Menuju konten utama

Sekjen PBB: Keputusan Trump Soal Yerusalem Menghalangi Perdamaian

Sekjen PBB mengkritik sikap AS yang baru terkait pemindahan kedutaan besar ke Yerusalem ini karena akan merusak prospek perdamaian.

Sekjen PBB: Keputusan Trump Soal Yerusalem Menghalangi Perdamaian
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengangkat tangan saat memberikan pernyataan bersama dengan Sekjen PBB Antonio Guterres di Yerusalem, Senin (28/8). ANTARA FOTO/REUTERS/Heidi Levine

tirto.id - Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem karena ibu kota Israel mungkin akan menghalangi proses kesepakatan damai Israel-Palestina, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada Minggu (10/12/2017) waktu setempat.

Komentarnya sangat berbeda dengan Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley. Ia mengatakan pemindahan kedutaan besar ke Yerusalem akan membawa pergerakan ke arah perdamaian.

Sikap AS yang baru ini dikritik oleh orang-orang Palestina, para pemimpin Arab dan dunia karena akan merusak prospek perdamaian dan telah menimbulkan gelombang besar protes di seluruh wilayah dalam beberapa hari ini.

Berbicara di CNN, Guterres mengatakan bahwa dia senang bahwa menantu Trump dan penasihat Jared Kushner telah bertemu dengan orang-orang Israel dan Palestina dalam sebuah rencana perdamaian baru setelah bertahun-tahun mengalami jalan buntu dalam prosesnya.

"Saya tidak mengatakan bahwa ini akan terjadi, namun ada harapan bahwa pada akhirnya akan membawa konflik mengerikan antara Israel dan Palestina berakhir," kata Guterres.

"Saya pikir keputusan yang diambil pada hari Rabu berisiko mengkompromikan usaha ini," tambahnya.

Dalam sebuah pidato pada Rabu yang lalu dari Gedung Putih, Trump menentang peringatan di seluruh dunia dan berkeras keputusannya diambil setelah kegagalan berulang untuk mencapai perdamaian dan sebuah pendekatan baru sudah lama terlambat.

Ia menggambarkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai tempat pemerintahan Israel hanya berdasarkan kenyataan.

Langkah tersebut disambut oleh Netanyahu dan oleh para pemimpin di sebagian besar spektrum politik Israel. Trump menekankan bahwa dia tidak menentukan batas-batas kedaulatan Israel di kota tersebut, dan meminta agar tidak terjadi perubahan status quo di tempat-tempat suci di kota tersebut.

Haley menyarankan agar kekhawatiran kerusuhan atas keputusan Trump terlalu berlebihan.

Dia mengatakan kepada CNN bahwa Trump adalah presiden AS pertama yang memiliki "keberanian" untuk melakukan langkah yang dia katakan pada banyak orang Amerika dan orang lain di seluruh dunia.

"Terkait orang-orang [yang] marah, kami tahu itu akan terjadi. Tapi keberanian menyebabkan itu ... saya sangat yakin ini akan membawa pergerakan ke depan untuk proses perdamaian," ujar Hayley dilansir Times of Israel.

Ketika CNN bertanya berulang kali bagaimana perubahan tersebut akan membantu perjuangan perdamaian, Haley menyebut keputusan itu akan mempermudah perundingan.

"Sekarang mereka bisa datang bersama untuk menentukan seperti apa perbatasannya, mereka bisa memutuskan batas-batasnya dan mereka bisa membicarakan bagaimana mereka ingin melihat Yerusalem, maju ke depan.”

"Yang kami lakukan hanyalah mengatakan, 'ini bukan sesuatu yang akan kita biarkan terjadi di tengah negosiasi Anda.'"

Aksi protes yanng berakhir bentrok telah terjadi di seluruh wilayah sejak Trump mengumumkan kebijakan baru tersebut pada Rabu (6/12/2017). Dua orang Palestina di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas tewas dalam bentrokan pada Jumat (8/12/2017). Dua lainnya tewas dalam serangan udara Israel sebagai pembalasan atas roket yang dikeluarkan dari daerah kantong Palestina.

Hamas pada Kamis (7/12/2017) telah menyerukan sebuah intifadah baru melawan Israel dan mendesak warga Palestina untuk menghadapi tentara dan pemukim. Mereka juga mengizinkan ribuan warga Gaza untuk menghadapi tentara Israel di pagar perbatasan Gaza dalam beberapa hari ini.

Baca juga artikel terkait YERUSALEM atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari