Menuju konten utama

Sejarah Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional 27 Desember

Sejarah Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional 27 Desember yang ditetapkan oleh PPB.

Sejarah Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional 27 Desember
Sejumlah penumpang KRL berjalan keluar dari Stasiun Sudirman, Jakarta, Jumat (24/9/2021). .ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

tirto.id - Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 27 Desember, yang nantinya akan diperingati setiap tahun.

Penetapan itu didapatkan dengan adanya pertemuan ratusan pemimpin dunia dalam sidang khusus PBB secara online, yang membahas mengenai pandemi COVID-19.

Tujuannya adalah untuk menyoroti pentingnya pencegahan, kesiapsiagaan dan kemitraan dalam melawan epidemi.

Sejarah Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan nama virus Corona pertama kali muncul dan menginfeksi kota Wuhan, Cina.

Virus ini terdeteksi pada akhir tahun 2019 ini adalah penyebab penyakit saluran pernafasan yaitu COVID-19.

Dilansir dari laman UN Nations, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kejadian pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Keputusan ini dinilai sangat lambat, mengingat situasi pandemi yang begitu genting.

Hingga kini sekitar 66 juta orang diinformasikan telah terinfeksi virus COVID-19, dan 1,5 juta orang dilaporkan meninggal akibat virus ini.

Pandemi COVID-19 tidak hanya menghancurkan kehidupan manusia, namun juga mendatangkan malapetaka pada pembangunan sosial dan ekonomi jangka panjang.

Hilangnya mata pencaharian mematikan masyarakat bawah untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Selain itu, minimnya fasilitas kesehatan pada negara-negara berkembang mengancam krisis kesehatan global.

Duta Besar Vietnam untuk PBB, Dang Dinh Quy, mengatakan bahwa pandemi COVID-19 bukanlah pandemi yang pertama dan bukan yang terakhir.

Pentingnya memperkuat pencegahan epidemi dengan menerapkan pelajaran yang dipetik dalam menghadapi epidemi, mengenai manajemen epidemi, bagaimana mencegah penghentian layanan dasar (seperti layanan kesehatan), dan untuk meningkatkan kesiapsiagaan agar timbul respons cepat terhadap kemungkinan pandemi yang akan terjadi.

Pendekatan One Health diperlukan untuk mendorong integrasi kesehatan manusia, hewan, alam, serta sektor terkait lainnya.

Menyadari akan kebutuhan untuk mengatasi dampak yang luas dari situasi ini, majelis yang beranggotakan 193 orang dengan mengikuti gagasan dari Duta Besar Vietnam, Dang Dinh Quy, menghasilkan suara bulat untuk memperingati tanggal 27 Desember sebagai Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional.

Tanggal ini bertepatan dengan lahirnya seorang ahli kimia dan mikrobiologi Pancis, Louis Pasteur, yang memiliki terobosan di bidang vaksinasi.

Urgensi Hari Kesiapsiagaan Internasional

Resolusi ini sebagai upaya PBB yang relevan ketika banyak negara miskin dan tertinggal yang khawatir bahwa mereka tidak akan mengambil langkah nyata tentang vaksin atau pemulihan pandemi COVID-19.

Negara-negara yang masuk keanggotaan PBB berkomitmen untuk memastikan partisipasi agar tercipta kesetaraan dengan perhatian khusus kepada negara yang rentan atau kemungkinan mengalami infeksi epidemi tinggi. Pemerataan vaksinasi menjadi sorotan utama dalam menanggapi resolusi ini.

Kerjasama internasional dan multilateral memainkan peran penting dalam menanggapi situasi pandemi.

Perlu adanya penekanan terhadap pentingnya kemitraan dan solidaritas di antara individu, komunitan, Negara, serta organisasi regional dan internasional, mengenai tahap manajemen epidemi, dan juga mempertimbangkan perspektif gender dalam hal ini.

Di sisi lain, peran utama dan tanggung jawab Pemerintah dalam mengatasi tantangan kesehatan global sangat penting.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Chyntia Dyah Rahmadhani

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Chyntia Dyah Rahmadhani
Penulis: Chyntia Dyah Rahmadhani
Editor: Yandri Daniel Damaledo