tirto.id - Mimpi buruk itu akhirnya menjadi nyata. Joe Hart, yang sejatinya tengah merajut asa sebagai salah satu calon legenda Manchester City, benar-benar terdepak dari Etihad seiring hadirnya pelatih baru, Pep Guardiola.
Untuk sementara, Joe Hart memang hanya pergi untuk sementara. Tapi, jika Guardiola bertahan lama di City, bukan tidak mungkin kiper tim nasional Inggris itu akan benar-benar terhapus dari daftar pemain The Citizen.
Tak ada pilihan lain selain hengkang. Sudah jelas bahwa Joe Hart bukan sosok yang diinginkan Guardiola. Kedatangan Claudio Bravo dari Barcelona menegaskan bahwa kiper 29 tahun itu memang sudah tidak dibutuhkan. Ia hanya akan menjadi orang ketiga jika tetap di City, setelah Bravo dan Willy Caballero.
Joe Hart pun akhirnya terbuang ke Italia, ke Torino, mantan tim besar yang hingga belum mampu bangkit. Joe Hart pun menjadi penjaga gawang Inggris pertama yang berkiprah di Serie A. Rekor positif yang setidaknya bisa sedikit menghibur hati calon legenda yang terluka.
Pengabdian Sia-sia
Sepakbola memang kejam. Dedikasi Joe Hart selama satu dasawarsa terakhir terancam sia-sia hanya karena kehendak satu orang: Pep Guardiola. Untuk hal ini, suporter City memang pantas murka, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Terlebih lagi, pamor Guardiola sebagai salah satu pelatih terbaik sejagat raya saat ini dengan gelimang rekor juara bersama dua klub raksasa Eropa –Barcelona dan Bayern Munchen– dinilai lebih menjanjikan ketimbang seorang calon legenda bernama Joe Hart.
Namun, apa benar Joe Hart sudah pantas disebut sebagai calon legenda Manchester City? Ditilik dari jejak rekamnya –terlepas dari beberapa blunder yang pernah terjadi– Joe Hart memang telah menancapkan nama sebagai pemain yang patut dicatat dengan tinta emas dalam sejarah klub tersebut.
Joe Hart adalah kiper kelima yang paling lama memperkuat City setelah Frank Swift (1933-1949), Joe Corrigan (1967-1983), Jim Goodchild (1911-1926), serta Bert Trautmann (1949–1964). Torehan 266 penampilannya di Liga Inggris juga yang terbanyak setelah Corrigan (603 laga), Trautmann (545 laga), dan Swift (375 laga).
Tak hanya itu, Joe Hart juga menjadi bagian dari masa kebangkitan City yang sebelumnya cukup lama terpuruk. Rival sekota Manchester United ini kembali ditakuti seiring diakuisisi oleh taipan asal Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour, sejak 23 September 2008.
Joe Hart memang tidak langsung menjadi pilihan utama Manchester City. Diboyong pada 2006 dari klub gurem bernama Shrewsbury Town yang merupakan tim kampung halamannya, karier Joe Hart pada musim-musim awal di City sempat naik turun.
Ia pun dipinjamkan ke klub lain, seperti Tranmere Rovers (2007), Blackpool (2007), juga Birmingham City (2009/2010). Sejak musim 2010/2011, posisi Joe Hart di bawah mistar gawang City nyaris tak tergantikan hingga datangnya Guardiola pada akhir 2015/2016 yang akhirnya membuang sang calon legenda.
Mujurnya Il Toro
Para petinggi Torino sangat mungkin tersenyum lebar usai menuntaskan transfer Joe Hart meskipun hanya sebagai pemain pinjaman selama semusim. Klub sekota Juventus yang kini ditukangi oleh Sinisa Mihajlovic ini memang pantas bergembira karena mendapatkan kiper top tanpa harus merogoh dana yang terlalu tinggi.
Demi memuaskan hasrat Guardiola, Manchester City rela membayar gaji Joe Hart jauh lebih besar dari yang dikeluarkan Torino. Dari total 135 ribu poundsterling yang diterima Joe Hart tiap pekannya, Il Toro hanya perlu menyumbang 55 ribu poundsterling saja.
Joe Hart memang kiper asal Inggris pertama di Torino maupun Serie A, namun ia bukan pemain Inggris perdana yang pernah main untuk Il Toro. Jauh di masa lalu, ada orang Britania lain yang sempat memperkuat klub Turin itu, yakni Joseph Henry Baker atau yang lebih dikenal dengan nama Joe Baker.
Joe yang dilahirkan di Liverpool ini hanya semusim membela Torino, yakni pada 1961/1962. Bermain dalam 19 laga, Joe Baker yang berposisi sebagai striker menyumbangkan 7 gol untuk klub berlambang banteng jantan tersebut.
Untuk posisi kiper, Torino pernah diperkuat penjaga gawang dengan karier yang cukup cemerlang, termasuk Luca Marchegiani, Luca Bucci, Massimo Taibi, Christian Abbiati, Matteo Sereni, hingga Jean-Francois Gillet.
Il Toro juga punya beberapa legenda di bawah mistar gawang. Sebutlah Valerio Bacigalupo yang membela Torino pada 1945-1949 dengan koleksi 137 penampilan, kemudian Lido Vieri (1958-1969) dengan 265 laga, juga Luciano Castellini yang telah mengemas 201 pertandingan sekurun 1970 hingga 1978.
Apakah Joe Hart akan bertahan lama dan bakal turut melengkapi jajaran kiper legendaris Torino, atau hanya sekadar numpang lewat? Jika pun begitu, Joe Hart berpeluang mengikuti jejak Abbiati yang pernah menjadi andalan klub peraih 7 kali gelar scudetto tersebut dengan status sebagai pemain pinjaman selama semusim.
Yang jelas, selama Pep Guardiola masih bercokol di Etihad, peluangnya untuk pulang sangat kecil. Apabila masih ingin melanjutkan mimpi sebagai calon legenda di sana, Joe Hart harus membuktikan bahwa Pep telah salah membuangnya, atau berharap pelatih asal Spanyol itu tidak terlalu lama menetap di Manchester.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti