tirto.id - Selain Susi ada banyak artis-artis lain meninggal disebabkan asma, seperti Mpok Nori, Jojon dan anak Iwan Fals, Galang Rambu Anarki. Mereka semua meninggal dengan cara sama, terkena serangan asma. Ada sesat pikir muncul bahwa asma hanyalah gangguan pernafasan ringan tanpa menyebabkan kematian. Orang lupa bahwa serangan asma berat bisa mengancam nyawa.
Laporan Global Asthma Report 2015 memprediksikan pengidap Asma di seluruh dunia berkisar 334 juta jiwa. Berdasarkan data WHO pada 2011 lalu, ada sekitar 180 ribu orang di dunia meninggal akibat asma.
Di Indonesia, jika merujuk pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, pengidap asma berkisar 1,2 juta orang. Prevalensi terbanyak ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah. Angka prevalensi lebih dari 7.0 alias tujuh kasus per seribu penduduk.
Dulu, asma identik dengan penyakit orang lanjut usia. Fakta berbicara hal yang berbeda. Angka tertinggi pengidap asma di Indonesia ada dalam kelompok umur 15-44 tahun.
Dalam soal angka kematian, data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mendapati angka kematian akibat asma sebanyak 63.584 orang. Sayangnya pada data ini tak memaparkan secara detail terkait umur dan jenis kelamin. Namun, jika merujuk pada data Global Asthma Report, mayoritas korban meninggal adalah mereka yang berusia 50 tahun ke atas.
Dikutip dari klikdokter.com, dr. Alvin Nursalim menjelaskan ciri-ciri Asma adalah gangguan pernafasan dengan tanda sesak nafas. Namun, tidak semua yang sesak itu Asma. Rasa sesak ini disebabkan mengecilnya saluran udara atau dalam beberapa kasus udara tersumbat akibat adanya cairan mukus di saluran udara pasian. Penyumbatan ini akan membikin udara yang masuk bergesekan, alhasil sering terdengar bunyi gesekan ngik ngek ngik ngek.
Gejala biasanya episodik dan dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Asma dipicu oleh banyak faktor, termasuk: infeksi virus, olahraga berlebih, zat penyebab alergi --baik itu aero-allergen seperti debu rumah, serbuk sari, spora jamur atau ketombe hewan atau oral-allergen seperti telur, ikan, susu atau kacang-kacangan.
Pemicu lain asma bisa obat-obatan termasuk aspirin dan non-steroid anti-inflammatory (NSAID), misalnya ibuprofen dan naproxen, serta faktor lingkungan seperti asap tembakau, debu, asap, polutan udara, serta perubahan cuaca.
Penyebab kematian pengidap asma biasanya terjadi karena rasa panik. Pasien gamang saat serangan dadakan terjadi hingga tidak bergegas menghirup obat yang disediakan. Akibat kekurangan oksigen, si pasien bisa meninggal seketika. Pada beberapa kasus, serangan asma bisa menewaskan pasien dalam kurun waktu kurang dari sepuluh menit.
Satu hal mesti diwaspadai adalah kematian dadakan ini bisa menimpa siapapun tak peduli dia mengidap asma ringan, sedang atau kronis sekalipun. Misalnya dalam kasus meninggalnya Susi. Selama ini, Tukul Arwana tidak melihat adanya riwayat sakit asma berat yang dimiliki Susiana. “Sama sekali enggak ada riwayat penyakit berat. Saya juga terkejut (meninggal dunia cepat),” ucap komedian 52 tahun ini.
Apa yang dialami Susi sejalan dengan jurnal yang dikeluarkan Asosiasi Dokter Inggris pada Mei 2014 lalu. Dalam laporan itu menyebut bahwa 58 persen orang yang meninggal karena asma adalah pengidap asma ringan atau sedang. Dalam studi tersebut diketahui bahwa ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena serangan asma fatal. Hasil riset menyebut 65 persen ancaman itu mestinya bisa dihindari.
Salah satu di antaranya adalah dengan untuk terus mengecek kondisi asma sesering mungkin. Tak usah mesti ke dokter, lewat tes-tes online seperti di web ini juga Anda akan dapat nasihat tentang bagaimana mengurangi risiko serangan mematikan asma di masa depan. Serangan asma biasanya dipicu oleh banyak gejala, mayoritas gejala itu disebabkan alergi. Tak peduli Anda mengidap asma ringan, sedang atau akut penanganan manajemen alergi harus Anda lakukan.
Dalam beberapa laporan banyak juga kasus pemicu serangan disebabkan kondisi psikologis, baik itu depresi atau kecemasan. Penyebab kondisi ini adalah stres. Pada beberapa kasus depresi berujung kematian karena saat serangan terjadi si pasien tidak termotivasi bergegas melakukan pengobatan dan cenderung pasrah menunggu ajal tiba.
Faktor lain sering tidak disadari orang adalah kecanduan merokok dan kelebihan berat badan bisa meningkatkan intensitas serangan asma. Jadi penting untuk mengurangi kebiasaan merokok dan berolahraga agar badan mencapai dengan angka ideal BMI (indek massa tubuh). Meski dikenal mematikan dan dadakan pada ujungnya asma bisa dihindari jika pola hidup sehat kita terapkan.
Hasil riset di Inggris menunjukkan, hampir 68 persen pengidap asma meninggal karena tidak mencari bantuan medis atau telat mendapat perawatan medis darurat. Kondisi ini terjadi karena tak sigap dan gagal mendeteksi serangan. Sebabnya, mayoritas dari mereka itu tidak di bawah pengawasan medis spesialis selama tahun sebelumnya. Bagi Anda pengidap asma, alangkah baiknya saran dari Asosiasi Dokter Inggris ini dituruti agar asma tidak berujung duka.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti