tirto.id - Belasan serikat buruh, LSM dan organisasi yang tergabung dalam gerakan rakyat menentang penyelenggaraan pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali pada Oktober 2018. Menurut mereka, kehadiran IMF dan Bank Dunia justru semakin memperparah ekonomi Indonesia.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, ada dua hal utama yang menjadi sorotan kaum buruh. Salah satunya adalah sistem outsourcing dan juga kebijakan impor beras, garam, dan bahan pokok lainnya.
"Ini kan merugikan kaum buruh dan petani. Bank Dunia menyarankan itu dan kita tidak bisa membiarkan Indonesia malah ikut menyetujui," klaim Said Iqbal di Komplek Parlemen, DPR, Jumat (28/9/2018).
Iqbal menyatakan, pada buruh juga akan menggelar demo di Denpasar, Bali pada 14 Oktober dan akan diikuti sekitar 3.000 orang. Menurut Iqbal, demonstrasi tersebut belum diberitahukan pada pihak kepolisian.
Namun, demonstrasi tersebut akan berbeda dengan lokasi penyelenggaraan acara IMF-Bank Dunia di Nusa Dua. Ia juga berharap, pesan yang ingin mereka sampaikan bisa sampai ke masyarakat. Selain di Bali, kata Iqbal, pihaknya juga akan menggelar demonstrasi di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2018.
"Rute kami adalah DPP Partai Nasdem, Kementrian Perdagangan, Istana Negara, lalu Monumen Nasional," ucapnya. "Kenapa Nasdem? Karena kader mereka yang menjadi Menteri Perdagangan (Enggartiasto Lukita) dan menerapkan kebijakan impor," katanya lagi.
Menurut Iqbal, demonstrasi ini adalah risiko Indonesia sebagai tuan rumah. Pasalnya, kata dia, ada banyak orang tidak menerima keputusan ini karena menyusahkan ekonomi di Indonesia.
"IMF dan Bank dunia harus dimusnahkan dari muka bumi ini karena enggak ada gunanya," kata Said Iqbal menegaskan.
Untuk diketahui, serikat buruh, LSM dan organisasi yang bergabung antara lain: GSBU, KSPI, FSPM, FSPASI, AGRA, SERUNI, AMB, GMNI JAKSEL, SDMN, KTPN, FMN, YAPPIKA, SPHP, YLBHI dan LBH Bali.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto