tirto.id - Tebakan Anda tepat. Sesuai judul, film ini bercerita tentang kehidupan supir ojek online (ojol). Dua tokoh utamanya bernama Pras (Valentino Peter) dan Duras (Lolox). Meski satu profesi, keduanya beda nasib. Permulaan film mengajak penonton untuk memahami persoalan ini.
Pras ganteng berkat parasnya yang kebule-bulean. Muslim taat pula. Pelanggannya rata-rata perempuan yang naksir, sampai ada pemakai hijab yang mencium tangannya usai diantar ke tujuan, selayaknya istri cium tangan suami yang akan berangkat kerja. Adegan banyolan yang minor, tapi kok ya tidak lucu.
Tiap pagi ada saja perempuan yang mengintai Pras dari balik gerbang rumahnya yang terletak di sebuah gang perumahan khas Jakarta. Alia (Kamasean), kekasih Pras sejak SMA, mengusir mereka dengan cerita karangan bahwa Pras orangnya korengan, atau penyakit kulit lainnya. Masih belum lucu.
Alia tergolong pencemburu tingkat tinggi. Ia sering menelpon video Pras untuk mengetahui di mana keberadaannya, sedang melakukan apa, dan Pras harus menjawab sambil menunjukkan bukti. Jika ketahuan sedang melayani pelanggan perempuan yang menurutnya bertingkah genit, Alia akan marah-marah.
Duras tinggal di samping rumah Pras persis. “Satu tembok untuk berdua,” katanya. Badannya gemuk. Tampangnya tidak serupawan Pras. Ia hadir sebagai antitesis Pras dalam banyak hal.
Pelanggan Duras bukan yang cantik-cantik, tapi laki-laki “melambai” yang memeluknya dengan manja saat sedang dibonceng. Atau saat ia berhenti di lampu merah, seorang anak di mobil sebelah menyemprotkan air mineral ke muka Darus. Ini juga dimaksudkan untuk banyolan, tapi kok garing, ya?
Film ini bertema perjuangan hidup. Pras tinggal bersama ibunya, seorang penjual jamu yang mulai sakit-sakitan. Ia menghadapi kendala khas ojol. Semisal pesanan dibatalkan saat sudah dibeli, atau harus mengganti barang antaran sebab rusak akibat Pras kecelakaan di jalan.
Sedangkan Duras tinggal bersama adik perempuannya, Monic (Meisya Amira), yang kuliah semester lima di fakultas kedokteran. Selain biaya hidup, Duras bertanggung jawab atas biaya kuliah Monic. Monic harus lulus, karena gelar sarjana adalah permintaan sang ayah.
Kemudian ada Sakti (Ernest Prakasa), tetangga Pras yang berjualan kopi di warung nasi. Profesi ini kedok belaka. Sakti yang sesungguhnya adalah perampok ulung yang punya rumah mewah. Ia sedang menjalankan misi untuk menggarong berlian kepunyaan Cik Asiu, seorang rentenir yang punya kantor bernama Naga Kredit. Mottonya “Mengatasi Masalah Tanpa Solusi”. Tiap ia datang untuk menagih hutang warga di perumahan Pras, ibu-ibu menyeret anaknya masuk rumah, para bapak menutup pintu, juga jendela, dan sekalian warungnya.
Semua orang ketakutan karena Cik Asiu tipikal perempuan tua yang galak saat menagih hutang. Ia juga selalu ditemani dua preman bertubuh bongsor: Yuli (Yusril Fahriza) dan Romi (Fico Fachriza). Keduanya ahli melancarkan ancaman saat menjalankan tugas. Duras adalah salah satu target mereka.
Sakti jadi pengecualian. Ia tetap membuka usaha saat Asiu mampir ke warungnya. Tapi, sikap ramah itu juga agar Cik Asiu tak curiga. Sebelumnya Sakti telah menyusupkan istrinya sebagai pembantu di kantor Cik Asiu, agar ia mudah mengorek informasi sekaligus melancarkan aksi di hari H.
Sesuai Aplikasi menggabungkan beberapa genre sekaligus. Tiga di antaranya adalah komedi, drama, dan laga. Tapi tidak ada yang berhasil menciptakan tawa, pancingan emosional, atau keasyikan khas menonton aksi kriminal.
Film ini dijejali para komika, alias stand-up komedian. Sayang, skenarionya tak matang, sehingga gagal mengeksplorasi kemampuan mereka secara maksimal. Hasilnya adalah banyolan dalam bentuk celetukan-celetukan receh atau adegan slapstick yang garing.
Potongan adegan yang dimainkan para komika itu juga yang dijual dalam cuplikan filmnya. Padahal banyak di antaranya yang bersifat figuran belaka. Strategi ini memang sedang laris dipakai oleh para produser film komedi. Hasilnya adalah kompilasi banyolan yang tak ada hubungannya dengan cerita utama.
Unsur drama dalam film ini juga gagal karena skenarionya lemah. Padahal tema perjuangan hidup supir ojol tergolong unik. Alih-alih mengeksplorasinya lebih jauh, profesi Pras dan Duras cuma dijadikan pengantar untuk aksi pencurian Sakti—yang dilakukan dengan konyol.
Bayangkan. Setelah istri Ernest berhasil membuat para penjaga Naga Kredit mencret dengan cara menaruh racun di makanan mereka, Sakti yang mengenakan baju serba-hitam plus kumis dan jenggot palsu bisa memasuki kantor dari pintu depan, di siang bolong, tanpa dicurigai Romi dan Yuli.
Adegan-adegan tak masuk akal dan banyak memancing pertanyaan itu yang jadi suguhan utama film ini.
Barangkali ekspektasinya terlalu jauh jika mengharapkan logika cerita yang lebih masuk akal dalam Sesuai Aplikasi. Barangkali karena sejak awal film dipromosikan sebagai komedi, sehingga wajar jika aksi pencuriannya pun dikemas sebagai satu bentuk hiburan.
Pertanyaannya: apakah jualan itu berhasil? Silakan Anda buktikan sendiri. Harapan saya: semoga tidak terganggu dengan karakter Sofaya yang menjiplak gerak-gerik dan ocehan Syahrini yang penuh histeria, tapi ya sebenarnya garing juga.
Editor: Nuran Wibisono