Menuju konten utama
International Women's Day

Sejarah Hari Perempuan Internasional, 8 Maret atau 19 Maret?

Sejarah Hari Perempuan Internasional (International Women's Day) awalnya diperingati di dua tanggal yang berbeda 8 Maret dan 19 Maret.

Sejarah Hari Perempuan Internasional, 8 Maret atau 19 Maret?
Perempuan yang tergabung dalam Solidaritas Perempuan melakukan aksi dalam rangka hari Perempuan Internasional di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (8/3/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Sejarah Hari Perempuan Internasional (International Women's Day) awalnya diperingati di dua tanggal yang berbeda, yaitu setiap 8 Maret dan 19 Maret. Bagaimana latar belakang sejarahnya?

Pencanangan Hari Perempuan Internasional sempat terjadi kontroversi terkait sejarahnya.

Ada yang sepakat ditetapkan 8 Maret, dan lainnya 19 Maret. Masing-masing penetapan tersebut memiliki latar belakangnya sendiri, kendati akhirnya dicanangkan pada 8 Maret.

Sejarah Hari Perempuan Internasional

Aksi Damai Women's March 2018

Massa aksi membawa atribut poster yang menyuarakan isu perempuan di Women's March 2018, Jakarta, Sabtu (3/3/18). Tirto.id/Hafitz Maulana

Pilihan International Women's Day pada 8 Maret, didasarkan pada peristiwa unjuk rasa kaum buruh perempuan di New York. Demontrasi besar itu terjadi pda tahun 1857, 1907, dan 1909.

Temma Kaplan dalam On the Socialist Origins of International Women's Day menuliskan, demonstrasi pada 8 Maret 1857 dilakukan buruh perempuan yang bekerja di pabrik tekstil di New York. Mereka memrotes tindakan semena-mena para atasan dan telah diberikan upah rendah. Sayangnya, semua itu belum tampak ada upaya tindak lanjut yang signifikan.

Selanjutnya, 8 Maret 1907 terjadi kembali demontrasi besar-besaran hingga melibatkan 15 ribu buruh tekstil perempuan di New York. Berlanjut ke tahun 1917 di Rusia, aksi 8 Maret dilakukan kaum perempuan untuk menentang Perang Dunia I seperti disbeutkan pada Feminism and Antiracism: International Struggles for Justice (2001).

Gerakan perempuan Rusia tersebut diberi nama Bread and Peace (Roti dan Perempuan). Gerakan demonstrasi ini berujung dengan diberikannya hak memilih bagi perempuan oleh Tsar Rusia, empat hari setelah itu.

Setiap 8 Maret lantas diisi dengan aksi perempuan di berbagai negara. Setelah melalui masa panjang, akhirnya PBB memperingati hari perempuan tersebut pada 8 Maret 1975. Lalu, 8 Maret 1977 dicanangkan secara resmi sebagai Hari Perempuan Internasional.

Pada versi lain, Hari Perempuan Internasional dianggap jatuh pada 19 Maret. Latar belakangnya adalah adanya aksi demonstrasi perempuan secara serentak pada 19 Maret 1909 di berbagai negara Eropa.

Aksi serupa berulang kembali pada 19 Maret 1911 di Austria, Hungaria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Sejuta lebih kaum perempuan melakukan aksi agar diakui dalam hak politik, hak memilih, hingga hak jabatan publik bagi mereka. Kaum perempuan juga menentang perlakuan diskriminatif dan pelecehan seksual pada buruh perempuan di tempat kerja.

Tema International Women's Day 2023

Tema International Women's Day 2023 adalah #EmbraceEquity yang memiliki pesan gerakan untuk merangkul kesetaraan. Ajakan untuk merangkul kesetaraan ini dapat dilakukan sesuai lingkup pengaruh masing-masing orang.

Mengutip laman International Women's Day, makna yang terkandung dalam #EmbraceEquity yaitu adanya penentangan terhadap berbagai bentuk ketidakadilan pada perempuan. Di dalamnya meliputi perhatian untuk menentang stereotip gender, diskriminasi, bias gender, hingga mengupayakan inklusi.

Hanya saja, semua cita-cita tidak bisa terwujud tanpa adanya dukungan kolektif dari banyak pihak. Saat semua pihak berjalan bersama, maka perubahan akan tampak mulai dari lapisan bawah sampai ke wilayah yang lebih luas lagi. Dengan begitu, banyak orang bersama-sama merangkul kesetaraan.

Merangkul kesetaraan bukan menjadi pekerjaan rumah bagi perempuan semata. Siapa pun dapat berperan serta dalam mewujudkan kesetaraan, tanpa memandang gender.

"Kita merangkul kesetaraan untuk menempa keharmonisan dan persatuan, dan membantu mendorong kesuksesan untuk semua. Kesetaraan adalah tujuannya, dan pemerataan adalah sarana untuk mencapainya," tulis IWD.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani