Menuju konten utama

Sejarah Berdirinya Akmil: Tugas dan Karier Jadi Apa Saja?

Akmil merupakan salah satu instansi militer bentukan pemerintah yang memiliki tugas pokok menyiapkan calon-calon pemimpin TNI AD.

Sejarah Berdirinya Akmil: Tugas dan Karier Jadi Apa Saja?
Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Akmil mengikuti Penataran Penjaminan Mutu Internal dan Audit Mutu Internal Tahun Anggaran 2018 di Gedung Sumartal Kesatrian Akmil. Antaranews/dok. Penhumas Akmil Magelang

tirto.id - Sejarah berdirinya Akademi Militer (Akmil) bermula pada 1945. Tepatnya pada 31 Oktober tahun itu, Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo menginstruksikan pembentukan Militaire Academie (MA) Yogyakarta.

Akmil merupakan salah satu instansi militer bentukan pemerintah yang memiliki tugas pokok menyiapkan calon-calon pemimpin Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

Pendidikan militer tersebut diperuntukkan bagi lulusan SMA. Prospek lulusan Akmil cukup mentereng. Mereka yang terpilih dan lulus pendidikan bakal menjabat sebagai perwira TNI AD.

Siswa yang masuk Akmil disebut Taruna. Para Taruna yang sebelumnya telah melewati sejumlah seleksi tersebut akan menjalani pendidikan setara kuliah Diploma 4 (D IV).

Lulusan Akmil yang telah menempuh pendidikan selama 4 tahun nantinya bakal menyandang gelar Sarjana Terapan (S.Tr).

Sejarah Akmil

Sebelum ada lembaga induk pendidikan militer bernama Akmil, Indonesia memiliki banyak sekolah militer. Sekolah-sekolah tersebut tersebar di beberapa kota di tanah air.

Dilansir laman resmi Akmil, Lembaga pendidikan militer pertama di Indonesia adalah Militaire Academie (MA) Yogyakarta. Sekolah militer tersebut dibentuk pada 31 Oktober 1945 atas inisiatif Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.

Sayangnya, umur MA Yogyakarta tidak lama. Lembaga pendidikan militer pertama di Indonesia tersebut ditutup sementara pada 1950 karena alasan teknis.

Selama 4 tahun masa beroperasinya, MA Yogyakarta baru mampu meluluskan dua angkatan. Padahal, saat itu lembaga masih memiliki calon angkatan ketiga yang belum purna.

Hal itu membuat pihak pemerintah mengirimkan para siswa angkatan ketiga MA Yogyakarta ke Koninklijke Militaire Academie (KMA) Breda, Belanda.

Di tahun yang sama ketika MA Yogyakarta ditutup, pemerintah mendirikan Sekolah Perwira Darurat di Malang, Jawa Timur. Lembaga pendidikan militer itu dibentuk dengan tujuan memenuhi kebutuhan mendesak ABRI pada waktu itu.

Selang setahun, tepatnya pada 1 Januari 1951, berdiri juga Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat di Bandung. Sekolah militer tersebut kemudian berganti nama menjadi Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) pada 1956.

Di waktu yang hampir bersamaan, tepatnya pada 13 Januari 1951, Bandung lagi-lagi mendirikan Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD).

Menjamurnya sekolah kemiliteran pada masa itu membuat pimpinan TNI AD menggagas suatu akademi militer terpusat. Ide tersebut pertama kali disampaikan dalam sidang parlemen Menteri Pertahanan yang berlangsung pada 1952.

Berdasarkan hasil sidang tersebut, pada 11 November 1957 Presiden Ir Soekarno meresmikan pembukaan Akademi Militer Nasional yang berkedudukan di Magelang.

Akademi Militer bentukan Soekarno ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta yang sebelumnya ditutup pada 1950.

Kala itu, semua angkatan bersenjata di Indonesia mulai dari AD, AL, AU, hingga Polri, memiliki akademi sendiri. Hal itu membuat pemerintah berinisatif untuk mengintegrasikan semuanya dalam satu wadah bernama Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).

Selama bertahun-tahun kemudian, AKABRI menjadi satu-satunya pintu bagi para pemuda yang ingin menjadi pimpinan di ABRI.

Operasi AKABRI tetap berlangsung bahkan ketika pemerintah sudah berganti pimpinan, dari Orde lama ke Orde Baru.

Di era Orde Baru, tepatnya pada 1984, pemerintah melakukan reorganisasi dalam struktur ABRI. Salah satu keputusan pemerintah kala itu adalah mengubah nama AKABRI menjadi Akmil.

Kemudian, setelah Orde baru lengser, ABRI berganti nama menjadi Tentara Negara Indonesia (TNI). Namun, penamaan Akademi Militer tidak berubah, bahkan hingga sekarang.

Baca juga artikel terkait AKMIL atau tulisan lainnya dari Fadli Nasrudin

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Fadli Nasrudin
Penulis: Fadli Nasrudin
Editor: Nur Hidayah Perwitasari