tirto.id - Pemerintah tengah menyiapkan program pendidikan baru bernama Sekolah Rakyat yang namanya sudah ada sejak zaman Belanda. Lantas, bagaimana sejarah Sekolah Rakyat zaman Belanda dan setara dengan apa di zaman sekarang?
Sekolah Rakyat yang diusung oleh pemerintahan Prabowo lewat Kementerian Sosial (Kemensos) direncanakan mulai berjalan pada tahun ajaran 2025–2026. Program ini dirancang sebagai bentuk intervensi pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin.
Sasaran utamanya adalah mereka yang masuk dalam kelompok ekonomi paling bawah menurut Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), khususnya desil 1 dan 2. Dua desil ini mencakup sekitar 20 persen penduduk dengan kondisi ekonomi terendah di Indonesia.
Konsep Sekolah Rakyat adalah sekolah gratis berasrama, di mana seluruh kebutuhan siswa seperti tempat tinggal, makan, hingga perlengkapan sekolah akan ditanggung negara. Program ini mencakup jenjang SD, SMP, dan SMA dengan kurikulum yang mengacu pada standar pendidikan nasional.
Seleksi siswa Sekolah Rakyat akan dilakukan berdasarkan dua syarat dan kriteria utama, yaitu kondisi ekonomi keluarga dan kemampuan akademik dasar calon siswa.
Meski menjadi program baru dalam bentuk dan tujuannya, nama “Sekolah Rakyat” bukanlah hal asing dalam sejarah pendidikan Indonesia. Istilah ini sudah dikenal sejak masa kolonial Belanda, saat pendidikan mulai dibuka secara terbatas bagi masyarakat pribumi.
Sejarah & Tingkatan Sekolah Rakyat Zaman Belanda, Setara Apa?
Jika dilihat dari namanya, Sekolah Rakyat sebenarnya bukanlah konsep baru. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hindia Belanda.
Pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1900-1930, Belanda menerapkan Politik Etis sebagai bentuk "balas budi" kepada rakyat atas kerja paksa masa tanam paksa. Salah satu dari tiga pilar utama politik ini adalah pendidikan, yang melahirkan berbagai sekolah dasar bernama Volkschool atau Sekolah Rakyat.
Dikutip dari jurnal Sekolah Rakyat sebagai Alternatif Pendidikan di Indonesia pada Masa Kolonial oleh Shohibuddin dan Maimun (2025), pendirian Volkschool sebenarnya tidak dimaksudkan untuk mencerdaskan rakyat, melainkan mencetak tenaga kerja murah dan terampil demi kepentingan kolonial.
Volkschool pertama kali didirikan pada tahun 1907. Meski ada sumber yang menyebutkan Bandung sebagai lokasi awal pada 1892, data tersebut dianggap kurang akurat.
Sekolah-sekolah ini umumnya berdiri di wilayah pedesaan, didirikan secara gotong royong oleh masyarakat setempat, tetapi tetap berada di bawah pengawasan pemerintah kolonial. Para pengajarnya berasal dari kalangan pribumi.
Pendidikan di Volkschool berlangsung selama tiga tahun. Kurikulumnya terbatas dan bersifat teknis, dengan fokus pada keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, serta sedikit pengetahuan bahasa.
Materi pelajaran didominasi muatan Belanda dan sangat minim menyentuh nilai-nilai atau kebudayaan lokal. Tujuannya jelas, yaitu menyiapkan lulusan yang siap bekerja di perusahaan atau lembaga milik Belanda.
Jika dibandingkan dengan sistem pendidikan saat ini, Sekolah Rakyat pada masa kolonial dapat dikatakan setara dengan sekolah dasar (SD) di zaman sekarang. Hal ini mengingat Sekolah Rakyat zaman Belanda merupakan awal mula terbentuknya SD.
Ketika Jepang mengambil alih Indonesia pada tahun 1942, sistem pendidikan Belanda diubah. Sekolah Rakyat diperpanjang menjadi 6 tahun dan bahasa pengantar diubah dari Belanda ke Jepang, menghapus seluruh pelajaran berbahasa Belanda untuk mempermudah pengawasan Jepang terhadap pendidikan.
Meski memiliki banyak kekurangan, keberadaan Sekolah Rakyat tetap memberikan dampak positif. Misalnya seperti menurunnya angka buta huruf dan lahirnya tenaga administrasi lokal seperti kepala kampung dan juru tulis.
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Beni Jo