tirto.id - Rhoma Irama lahir tanggal 11 Desember 1947, hari ini tepat 72 silam. Sosok bernama asli Raden Haji Oma Irama dikenal luas sebagai legenda hidup musik dangdut di tanah air. Rhoma juga pernah membintangi berbagai judul film. Gelar raja dangdut pun disematkan kepada pria kelahiran Tasikmalaya ini.
Dalam perjalanan kehidupannya, Rhoma Irama mulai terjun ke kancah politik, sejak zaman Orde Baru. Dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golkar, hingga kemudian mendirikan sekaligus memimpin Partai Islam Damai Aman (Idaman).
Inilah jejak kisah Rhoma Irama, Sang Raja Dangdut yang juga sosok politisi ulung.
1946
Kelahiran Raden Oma
Raden Haji Oma Irama atau yang kemudian dikenal dengan nama Rhoma Irama lahir pada 11 Desember 1946 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia merupakan putra dari pasangan Raden Irama Burdah Anggawirya dan Tuti Juariah.
_____________________________________
1970
Membentuk Soneta Group
Pada bulan Desember 1970, Rhoma Irama mendirikan grup musik dangdut yang ia namai Soneta Group. Pada Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" dengan tujuan agar musik Melayu bisa dipadukan dengan aliran musik lainnya. Inilah yang lantas membuat setiap lagu Rhoma Irama memiliki cita-rasa yang berbeda.
1972
Mempersunting Veronica
Tahun 1972, Rhoma Irama menikahi seorang wanita bernama Veronica Agustina. Sebelum menikah, Veronica menjadi mualaf. Pasangan ini dikaruniai 3 orang anak, yakni: Debby Verama Sari, Fikri Rhoma Irama, dan Romy Syahrial. Sayangnya, Rhoma bercerai dengan Veronica pada Mei 1985.
_____________________________________
1977
Bintang Film
Rhoma terjun ke dunia akting sejak 1977 lewat film Jakarta Jakarta. Menyusul kemudian film Salah Kamar (1978), Wadam (1978), Bayang-Bayang Kelabu (1979), Cinta Camelia (1979), Melodi Cinta Rhoma Irama (1980), Perjuangan dan Doa (1980), Sekuntum Mawar Putih (1981), Badai di Awal Bahagia (1981), Sebuah Pengorbanan (1982), Satria Bergitar (1983), Pengabdian (1984), Sunan Gunung Jati (1985), dan lainnya.
_____________________________________
1977
Diancam Orde Baru
Pada 1977 pula, Rhoma jadi juru kampanye untuk PPP kendati hanya sebagai simpatisan. Kala itu suara PPP di Jakarta mampu mengalahkan Golkar yang didukung penuh rezim Orde Baru. Periode 1970-1980 juga menjadi masa-masa rawan bagi Rhoma. Ia sering mendapatkan ancaman karena lagu-lagunya kerap mengkritisi pemerintah. Selain itu, Rhoma juga dilarang tampil di TVRI.
_____________________________________
1984
Menikah Lagi
Tahun 1984, Rhoma Irama menikahi Ricca Sukardi atau Ricca Rachim yang berusia 10 tahun lebih muda darinya. Sebelumnya Rhoma sempat beberapa kali terlibat dalam film bersama Ricca, yakni Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camelia, Cinta Segitiga, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Setelah menikah dengan Rhoma, Ricca mundur dari dunia hiburan.
_____________________________________
1985
Raja Musik ASEAN
Majalah Asia Week edisi XVI yang terbit pada bulan Agustus 1985, menyebutkan Rhoma Irama sebagai Raja Musik Asia Tenggara. Gelar tersebut disematkan setelah liputan tentang pertunjukan konser Soneta Group yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.
1992
The Indonesian Rocker
Majalah Entertainment edisi Februari 1992 menyebut Rhoma Irama sebagai The Indonesian Rocker. Sorotan dari majalah khusus dunia hiburan yang berbasis di Amerika tersebut, seakan menjadi tanda bahwa Rhoma Irama telah diakui secara internasional.
_____________________________________
1993
Masuk MPR
Rhoma Irama tercatat sebagai anggota MPR sebagai utusan golongan hingga 1997.
_____________________________________
1994
Go Internasional
April 1994, Rhoma Irama menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan musik Life Record di Jepang. Lewat kesepakatan tersebut, 200 judul lagu milik Rhoma akan direkam ulang ke dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang, dengan tujuan untuk menyasar pasar internasional.
_____________________________________
1996
Gabung Golkar
Rhoma Irama aktif menjadi juru kampanye Golkar menjelang Pemilu 1997. Keputusan ini tentu saja mengejutkan para pendukungnya.
_____________________________________
2003
Rhoma vs Inul
Pada 2003, Rhoma Irama terlibat perseteruan dengan Inul Daratista, penyanyi dangdut yang naik daun kala itu. Menurut Rhoma, goyangan yang ditampilkan Inul saat bernyanyi dinilai berlebihan dan menyimpang dari adat ketimuran. Rhoma dan Paguyuban Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) bahkan sempat mengeluarkan himbauan kepada semua stasiun televisi untuk memboikot Inul.
2007
Super Legend
Tanggal 16 November 2007, Rhoma Irama memperoleh penghargaan sebagai seorang legenda di Asia Tenggara. Penghargaan dengan status The South East Asia Super Legend tersebut diberikan di Singapura.
Pada tahun yang sama Rhoma juga menerima anugerah Lifetime Achievement Award dalam gelaran perdana Anugerah Musik Indonesia (AMI) Dangdut Awards. Penghargaan ini ia terima pada 23 Desember 2007.
_____________________________________
2008
Kembali ke PPP
Rhoma kembali bergabung dengan PPP pada 2008 yang saat itu dipimpin oleh Suryadharma Ali. Ia masuk PPP lagi bersama Kiai Haji Zainuddin MZ yang sebelumnya juga sempat digaet Golkar.
_____________________________________
2012
Rhoma di Mata Najwa
Rhoma Irama menyatakan siap maju dalam gelaran Pilpres 2014 saat diwawancarai oleh jurnalis sekaligus presenter Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa pada 28 November 2012. Beberapa minggu kemudian, Rhoma menyatakan bahwa waktu yang diberikan kepadanya saat wawancara tersebut terlalu pendek. Selain itu, menurut Rhoma, acara itu lebih terkesan sebagai "pengadilan" bagi dirinya.
Partai Idaman
Pada 14 Oktober 2015, Rhoma mendirikan Partai Idaman. Dalam struktur partai, Rhoma duduk sebagai ketua umum. Namun, Partai Idaman dinyatakan tidak memenuhi syarat kelolosan untuk mengikuti Pemilu 2019.
2018
Dukung Prabowo-Sandi
Akhir Oktober 2018, Rhoma dan para pendukungnya menyatakan mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk Pemilu 2019. " ... sehingga kalau kemudian berani deklarasi, artinya kami sudah siap mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019," tandas Rhoma seperti dikutip dari Antara.
Editor: Iswara N Raditya