tirto.id - Perlakuan rasisme terhadap Mario Balotelli yang ditengarai terjadi saat laga Brescia vs Lazio pada 6 Januari 2020 kemarin bukanlah perkara pertama yang menimpa striker berusia 29 tahun ini. Sejarah mencatat, Balotelli beberapa kali menjadi sasaran serangan rasial yang memang masih sering muncul di Liga Italia.
Saat masih 19 tahun dan bermain untuk Inter Milan, ia sudah kena serangan rasial. Dalam duel kontra Juventus di Stadio Olimpico Grande Turin pada 19 April 2009, misalnya, hampir sepanjang laga suporter tuan rumah melontarkan chant diskriminatif terhadap Balotelli yang berbunyi: “tidak ada orang Italia yang berkulit hitam”.
Balotelli, pesepakbola kelahiran Palermo, Italia, dari keluarga imigran asal Ghana, mencetak gol untuk Nerazzurri sebelum disamakan oleh Juventus melalui Zdenek Grygera jelang pertandingan berakhir, sehingga laga berakhir imbang 1-1.
Massimo Moratti selaku Presiden Klub Inter Milan kala itu sangat marah dengan perlakuan tifosi Juventus terhadap Balotelli. Sayangnya, sang presiden tidak menyaksikan langsung pertandingan tersebut.
“Jika saya ada di stadion, pada titik tertentu, saya akan angkat diri dari kursi saya dan tribun, saya akan pergi ke lapangan dan menarik tim saya. Mereka [Juventini] terlihat bangga dan senang menyanyikan hal tersebut. Ini mengerikan," tukas Moratti dilansir dari Telegraph.
Federasi sepak bola Italia, FIGC, sayangnya tidak menganggap perlakuan bernada rasis dari suporter Juventus terhadap Balotelli itu sebagai masalah serius. La Vecchia Signora hanya dihukum mengosongkan salah satu sisi tribun stadion untuk satu pertandingan saja.
Konsisten Melawan Rasisme
Kembali ke Italia pada 2013 setelah cukup lama berkiprah di Liga Inggris bersama Manchester City, Balotelli kembali menjadi sasaran perlakuan beraroma rasisme, hal yang sempat pula dialaminya semasa merumput di Premier League.
Memperkuat AC Milan kala dijamu Napoli di Stadion San Paolo pada 9 Februari 2014, lagi-lagi suporter tuan rumah melancarkan serangan rasial terhadap Balotelli. Pelatih Rossoneri kala itu, Clarence Seedorf, bahkan terpaksa menarik keluar Balotelli karena tidak tega melihat kesedihan pemainnya tersebut.
Balotelli terlihat meneteskan air mata saat berjalan keluar menuju Giampaolo Pazzini yang bersiap menggantikannya pada menit 73 dalam laga yang akhirnya dituntaskan dengan skor 3-1 untuk kekalahan AC Milan itu.
“Saya menerima kritik profesional, tetapi satu-satunya yang mengganggu saya adalah rasisme,” ucap Balotelli kepada FourFourTwo.
Bomber kontroversial berjuluk Super Mario ini memang kerap menjadi sasaran serangan rasial, bahkan saat membela tim nasional Italia sekalipun. Perlakuan diskriminatif bahkan sudah didapatnya sejak memperkuat timnas Azzurri di level usia muda.
Kendati begitu, Balotelli konsisten melawan rasialisme yang masih akrab di persepakbolaan Italia, seperti yang dilakukannya usai laga Brescia vs Lazio beberapa waktu lalu yang sebenarnya bukan pertamakali didapatkannya di sepanjang Liga Italia Serie A musim ini.
“Jika orang-orang tidak rasis, maka tidak akan ada masalah. Saya dibesarkan dengan cara tertentu, Ketika saya melakukan sesuatu di lapangan, dan saya melihat orang-orang bangga, maka pada saat itulah saya merasa menjadi pesepakbola,” tandas Balotelli.
Penulis: Iswara N Raditya & Gilang Ramadhan
Editor: Iswara N Raditya