tirto.id - Bencana tsunami tidak bisa dicegah, namun dapat dikendalikan risiko dampaknya oleh berbagai negara.
Saat bencana tsunami datang, maka akan meluluhlantakkan daratan yang diterjang air bah dari laut.
Peristiwa tersebut menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa. Bencana tsunami tidak bisa dicegah, namun dapat diusahakan untuk mengurangi risiko dampaknya.
Hal inilah yang membuat Majelis Umum PBB menetapkan setiap tanggal 5 November sebagai Hari Kesadaran Tsunami Sedunia.
Hari internasional yang ditetapkan pada Desember 2015 ini, merupakan gagasan dari negara Jepang.
Tujuannya adalah menyerukan agar berbagai negara, badan internasional, hingga masyarakat sipil sadar dengan tsunami dan sekaligus berbagi pendekatan inovatif untuk menurunkan risiko dampaknya.
Jepang memiliki pengalaman pahit dalam merasakan tsunami di negaranya.
Dikutip dari situs PBB, tsunami di negara "Matahari Terbit" itu terjadi secara berulang dan menimbulkan berbagai kerusakan dan kerugian.
Oleh sebab itu, Jepang menyadari risiko tsunami ke depannya lalu membangun keahlian utama di berbagai bidang mitigasi bencana.
Contohnya adalah sistem peringatan dini tsunami, tindakan publik, hingga pembangunan kembali yang lebih baik setelah bencana sebagai upaya mengurangi dampak di masa depan.
Tema Hari Kesadaran Tsunami Sedunia 2021
Peringatan Hari Kesadaran Tsunami Sedunia untuk 5 November 2021 mengambil tema Sendai Seven Campaign.
Tujuan tema tersebut untuk meningkatkan kerja sama internasional dengan negara-negara berkembang melalui dukungan yang memadai dan berkelanjutan, dalam melengkapi aksi nasional mereka untuk implementasi kerangka tersebut di tahun 2030.
Menurut catatan PBB, pada tahun 2030 terdapat sekira 50 persen populasi dunia akan tinggal di pesisir pantai yang rawan banjir, badai, dan tsunami.
Peningkatan kerja sama dengan negara-negara berkembang diharapkan dapat memastikan masyarakat yang berisiko mengalami tsunami telah siap dan bertahan menghadapi tsunami sepenuhnya maksimal di tahun 2030.
Tsunami dan Dampaknya
Setiap negara yang berpotensi mendapatkan tsunami harus menyadari dahsyatnya bencana ini.
Tsunami adalah peristiwa langka dengan adanya gelombang besar yang tercipta karena gangguan bawah laut, seperti gempa bumi yang terjadi di bawah atau dekat laut.
Gerakan vertikal dasar laut membawa konsekuensi perpindahan massa air melalui gelombang besar.
Gelombang tsunami kerap terlihat seperti dinding air. Gelombang ini bisa menyerang garis pantai dan menimbulkan kerusakan sampai berjam-jam. Gelombang dapat datang setiap 5 - 60 menit sekali.
Gelombang pertama bisa jadi bukan gelombang terbesar. Gelombang dahsyat kerap terjadi pada gelombang ke 2, 3, 4, atau setelahnya.
Ketika satu gelombang menggenangi daratan, lalu akan surut ke arah laut dan akan kembali dengan gelombang berikutnya.
Pergerakan ini mempertontonkan banyak puing mengambang karena dihancurkan oleh gelombang-gelombang yang datang sebelumnya.
Dalam 100 tahun terakhir, jumlah korban jiwa akibat tsunami mencapai 260 ribu jiwa dari 58 peristiwa.
Jumlah korban jiwa terbanyak terjadi pada tsunami di Samudera Hindia, 26 Desember 2004. Kala itu tsunami berdampak pada 14 negara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand -- dengan merenggut kematian sekira 227 ribu jiwa.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno