Menuju konten utama

Serangan Bom Guncang Thailand Selatan, Satu Tewas

Satu orang tewas dan puluhan orang terluka dalam serangan bom yang mengguncang Thailand Selatan menurut pernyataan yang dilansir pihak militer Thailand.

Serangan Bom Guncang Thailand Selatan, Satu Tewas
(Ilustrasi) Seorang anggota tim gegana Brimob Detasemen Pelopor C Tarakan mengukur sebuah bom yang baru dievakuasi dari dalam tanah, di Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (30/3). ANTARA FOTO/Fadlansyah

tirto.id - Satu orang tewas dan puluhan orang terluka dalam serangan bom yang mengguncang Thailand Selatan menurut pernyataan yang dilansir pihak militer Thailand, seperti dikutip dari kantor berita Reuters dan Antara, Kamis, (31/3/2016).

Jumlah bom yang meledak pada hari Rabu, (30/3/2016) dan Kamis, (31/3/2016), diperkirakan berjumlah 10 buah dan diledakkan di daerah Yaring, Pattani, termasuk dua di antaranya di sebuah mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang melukai 11 polisi.

Seorang warga laki-laki tewas setelah ditangkap dalam ledakan di dekat sebuah toko salon ungkap seorang juru bicara militer.

"Orang-orang yang menyebabkan masalah ini ingin menunjukkan bahwa mereka masih aktif," kata wakil juru bicara Komando Operasi Keamanan Internal Militer Kolonel Yuthanam Phetmuang.

Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun otoritas setempat sering mempersalahkan kelompok-kelompok pemberontak khususnya dari kelompok Muslim.

Ledakan ini menyusul beberapa serangan senjata dan bom yang juga terjadi pada bulan ini di provinsi tetangga Narithawat.

Provinsi Pattani merupakan satu dari tiga provinsi yang mayoritas kebanyakan berpenduduk Muslim di Thailand, yang sebagian besar dihuni penduduk beragama Buddha, dekat perbatasan Malaysia.

Beberapa kelompok pemberontak Muslim melakukan perlawanan terhadap kekuasaan pemerintah pusat yang telah berlangsung selama puluhan tahun di daerah itu. Angka kekerasan tercatat dalam jumlah yang signifikan pada 2004. Lebih dari 6.500 orang, termasuk para biksu Buddha, guru, tentara dan pemberontak separatis telah tewas sejak itu.

Pada Januari lalu, pejabat militer dan pengamat konflik mengatakan bahwa kekerasan di Thailand Selatan telah turun ke level terendah dalam lebih dari sepuluh tahun karena meningkatnya upaya keamanan dari pemerintah Thailand.

Masyarakat di Thailand Selatan selama ini selalu mengeluhkan tahun-tahun kelalaian yang dilakukan pemerintah Bangkok. Kegagalan pemerintah berturut-turut untuk memadamkan kekerasan telah menyebarkan ketidakpercayaan terhadap negara di kawasan itu, yang merupakan sebuah kesultanan Muslim Melayu yang independen pada satu abad lalu sebelum dikuasai oleh Thailand.

Tak lama setelah mengambil kekuasaan dalam kudeta 2014, militer berjanji untuk membawa perdamaian ke selatan dalam waktu setahun. (ANT)

Baca juga artikel terkait MILITER THAILAND atau tulisan lainnya

Reporter: Putu Agung Nara Indra