Menuju konten utama

Sejarah Persani Induk Organisasi Senam Indonesia & Tokoh-tokohnya

Berikut ini sejarah Persani sebagai induk organisasi senam di Indonesia beserta tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya.

Sejarah Persani Induk Organisasi Senam Indonesia & Tokoh-tokohnya
Pesenam Lampung Sutjiati K. Narendra beraksi dalam nomor alat bola final senam ritmik perorangan PON Papua di Istora Papua Bangkit, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (8/10/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.

tirto.id - Organisasi induk senam di Indonesia adalah Persani. Ia merupakan akronim dari Persatuan Senam Indonesia. Sejak berdiri pada 14 Juli 1963, Persani langsung mengirimkan atlet untuk berlaga di Pesta Olahraga Negara-negara Berkembang atau Ganefo I --empat bulan setelahnya-- di Jakarta. Berikut ini sejarah dan dinamika olahraga senam di Indonesia yang mengalami pasang surut, jatuh bangun, hingga membentuk para atlet senam terbaik di tanah air.

Olahraga senam pertama kali masuk ke Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Olahraga tersebut mulai diperkenalkan di Indonesia pada 1912. Di tahun itu, senam turut diajarkan di sekolah bersamaan dengan ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib.

Pada 1918, Dr. H. F. Minkema, seorang perwira kesehatan Angkatan Laut Belanda membuka kursus senam di Malang dengan sistem Swedia. Kursus tersebut diperuntukkan bagi tentara dan guru.

Dua tahun sebelumnya, pada 1916, sistem senam Swedia menggantikan sistem Jerman yang diajarkan di sekolah-sekolah sejak 1912. Lewat Minkema itulah, kemudian senam di Indonesia mulai tersebar dan menjadi populer.

Kendati perwira itu mendirikan kursus senam di Malang, cikal bakal penyebaran senam dianggap berawal dari Bandung. Sebabnya, pada 1922, di kota kembang tersebut dibuka sekolah pertama yang berhubungan dengan senam, yaitu MGSS (Militaire Gymnastiek en Sporschool).

Mereka yang lulus dari sekolah tersebut selanjutnya menjadi instruktur senam Swedia di sekolah-sekolah di Hindia Belanda.

Perkembangan itu cukup baik, serta membukakan jalan bagi MGSS untuk mendirikan cabang di lima kota lainnya. Cabang sekolah senam itu berada di Bogor, Malang, Surakarta, Medan, dan Probolinggo.

Akan tetapi, masuknya Jepang ke Indonesia pada 1942 berupaya mengubah wajah senam yang berbau barat ke arah timur kembali.

Jepang melarang semua bentuk senam di sekolah dan lingkungan masyarakat. Sebagai gantinya, diwajibkan bagi sekolah-sekolah untuk melaksanakan “taiso” sebelum pelajaran dimulai.

Taiso merupakan sejenis senam pagi yang berbentuk kalestenik. Kegiatan itu diiringi dengan suara dari radio yang disiarkan serentak.

Taiso tidak berlangsung lama. Pada zaman kemerdekaan, senam yang diwajibkan Jepang itu mendapat pertentangan di banyak tempat.

Dengan ditolaknya taiso, senam warisan pemerintah Belanda kembali dipakai di sekolah-sekolah, yang kemudian dimodifikasi dengan gaya Indonesia.

Sebagaimana dikutip dari Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (2006) yang ditulis Asep Kurnia Nenggala, mulai 1964, sistem senam yang digunakan adalah sistem senam STO Bandung. Sistem itu dikembangkan oleh Irsan M. A. dan Imam Hidayat.

Sejarah dan Fungsi Persani sebagai Induk Organisasi Senam di Indonesia

Terbentuk pada 1963, Persani diketuai oleh R. Suhadi untuk pertama kalinya. Di bawah kepemimpinannya, Persani mendatangkan sejumlah pelatih dari RRC untuk membina para atlet.

Haryanto dan Moh Nor El-Ibrahim dalam Olahraga Mengenalkan Teknik Senam Dasar (2012) menuliskan bahwa pembinaan atlet dari pelatih RRC dimaksudkan untuk mempersiapkan tim senam Indonesia pada Konferensi Asia Afrika I dan Ganefo Asia.

Prestasi tim senam Indonesia mengalami kemajuan dengan bimbingan pelatih RRC. Namun, sangat disayangkan bimbingan tersebut harus berhenti sejenak karena suasana politik G30S. Pelatih RRC mesti dikembalikan ke negaranya.

Kemunduran prestasi menjadi hasil yang harus diterima tim senam Indonesia selama masa itu.

Hingga 1967, muncul upaya untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Salah seorang pelatih Indonesia, T. J. Purba dikirim ke Jerman Timur untuk belajar di sekolah khusus pelatih senam artistik. Purba menghabiskan masa sekolah di Eropa selama 26 bulan.

Sebagai titik tolak selanjutnya, cabang olahraga senam artistik untuk pertama kali diperlombakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) VII di Surabaya.

Sejak PON 1969 tersebut, cabang olahraga senam seterusnya masuk dalam perhelatan kompetisi olahraga nasional. Sampai sekarang, senam menjadi salah satu olahraga yang banyak menyumbangkan prestasi untuk Indonesia di kancah Internasional.

Baca juga artikel terkait SENAM atau tulisan lainnya dari Auvry Abeyasa

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Auvry Abeyasa
Penulis: Auvry Abeyasa
Editor: Abdul Hadi