Menuju konten utama
6 Juni 1984

Sejarah Tetris, Gim Paling Populer Buatan Negara Komunis

Tetris diciptakan oleh ahli komputer dari negara komunis Uni Soviet. Nintendo membuatnya mendunia.

Sejarah Tetris, Gim Paling Populer Buatan Negara Komunis
Ilustrasi permainan Tetris. tirto.id/Nauval

tirto.id - Pada 2014, ketika Tetris menginjak usia 30 tahun, jurnalis Guardian James Walsh mengajak para penggemar gim teka-teki legendaris itu untuk bernostalgia. Walsh, penggemar Tetris sejak kanak-kanak, memandu nostalgia tersebut dan para pembaca menyambutnya dengan antusias. Mereka menceritakan kenangan-kenangan menyenangkan.

Pembaca dengan akun John Goat, misalnya, mengatakan Tetris adalah karibnya ketika dalam perjalanan liburan bersama keluarga. Tetris menyelamatkannya dari rasa bosan ketika ia duduk di jok belakang mobil sambil menunggu macet yang mengular.

Sementara pembaca dengan akun Sharp Mango punya kenangan tak kalah menarik. Mango menceritakan ia pertama kali bermain Tetris pada umur 9-10 tahun. Suatu waktu, saat sedang asyik mencoba gim itu lewat Game Boy yang sedang dipamerkan di sebuah mal, Mango tiba-tiba didekati seorang gadis cantik. Gadis itu duduk di sebelahnya, tersenyum, dan memperhatikan Mango bermain Tetris. Mango sempat tersipu malu dan menganggap dirinya sebagai “Dewa Tetris”. Ia akhirnya sadar gadis cantik itu ternyata sales Game Boy yang mencoba meyakinkannya untuk membeli konsol portable keluaran Nintendo tersebut.

Lalu ada kenangan bersejarah dari pembaca dengan akun Marty McFlytipper. Katanya: “Aku sedang bermain Tetris ketika Nelson Mandela dibebaskan.”

Tetris adalah gim paling laris di dunia. Hingga 2019, IGN, situs informasi gim yang berpusat di Amerika, memperkirakan bahwa Tetris sudah dimainkan oleh sekitar 500 juta orang. Rinciannya, sekitar 425 juta orang membeli rilisan digital dan memainkannya lewat ponsel, sedangkan sisanya membeli rilisan fisik dan memainkannya lewat 50 konsol yang berbeda.

Menurut Box Brown, penulis novel grafis Tetris: The Games People Play, Tetris dapat mencapai status adiluhung itu karena berbeda dengan gim kebanyakan. Selain memiliki game-play sederhana, gim ini lebih bersifat konstruktif ketimbang destruktif. Lain itu, jika pada akhir 1980-an sebagian besar gim diciptakan untuk anak-anak, Tetris bisa dimainkan siapa saja: kamu, adikmu, bapakmu, hingga kakek dan nenekmu.

Brown juga punya penjelasan khusus mengapa gim ini bisa menarik minat orang-orang Barat. Gim ini merupakan produk asli Uni Soviet, negara komunis musuh besar Amerika Serikat selama Perang Dingin. Sebelum era Tetris, sebagian besar orang Barat hanya mengenal Uni Soviet lewat stereotip yang dibangun Hollywood. Menurut Brown, imaji itu kemudian memancing rasa penasaran mereka: seperti apa gim yang diciptakan di negara yang orang-orangnya kerap digambarkan sebagai anggota geng bersenjata dan gemar menenggak vodka?

Dari Dapur Teknologi Uni Soviet

Alexey Pajitnov mulai bekerja di laboratorium Uni Soviet Academy of Science pada awal 1980-an. Di sana ia bertugas untuk mengembangkan kecerdasan buatan dan platform pengenal suara. Pekerjaan itu sering membuatnya bosan dan di sisi lain ia punya hobi bermain teka-teki. Maka, saat tempat kerjanya mulai mempergunakan komputer jenis Elektronika 60, ia ingin menciptakan gim teka-teki versinya sendiri untuk bersenang-senang.

Gim teka-teki itu semula dibuat menggunakan program Turbo Pascal. Dasarnya ialah tetromino—bentuk geometris terdiri dari empat kotak yang terhubung secara ortogonal. Namun, lantaran Elektronika 60 tidak dapat menampilkan grafis, Pajitnov menggunakan teks untuk mewakili tetromino tersebut. Ia kemudian membuat aturan sedemikian rupa dan prototipe gim itu rampung pada 6 Juni 1984, tepat hari ini 36 tahun lalu.

Pajitnov menyebut gim itu Tetris, yang merupakan gabungan dari kata 'tetromino' dan 'tenis'. Pria kelahiran Moskow pada 1956 tersebut memang penggemar tenis.

