informal di Aljazair guna menghidupkan kembali pasar minyak yang merosot.

Harga Minyak Mentah Naik

Pemangkasan produksi minyak oleh OPEC untuk pertama kalinya sejak 2008 berdampak pada harga minyak mentah dunia yang dilaporkan naik hampir 6 persen pada Rabu waktu AS. Sebelum ini pasar energi kelebihan suplai sehingga terus menekan harga minyak.

Harga minyak Brent naik 2,72 dolar AS atau 5,9 persen pada 48,69 dolar AS per barel, dengan sempat mencapai tertinggi dalam dua pekan 48,96 dolar AS. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melonjak 2,38 dolar AS atau 5,3 persen pada 47,05 dolar AS setelah mencapai yang terlemah 47,45 dolar AS sejak 8 September lalu.

Harga minyak yang naik ini berpengaruh ke pasar saham di mana indeks harga saham energi di Wall Street melonjak 4 persen yang merupakan pencapaian sehari terbaik sejak Januari silam.

"Ini kesepakatan bersejarah. Ini pertama kali OPEC dan non OPEC bersama-sama bersepakat dalam satu dekade terakhir. Ini akan menciptakan landasan untuk minyak dan mestinya menaikkan harga minyak sampai 60-an dolar AS," kata Phil Flynn, analis pada Price Futures Group, seperti dikutip dari Antara.

Sementara itu, Menteri Energi Aljazair Noureddine Bouterfa pun mengatakan bahwa harga minyak yang akan naik antara 50 hingga 60 dolar AS per barel awal pekan ini akan menguntungkan bagi konsumen dan produsen. “... [Kenaikan ini] akan membantu menjaga investasi dan karena itu menjamin ketersediaan produk energi utama ini dalam jangka panjang,” ungkap Bouterfa.

Baca juga artikel terkait OPEC atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari