tirto.id - Bagi para pakar dan ulama, beragama adalah upaya manusia meneladani sifat-sifat Allah sesuai dengan kedudukan sebagai makhluk. Dalam hal ini kekuasaan Allah, baik dalam wujud ayat-ayat qauliyah(wahyu) maupun ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda alam), bisa menjadi perantara bagi seseorang untuk merenungi sekaligus mengejawantahkan sifat-sifat Allah.
Muhammad Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat(2000) menjelaskan bahwa Nabi Muhammad memerintahkan, "takhallaqu bi akhlaq Allah" [Berakhlaklah (teladanilah) sifat-sifat Allah].
Misalnya meneladani sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Mahadamai, Mahakuat, Maha Mengetahui, dan lain-lain.
Upaya peneladanan ini diharapkan bisa menghadirkan Tuhan dalam kesadaran Manusia. Dan bila hal itu berhasil dilakukan, maka takwa dalam pengertiannya yang hakiki dapat pula dicapai.
Puasa, di antara berbagai ibadah lain, juga merupakan wujud peneladanan itu.
Untuk lebih jelas tentang meneladani sifat Allah lewat puasa, silakan baca artikel di bawah ini.
Editor: Fahri Salam