Yang menarik, tanda-tanda Tetris akan menjadi mahakarya bahkan sudah terlihat sebelum purwarupanya rampung. Sambil terus memecahkan kode-kode untuk membuat gim bekerja secara sempurna, Pajitnov membagikan gim itu kepada rekan-rekannya. Hasilnya, aku Pajitnov kepada Wired, mereka ketagihan.

“Orang-orang terus bermain, bermain, dan bermain. Teman baikku bahkan sampai mengatakan, ‘Aku tidak bisa hidup tanpa Tetris.’”

Teman baik Pajitnov itu adalah Vladimir Pokhilko, yang saat itu bekerja di sebuah klinik psikologi. Dan ia mengatakan, “Saat bertemu Alexey, aku mendengar tentang Tetris. Ia memberikannya kepadaku dan aku menginstalnya di komputer laboratorium. Semua orang tiba-tiba berhenti bekerja (memilih untuk bermain Tetris). Aku kemudian memutuskan menghapusnya dari semua komputer.”

Usaha Pokhilko untuk menghalangi orang-orang bermain Tetris tentu saja sia-sia belaka. Selain ia juga kecanduan, gim itu kadung di-copy banyak orang. Malahan, secara iseng, Pajitnov memberikan fitur tambahan agar Tetris dapat tetap dimainkan di sela-sela kerja dengan nyaman. Fitur itu adalah “boss button” yang digunakan untuk menyembunyikan gim ketika atasan melakukan pengawasan.

Tetris kemudian terus bergerak maju, baik dari segi pengembangan maupun penggemar. Dari segi pengembangan, menurut Konstantin Govorun dari Russia Beyond, Tetris disempurnakan pada 18 Juli 1985. Keberhasilan itu tak lepas dari bantuan rekan-rekan Pajitnov dan platform baru bernama MS-DOS yang berjalan di komputer IBM. Sedangkan dari segi penggemar, Tetris mulai dikenal di luar pagar: bermula dari Hungaria hingga sampai segala penjuru dunia.

Masalahnya, awal mula penyebaran Tetris di luar Uni Soviet sempat menimbulkan polemik. Setidaknya ada dua alasan yang menjadi penyebabnya. Pertama, Tetris tidak hanya berpindah dari satu komputer ke komputer lain, melainkan juga diperjualbelikan secara ilegal. Kedua, karena diciptakan di dalam laboratorium negara, Tetris menjadi properti milik negara. Ia berada di bawah naungan Erlog, pusat pengembangan tekonolgi Uni Soviet.

Masalah ini memang sempat mengendur ketika Atari, perusahaan gim asal AS, membeli hak cipta Tetris untuk komputer dan arkade. Meskipun tak punya hak atas karyanya tersebut, Pajitnov tidak merasa puas. Kesepakatan itu, menurut Pajitnov, hanya berlandaskan keuntungan: kedua pihak sama sekali tak memikirkan esensi gim itu dibuat.

Pada masa-masa itulah Henk Rogers, publisher gim yang saat itu bekerja untuk Nintendo, datang sebagai penyelamat. Dan Ackerman dalam The Tetris Effect: The Game that Hypnotized the World (2016) menulis: “Rogers, seorang penggemar Tetris, nekat datang ke Uni Soviet pada 1989. Ia seperti tamu tak diundang, tetapi membawa misi yang sangat sangat besar.”

Meroket Bersama Game Boy

“Aku ingin berbicara dengan seseorang tentang Tetris.”

Henk Rogers berkata seperti itu ketika pertama kali tiba di kantor Erlog. Untuk sampai ke tempat itu, ia sempat luntang-lantung di Moskow selama lebih dari 48 jam. Ia tak bisa berbahasa Rusia dan tak tahu harus memulai langkah dari mana.

Rogers tahu tentang Erlog lewat komunitas permainan Go yang terdapat Moskow. Ia paham betul permainan itu, ikut bermain, dan diterima dengan tangan terbuka oleh anggotanya. Salah satu anggota komunitas, seseorang yang bisa berbahasa Inggris, kemudian memberitahu Rogers tentang Erlog.

“Jika ingin berbicara tentang Tetris,” kata anggota komunitas yang lantas menjadi penerjemah Rogers itu, “kamu harus datang ke Erlog.” Namun, imbuhnya, “Kamu tidak bisa tiba-tiba datang ke kantor itu dan berharap bisa langsung berbicara dengan seseorang. Kamu harus diundang untuk bisa masuk ke sana.”

Roger paham betul maksud pernyataan penerjemahnya itu. Tidak seperti negara-negara barat, pemerintah Uni Soviet sangat tertutup apalagi jika mereka harus berurusan dengan orang luar. Tapi Rogers tak bisa menunggu. Telat sedikit saja, hak cipta Tetris bisa diembat perusahaan gim lain.

Jauh hari sebelum berada di kantor Erlog, Rogers menyarankan agar Nintendo menyertakan Tetris sebagai bagian dari paket penjualan Game Boy di Amerika Utara yang rencananya akan dipasarkan menjelang natal 1989. Rogers saat itu percaya Tetris bisa mendongkrak gadget anyar keluaran Nintendo tersebut. Alasannya, kata Rogers, Game Boy amat sempurna untuk memainkan Tetris.

“Tidak seperti objek atau peluru dalam gim-gim aksi, tetronimo akan terlihat lebih jelas di layar kecil… Lain itu, untuk menghabiskan waktu ketika orang-orang menunggu kereta, mereka tentu saja lebih senang memainkan gim ringan yang bisa dimainkan hanya dalam waktu beberapa menit,” kata Rogers kepada Polygon.

Infografik Mozaik Permainan Tetris

Infografik Mozaik Permainan Tetris. tirto.id/Nauval

Ide Rogers tersebut sempat memunculkan perdebatan di jajaran petinggi Nintendo. Ada yang setuju dan ada yang menolak. Orang-orang yang tak setuju beralasan Game Boy berlayar hitam-putih dan Tetris akan membuatnya tampak semakin membosankan. Sedangkan para pendukung Rogers tak banyak bercakap-cakap. Mereka percaya dengan reputasi Rogers yang pernah berjasa besar terhadap kesuksesan Famicom. Dan di balik kesuksesan konsol itu ada gim Tetris yang hak ciptanya dibeli Rogers dari perantara.

Setelah terus meyakinkan Minoru Arakawa, bos Nintendo Amerika Utara, Nintendo akhirnya setuju dengan saran Rogers. Namun, karena potensi besar Tetris dan pertaruhan besar yang ia lakukan, Rogers kali ini memutuskan untuk membeli hak cipta itu secara langsung dari tangan Uni Soviet. Dari situlah ia memilih terbang langsung ke Uni Soviet untuk mendapatkannya.

Menurut Dan Ackerman, apa yang dialami Rogers selama berada di Erlog ternyata tidak seperti yang ia takutkan. Alih-alih diusir, setelah mengatakan bahwa ia ingin membicarakan tentang Tetris, Rogers disambut dengan antusias. Ia kemudian bertemu dengan Nikoli Belikov, direktur Erlog, dan Alexey Pajitnov.

Dari Belikov, Rogers tahu bahwa saat itu ada dua orang lagi yang ingin membeli hak cipta Tetris. Mereka adalah Robert Stein dan Kevin Maxwell. Stein merupakan negosiator Atari dan orang yang pernah menjadi perantara Rogers untuk membawa Tetris ke Famicom. Sedangkan Maxwell adalah anak penguasa media di Britania Raya. Dua-duanya pesaing berat. Namun Rogers percaya Pajitnov bisa menjadi jimat keberuntungannya.

Selama negosiasi masih berlangsung, Rogers mendekati Pajitnov. Ia datang ke apartemennya, memuji Tetris, dan menjelaskan visinya tentang bagaimana gim itu punya masa depan cerah. Pajitnov, yang kelak menjadi sahabat kental Rogers, menyukai penjelasan Rogers lalu membantunya mencapai kesepakatan. Rogers lalu berhasil mengalahkan dua pesaingnya. Ecekerman menulis: “Nintendo mendapatkan hak cipta Tetris dengan harga 500 ribu dolar AS.”

Sejarah kemudian mencatat perjudian besar yang dilakukan Nintendo tersebut menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat. Tetris membuat penjualan Game Boy laris manis di pasar internasional sampai-sampai Wall Street Journal menyebutnya sebagai “hadiah Natal paling sempurna.”

Di AS, hingga tutup tahun 1989, Game Boy terjual 1 juta buah. Tiga tahun kemudian penjualan Game Boy mencapai 9 juta buah. Pada 1998 Game Boy terjual lebih dari 64 juta buah di segala dunia dan menjadi konsol gim paling laris di dunia. Sejak itu Tetris tak pernah lagi menengok ke belakang.

“Tetris adalah aplikasi killer. Ia benar-benar sempurna untuk Game Boy, dan Game Boy juga sangat sempurna untuk Tetris. Game Boy adalah Tetris, begitu pula sebaliknya,” kata Gail Tilden, petinggi Nintendo yang semula tak mendukung ide Rogers.

Baca juga artikel terkait GIM atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Ivan Aulia Ahsan