tirto.id - Mario Balotelli seolah bangkit dari kubur setelah cukup lama terpuruk dengan karier yang terancam ambruk. Sempat terkatung-katung lantaran bernasib buntung selama membela Liverpool, nama Super Mario kini bergema lagi. Bersama Nice di Ligue1 Perancis, si bengal asal Italia ini langsung membuktikan bahwa dirinya belum habis.
Dari 5 laga yang telah dijalaninya hingga 2 Oktober 2016, Balotelli telah mencetak 6 gol. Dari 5 pertandingan itu, ia hanya sekali absen mencatatkan namanya di papan skor, yakni saat Nice dibekuk klub Jerman, Schalke 04, di laga perdana Liga Europa 2016.
Selebihnya, dua kali Balotelli melesakkan sepasang gol untuk menaklukkan dua klub mapan Perancis, Olympique Marseille dan AS Monaco, ditambah masing-masing sebiji gol ke gawang wakil Rusia, Krasnoda, di Liga Europa, serta Lorient di kompetisi domestik.
Berkat gol-golnya, Nice kini duduk di puncak klasemen Ligue1, setidaknya hingga pekan ke-8 ini. Pelatih Nice, Lucien Favre, pun girang. Perjudian merekrut Balotelli ternyata berbuah berkah. Favre yakin, striker 26 tahun itu mampu kembali ke performa terbaik seperti saat masih garang di Inter Milan, Manchester City, maupun AC Milan dulu.
"Saya mengerti, dia harus terus belajar untuk menyatu dengan tim ini. Namun, dia juga paham bahwa dia harus profesional untuk bisa kembali ke level teratas. Pelan-pelan, kami akan membantunya menjadi lebih baik lagi,” ujar Favre kepada Soccerway.
Masa Sibuk Si Apel Busuk
Bos AC Milan, Silvio Berlusconi, pernah menyebut Balotelli sebagai apel busuk usai pemain Italia berdarah Ghana ini dilego ke Liverpool pada pertengahan musim 2014/2015 silam dengan nilai transfer 16 juta poundsterling. Ia terang-terangan mengakui tidak pernah menginginkan pemain berperangai buruk macam Balotelli.
"Saya menentang pembelian Balotelli. Kami memiliki banyak pemain juara. Jadi, kini tak ada lagi apel busuk di ruang ganti," cemooh Berlusconi tak lama setelah Balotelli hengkang seperti dilaporkan oleh La Gazzetta dello Sport.
Meskipun mampu mencetak 30 gol dari 54 penampilan di AC Milan, namun serapah yang diucapkan mantan Perdana Menteri Italia itu memang nyata adanya. Balotelli membusuk nyaris tanpa guna selama memperkuat Liverpool. Jumlah golnya untuk The Reds (4 gol dalam 28 laga) bahkan lebih sedikit dari 5 kartu kuning yang didapatnya di permulaan periode kelam tersebut.
Selanjutnya, ia benar-benar melakoni peran sebagai apel busuk, termasuk saat kembali ke AC Milan sebagai pemain pinjaman pada 2015/2016 di mana Balotelli cuma membuat 3 gol dari 23 laga. Rossoneri pun mengirim pulang Balotelli ke Liverpool hingga akhirnya dibuang ke tim cadangan seiring hadirnya pelatih baru, Juergen Klopp.
Balotelli sendiri menyebut pindah ke klub yang bermarkas di Anfield tersebut adalah keputusan terburuk dalam hidupnya. “Itu (pindah ke Liverpool) adalah kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan. Jujur, saya tidak menyukai klub itu,” bebernya kepada Canal+.
Sekarang, jalan cerita berubah. Balotelli cukup sukses menepis sentimen bernada pesimistis terhadap kelanjutan kariernya dengan suguhan aksi-aksi manis. Si Apel Busuk yang musim lalu terpuruk saat ini sudah mulai sibuk dengan peran anyarnya sebagai bomber andalan utama Nice.
Ujian Pendewasaan
Nice dan Balotelli tampaknya memang berjodoh. Klub yang berdiri sejak 1904 tersebut sedang mencari juru gedor baru untuk menggantikan penyumbang 14 gol musim 2015/2016 lalu, Valere Germain, yang harus balik ke AS Monaco.
Di sisi lain, Super Mario juga sangat membutuhkan klub anyar setelah terlunta-lunta di Inggris dan Italia. Bagi Balotelli, melabuhkan pilihan kepada Nice merupakan opsi paling realistis. Nice juga tidak jelek-jelek amat di Perancis. Buktinya, klub penghuni Stadion Allianz Riviera ini menempati posisi 4 di klasemen akhir Ligue1 musim lalu.
Tidak diinginkan di Liverpool sempat membuat karier Balotelli terancam mati. Memang, ada sejumlah klub yang berminat, tapi hanya klub-klub kelas menengah seperti Chievo dan Palermo dari Italia, juga klub asal Swiss, FC Sion.
Lelaki kontroversial dengan harga diri setinggi langit macam Balotelli tentunya berpikir seribu kali atas tawaran-tawaran itu. Sebaliknya, jika bergabung dengan klub-klub yang lebih punya pamor, kesempatan bermain secara reguler baginya terbilang kecil.
"Saya datang ke Nice karena saya butuh bermain meskipun ada tawaran lain, termasuk dari klub-klub besar,” tutur Balotelli seperti dilansir dari Football Italia.
Ya, Balotelli memang membutuhkan porsi merumput yang lebih massif untuk mengembalikan kepercayaan diri sekaligus sebagai pembuktian bahwa ia masih punya hasrat dan kemampuan di sepakbola. Hasilnya pun langsung terlihat di awal-awal musimnya bersama Nice.
Namun, kendati tampil cukup cemerlang di Perancis, nama Balotelli belum tercantum dalam daftar pemain tim nasional Italia yang akan berlaga di Kualifikasi Piala Dunia melawan Spanyol dan Makedonia bulan Oktober 2016 ini.
Reaksi Balotelli terkait hal itu pun dinanti-nanti, dan ternyata cukup mengejutkan. Tidak seperti biasanya yang beringas lagi liar dalam hal apapun, termasuk berkomentar, kali ini ia melempar tanggapan dengan gaya yang lebih dewasa.
“(Belum dipanggil ke tim nasional Italia) Itu pantas untuk saya. Saya memang ingin kembali secepat mungkin, tapi itu hanya bisa terjadi jika saya mampu mempertahankan penampilan terbaik,” ucapnya kepada Sky Sports Italia.
Pelatih tim nasional Italia, Giampiero Ventura, sejatinya belum menutup pintu sepenuhnya untuk Balotelli. Super Mario masih sangat berpeluang kembali ke Gli Azzurri, namun tentu saja dengan beberapa catatan.
“Saya tidak akan pernah menghalangi siapapun yang layak bergabung dengan tim nasional,” sebut mantan pelatih Torino ini seperti dilansir oleh Sky Sport Italia.
“Untuk Balotelli, tidak diragukan bahwa dirinya memang punya kualitas dan kini sudah mulai mencetak gol lagi. Tapi, ia harus mampu bertahan di penampilan terbaiknya,” lanjut Ventura.
Sinyal kebangkitan Super Mario di awal hidup barunya bersama Nice bukan sekadar untuk unjuk gigi saja, melainkan juga sebagai ujian pendewasaan baginya. Balotelli yang selama ini terlanjur lekat dengan sensasi tanpa arti harus mulai mawas diri jika tidak ingin kariernya hancur lebih dini.
Jika hal itu bisa dilakukannya seiring dengan performa yang terus membaik, maka tidak perlu alasan lagi bagi publik sepakbola dunia untuk mengucapkan selamat datang kembali kepada Mario Balotelli.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti